Bacaan Istirja dan Keutamaannya Lengkap dengan Waktu yang Tepat Mengucapkannya
Sabtu, 08 Juli 2023 - 08:35 WIB
Bacaan Istirja atau kalimat innalillahi wa inna ilaihi rajiun memiliki banyak keutamaan. Ucapan innalillahi wa inna ilaihi raji’un juga merupakan salah satu kalimat thayyibah . Namanya adalah istirja’ atau kalimat tarji’. Istirja’ (الاسترجاع) artinya adalah mengembalikan. Maksudnya, mengembalikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Pemilik sejati atas segala sesuatu.
Seseorang yang mengucapkan kalimat istirja’ menunjukkan bahwa ia bersabar atas musibah yang menimpanya. Baik itu terjadi pada dirinya berupa kehilangan orang yang ia cintai, kehilangan barang atau harta, maupun tertimpa musibah lainnya. Ketika melihat atau mengetahui musibah, ucapan istirja’ juga menunjukkan kesabaran sekaligus keinsafan bahwa segalanya milik Allah dan kepada-Nya semua akan kembali.
Tulisan Arab kalimat istirja’ ada pada Surat Al Baqarah ayat 156, yaitu sebagai berikut:
Artinya: Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.
Ada pun tulisan latin, kita jumpai beberapa variasi. Antara lain:
innalillahi wa inna ilaihi rajiun
inna lillahi wa inna ilaihi raji’un
innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun
Yang mana pun di antara tulisan itu, yang penting pengucapannya benar sebagaimana tulisan Arab dalam Al-Qur’an. Yakni Surat Al Baqarah ayat 156.
Jadi, pengucapan kalimat istirja’ ini bukan hanya saat ada orang meninggal.
- Ketika melihat atau mendengar musibah meskipun menimpa orang lain, sunnah bagi kita mengucapkan kalimat istirja’ ini. Meskipun ada pula doa khusus ketika melihat orang lain tertimpa musibah. Namun, istirja’ mengingatkan kita tentang kesabaran. Bahwa kita milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Pengucapan Istirja’ ini juga bukan hanya ketika mengetahui saudara sesama muslim wafat. Ketika ada non muslim yang meninggal dunia pun, kita boleh mengucapkannya. Sebab ucapan ini bukan doa melainkan pengakuan bahwa kita adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Ibnu Katsir menjelaskan, kalimat istirja’ mengandung makna kesadaran bahwa setiap hamba adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.
“Ucapan ini menanamkan di dalam hati mereka suatu pengakuan yang menyatakan bahwa diri mereka adalah hamba-hamba-Nya dan mereka pasti akan kembali kepada-Nya di hari akhirat nanti. Karena itulah maka Allah memberitahukan tentang pahala yang akan Dia berikan kepada mereka sebagai imbalan dari hal tersebut,” terang Ibnu Katsir dalam Tafsirnya.
Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran menjelaskan, “Kita adalah milik Allah. Kita semua dan segala sesuatu yang ada pada kita. Eksistensi kita dan zat kita adalah kepunyaan Allah. Dan kepada-Nya kita kembali dan menghadap dalam setiap perkara. Maka kita harus pasrah dan menyerah secara mutlak. Menyerah sebagai perlindungan terakhir yang bersumber dari pertemuan vis a vis dengan satu hakikat dan dengan pandangan yang benar.”
Sebaliknya, orang yang mengucapkan kalimat istirja’ saat mendapat musibah, insya Allah ia adalah orang yang sabar. Ia menyadari dirinya milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Demikian pula semua miliknya, pada hakikatnya adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Seseorang yang mengucapkan kalimat istirja’ menunjukkan bahwa ia bersabar atas musibah yang menimpanya. Baik itu terjadi pada dirinya berupa kehilangan orang yang ia cintai, kehilangan barang atau harta, maupun tertimpa musibah lainnya. Ketika melihat atau mengetahui musibah, ucapan istirja’ juga menunjukkan kesabaran sekaligus keinsafan bahwa segalanya milik Allah dan kepada-Nya semua akan kembali.
Tulisan Arab kalimat istirja’ ada pada Surat Al Baqarah ayat 156, yaitu sebagai berikut:
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Artinya: Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.
Ada pun tulisan latin, kita jumpai beberapa variasi. Antara lain:
innalillahi wa inna ilaihi rajiun
inna lillahi wa inna ilaihi raji’un
innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun
Yang mana pun di antara tulisan itu, yang penting pengucapannya benar sebagaimana tulisan Arab dalam Al-Qur’an. Yakni Surat Al Baqarah ayat 156.
Kapan Mengucapkan Kalimat Istirja’
Kapan waktu yang tepat mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rajiun? Istirja’ merupakan kalimat thayyibah yang sunnah bagi kaum muslimin mengucapkannya ketika mengalami musibah, mendengar kabar duka atau ada seseorang yang meninggal dunia.Jadi, pengucapan kalimat istirja’ ini bukan hanya saat ada orang meninggal.
- Ketika melihat atau mendengar musibah meskipun menimpa orang lain, sunnah bagi kita mengucapkan kalimat istirja’ ini. Meskipun ada pula doa khusus ketika melihat orang lain tertimpa musibah. Namun, istirja’ mengingatkan kita tentang kesabaran. Bahwa kita milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Pengucapan Istirja’ ini juga bukan hanya ketika mengetahui saudara sesama muslim wafat. Ketika ada non muslim yang meninggal dunia pun, kita boleh mengucapkannya. Sebab ucapan ini bukan doa melainkan pengakuan bahwa kita adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Ibnu Katsir menjelaskan, kalimat istirja’ mengandung makna kesadaran bahwa setiap hamba adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.
“Ucapan ini menanamkan di dalam hati mereka suatu pengakuan yang menyatakan bahwa diri mereka adalah hamba-hamba-Nya dan mereka pasti akan kembali kepada-Nya di hari akhirat nanti. Karena itulah maka Allah memberitahukan tentang pahala yang akan Dia berikan kepada mereka sebagai imbalan dari hal tersebut,” terang Ibnu Katsir dalam Tafsirnya.
Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran menjelaskan, “Kita adalah milik Allah. Kita semua dan segala sesuatu yang ada pada kita. Eksistensi kita dan zat kita adalah kepunyaan Allah. Dan kepada-Nya kita kembali dan menghadap dalam setiap perkara. Maka kita harus pasrah dan menyerah secara mutlak. Menyerah sebagai perlindungan terakhir yang bersumber dari pertemuan vis a vis dengan satu hakikat dan dengan pandangan yang benar.”
Keutamaan Ucapan Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun
Ucapan istirja’ memiliki banyak keutamaan. Dari Al-Qur’an dan hadits, kita mendapatkan penjelasan mengenai keutamaan mengucapkan istirja’. Di antaranya adalah sebagai berikut:1. Bukti Kesabaran
Orang yang mengumpat dan mengeluarkan kata-kata kotor saat mendapat musibah, apalagi menyalahkan Allah, bukanlah orang yang sabar. Demikian pula orang yang menangis meraung-raung sambil menampar pipi atau melukai tubuh saat mendapat musibah, bukanlah orang yang sabar. Bahkan itu termasuk perilaku jahiliyah.Sebaliknya, orang yang mengucapkan kalimat istirja’ saat mendapat musibah, insya Allah ia adalah orang yang sabar. Ia menyadari dirinya milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Demikian pula semua miliknya, pada hakikatnya adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.