Pecat Syaikh Kurani sebagai Hakim, Sultan Muhammad Al-Fatih Menyesal
Selasa, 21 Juli 2020 - 13:28 WIB
Dunia berada di bawah kekuasaannya dan dia membangun banyak tempat singgah. Ilmunya menyebar ke mana-mana dan diambil oleh banyak orang besar. Dia menunaikan ibadah Haji pada tahun 761 H. Dia tetap terhormat sampai wafatnya pada akhir tahun 792 H. Sultan dan bawahan-bawahannya menyalatkan jenazahnya.
Di antara pembukaan syairnya:
”Dia adalah matahari, hanya saja dia adalah singa pemberani
Dia adalah laut, hanya saja dia adalah raja di muka bumi.”
Penulis buku Asy-Syaqaiq An-Nu’maniyyah menulis biografinya dengan mengatakan: “Dia berbicara dengan Sultan dengan menyebut nama dan tidak membungkuk saat berhadapan dengannya. Dia tidak pernah mencium tangan Sultan. Dia hanya bersalaman biasa saja, dan tidak pernah datang menemui Sultan, kecuali ada seseorang yang diutus Sultan dan memintanya datang untuk menemuinya. Dia berkata pada Sultan, ‘Makananmu haram, pakaianmu haram, maka hendaklah engkau hati-hati’"
Pengarang buku ini menyebutkan jejak langkah Syaikh Al Kurani yang menunjukkan ia termasuk ulama yang mengamalkan ilmunya.
Tidak sekali pun Sultan mendengar seorang alim yang ditimpa kesulitan hidup atau kelaparan di tempatnya tinggal, kecuali dia akan datang kepadanya dan akan memberikan semua apa yang dia butuhkan. ( )
Di antara pembukaan syairnya:
”Dia adalah matahari, hanya saja dia adalah singa pemberani
Dia adalah laut, hanya saja dia adalah raja di muka bumi.”
Penulis buku Asy-Syaqaiq An-Nu’maniyyah menulis biografinya dengan mengatakan: “Dia berbicara dengan Sultan dengan menyebut nama dan tidak membungkuk saat berhadapan dengannya. Dia tidak pernah mencium tangan Sultan. Dia hanya bersalaman biasa saja, dan tidak pernah datang menemui Sultan, kecuali ada seseorang yang diutus Sultan dan memintanya datang untuk menemuinya. Dia berkata pada Sultan, ‘Makananmu haram, pakaianmu haram, maka hendaklah engkau hati-hati’"
Pengarang buku ini menyebutkan jejak langkah Syaikh Al Kurani yang menunjukkan ia termasuk ulama yang mengamalkan ilmunya.
Tidak sekali pun Sultan mendengar seorang alim yang ditimpa kesulitan hidup atau kelaparan di tempatnya tinggal, kecuali dia akan datang kepadanya dan akan memberikan semua apa yang dia butuhkan. ( )
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)