7 Gaya Kaligrafi, Naskh Sudah Ada Sejak Abad Pertama Datangnya Islam
Rabu, 24 Mei 2023 - 09:00 WIB
Pada masa pemerintahan Suleiman, antara tahun 1520 dan 1566, aksara digunakan untuk dokumen-dokumen penting, dekrit, dan korespondensi hukum.
Itu tetap digunakan secara resmi sampai abad ke-20, dan sekarang digunakan terutama dalam kartu ucapan dan undangan pernikahan.
Nama naskah itu berasal dari kata "diwan", organisasi administrasi Utsmaniyah tempat para pejabat tinggi bertemu.
Biasanya Dewani ditulis dengan tinta hitam atau cat emas. Huruf yang saling terkait juga membuatnya lebih sulit dibaca daripada gaya lainnya.
3. Thuluth
Bahasa Arab untuk "ketiga", nama Thuluth berasal dari fakta bahwa gaya ini adalah sepertiga dari ukuran aksara lain yang digunakan selama periode Umayyah.
Membutuhkan pengetahuan tentang proporsi yang rumit untuk dikuasai. Teks Thuluth dikenal dengan huruf melengkung dan alirannya yang sedikit kursif.
Gaya tipografi ini jarang digunakan untuk menulis Al-Quran, malah ditemukan pada manuskrip, batu nisan, dan keramik.
Contoh penting dari teks Thuluth termasuk kain yang menutupi Kakbah di kota suci Makkah.
Kaligrafi Thuluth sering digunakan dalam seni untuk menggambarkan bentuk binatang atau sosok manusia.
Karena spasi skrip dan tipografi yang sedikit lebih besar, lebih mudah dibaca dibandingkan dengan gaya lainnya.
4. Naskh
Naskh, yang dalam bahasa Arab berarti "menyalin", adalah bentuk kaligrafi bulat dan mengalir yang banyak digunakan untuk menyalin Al-Quran dan tulisan Islam lainnya, serta manuskrip sastra dan budaya.
Hal ini mudah terbaca dan bukti penggunaannya sudah ada sejak abad pertama setelah berdirinya Islam.
Gayanya, yang sedikit lebih kecil dari bentuk kaligrafi lainnya, memungkinkan penulis untuk menggerakkan pena mereka lebih cepat dan karena itu praktis saat membuat salinan teks besar.
Naskah tersebut diyakini telah dipopulerkan oleh kaligrafer dan menteri Abbasiyah Ibnu Muqla al-Shirazi selama abad kesembilan dan berasal dari naskah Kufi.
Belakangan, ahli kaligrafi Turki dan Arab juga membantu mengembangkan gaya tersebut.
Itu tetap digunakan secara resmi sampai abad ke-20, dan sekarang digunakan terutama dalam kartu ucapan dan undangan pernikahan.
Nama naskah itu berasal dari kata "diwan", organisasi administrasi Utsmaniyah tempat para pejabat tinggi bertemu.
Biasanya Dewani ditulis dengan tinta hitam atau cat emas. Huruf yang saling terkait juga membuatnya lebih sulit dibaca daripada gaya lainnya.
3. Thuluth
Bahasa Arab untuk "ketiga", nama Thuluth berasal dari fakta bahwa gaya ini adalah sepertiga dari ukuran aksara lain yang digunakan selama periode Umayyah.
Membutuhkan pengetahuan tentang proporsi yang rumit untuk dikuasai. Teks Thuluth dikenal dengan huruf melengkung dan alirannya yang sedikit kursif.
Gaya tipografi ini jarang digunakan untuk menulis Al-Quran, malah ditemukan pada manuskrip, batu nisan, dan keramik.
Contoh penting dari teks Thuluth termasuk kain yang menutupi Kakbah di kota suci Makkah.
Kaligrafi Thuluth sering digunakan dalam seni untuk menggambarkan bentuk binatang atau sosok manusia.
Karena spasi skrip dan tipografi yang sedikit lebih besar, lebih mudah dibaca dibandingkan dengan gaya lainnya.
4. Naskh
Naskh, yang dalam bahasa Arab berarti "menyalin", adalah bentuk kaligrafi bulat dan mengalir yang banyak digunakan untuk menyalin Al-Quran dan tulisan Islam lainnya, serta manuskrip sastra dan budaya.
Hal ini mudah terbaca dan bukti penggunaannya sudah ada sejak abad pertama setelah berdirinya Islam.
Gayanya, yang sedikit lebih kecil dari bentuk kaligrafi lainnya, memungkinkan penulis untuk menggerakkan pena mereka lebih cepat dan karena itu praktis saat membuat salinan teks besar.
Naskah tersebut diyakini telah dipopulerkan oleh kaligrafer dan menteri Abbasiyah Ibnu Muqla al-Shirazi selama abad kesembilan dan berasal dari naskah Kufi.
Belakangan, ahli kaligrafi Turki dan Arab juga membantu mengembangkan gaya tersebut.