Perencanaan dan Penyiapan SDM Menuju Kemandirian Umat Menurut Syaikh Al-Qardhawi
Jum'at, 23 Juni 2023 - 05:56 WIB
Syaikh Yusuf al-Qardhawi mengatakan ada beberapa hal yang harus dipenuhi agar umat dapat memenuhi kebutuhannya dan bisa mandiri antara lain adalah membuat planning atau perencanaan .
" Al-Qur'an telah menyebutkan kepada kita sebuah contoh perencanaan yang dibuat Nabi Yusuf ," ujar al-Qardhawi dalam bukunya berjudul "Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh" yang dalam edisi Indonesia menjadi "Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah" (Citra Islami Press, 1997).
Menurutnya, kita harus membuat planing (perencanaan) berdasarkan data statistik yang rinci dan angka yang sebenarnya (kongkrit), pengetahuan yang sempurna terhadap realitas di lapangan, memahami prioritas setiap program serta sejauh mana kepentingannya.
Mengenal kemampuan diri dan berupaya untuk meningkatkan kemampuan dan yang terakhir menyiapkan sarana-sarana untuk memenuhi semua kebutuhan.
Al-Qardhawi menjelaskan sebuah contoh dari takhtith (perencanaan) yang memakan waktu selama 15 tahun yang dilakukan oleh Nabi Yusuf as. Hal itu meliputi peningkatan produktivitas, deposito, pengambilan dan pendistribusian bahan makanan dalam menghadapi krisis kelaparan dan tahun-tahun kekeringan yang terjadi di Mesir dan sekitarnya.
Masalah tersebut disampikan Allah SWT dalam Al Qur'an di dalam Surat Yusuf .
Selain perencanaan adalah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan menempatkannya dengan tepat.
Al-Qardhawi mengatakan merupakan kewajiban bagi umat untuk meningkatkan sistem pendidikan dan pelatihan umat agar dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas di segala bidang kehidupan.
Setelah itu perlu adanya penempatan personal pada job yang tepat sesuai keahlian masing-masing mereka, sehingga bisa mengembangkan potensi yang dimiliki dan membagi potensi yang ada itu dalam berbagai spesialisasi dengan seimbang.
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT:
"Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama (tafaqquh fiddin) dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." ( QS At-Taubah : 122)
Selain itu diharapkan kita bisa memenuhi sisi-sisi yang sering dilupakan dengan mengadakan terobosan-terobosan baru dan evaluasi secara berkala. Hendaknya kita meletakkan seseorang pada posisi yang sesuai dengan keahliannya dan berupaya menghindari dari menyerahkan sesuatu kepada yang bukan ahlinya. Rasulullah SAW bersabda:
"Apabila sesuatu urusan itu diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya." (HR Bukhari)
Menurut al-ardhawi, di sinilah Islam itu sangat memperhatikan kekayaan sumber daya manusia, memelihara dan berusaha meningkatkan kualitasnya, baik di bidang fisik, pemikiran, moral, maupun intelektual. Menempatkan secara seimbang antara kepentingan agama dan dunia tanpa berlebihan dan mengurangi takaran.
" Al-Qur'an telah menyebutkan kepada kita sebuah contoh perencanaan yang dibuat Nabi Yusuf ," ujar al-Qardhawi dalam bukunya berjudul "Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh" yang dalam edisi Indonesia menjadi "Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah" (Citra Islami Press, 1997).
Menurutnya, kita harus membuat planing (perencanaan) berdasarkan data statistik yang rinci dan angka yang sebenarnya (kongkrit), pengetahuan yang sempurna terhadap realitas di lapangan, memahami prioritas setiap program serta sejauh mana kepentingannya.
Mengenal kemampuan diri dan berupaya untuk meningkatkan kemampuan dan yang terakhir menyiapkan sarana-sarana untuk memenuhi semua kebutuhan.
Al-Qardhawi menjelaskan sebuah contoh dari takhtith (perencanaan) yang memakan waktu selama 15 tahun yang dilakukan oleh Nabi Yusuf as. Hal itu meliputi peningkatan produktivitas, deposito, pengambilan dan pendistribusian bahan makanan dalam menghadapi krisis kelaparan dan tahun-tahun kekeringan yang terjadi di Mesir dan sekitarnya.
Masalah tersebut disampikan Allah SWT dalam Al Qur'an di dalam Surat Yusuf .
Selain perencanaan adalah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan menempatkannya dengan tepat.
Al-Qardhawi mengatakan merupakan kewajiban bagi umat untuk meningkatkan sistem pendidikan dan pelatihan umat agar dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas di segala bidang kehidupan.
Setelah itu perlu adanya penempatan personal pada job yang tepat sesuai keahlian masing-masing mereka, sehingga bisa mengembangkan potensi yang dimiliki dan membagi potensi yang ada itu dalam berbagai spesialisasi dengan seimbang.
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT:
"Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama (tafaqquh fiddin) dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." ( QS At-Taubah : 122)
Selain itu diharapkan kita bisa memenuhi sisi-sisi yang sering dilupakan dengan mengadakan terobosan-terobosan baru dan evaluasi secara berkala. Hendaknya kita meletakkan seseorang pada posisi yang sesuai dengan keahliannya dan berupaya menghindari dari menyerahkan sesuatu kepada yang bukan ahlinya. Rasulullah SAW bersabda:
"Apabila sesuatu urusan itu diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya." (HR Bukhari)
Menurut al-ardhawi, di sinilah Islam itu sangat memperhatikan kekayaan sumber daya manusia, memelihara dan berusaha meningkatkan kualitasnya, baik di bidang fisik, pemikiran, moral, maupun intelektual. Menempatkan secara seimbang antara kepentingan agama dan dunia tanpa berlebihan dan mengurangi takaran.
(mhy)