Keutamaan dan Faedah Menatap Langit di Waktu Fajar, Sunah yang Terlupakan

Minggu, 09 Juli 2023 - 19:34 WIB
Menatap langit artinya menyaksikan salah satu tanda kebesaran, keperkasaan , dan kekuasaan Allah Subhanahu wa taala. Foto istimewa
Dalam banyak ayat Al-Qur'an, penciptaan langit selalu didahulukan sebelum menyebut penciptaan bumi. Dalam Surat Ali Imran ayat 190 misalnya, yang memuat penjelasan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi, serta pergantian siang dan malam, terdapat tanda-tanda kekuasan Allah yang hanya diketahui oleh Ulul Albab ; orang-orang yang mempunyai kecerdasan berlapis-lapis, yang senantiasa berzikir dan berpikir.

Contoh lainnya dalam surat Yasin ayat 81 dan surat Ghafir ayat 57 yang memberi rangsangan kepada akal manusia untuk menggunakan logika qiyas al-awlaa. Bahwa jika menciptakan langit dan bumi yang begitu besarnya Allah mampu, apalagi sekadar menciptakan manusia, mematikan, dan menghidupkannya. Itu perkara yang kecil dan terlalu mudah untuk Allah lakukan.

Ustadz Muhammad Faishal Fadhli, penulis dan pengajar di Ma’had Aly Darusy Syahadah menjelaskan, dari beberapa ayat Al-Qur'an tersebut dapat disimpulkan bahwa langit adalah makhluk ciptaan Allah yang sangat agung. Langit selalu disebut ketika Allah hendak menunjukkan kemahakuasaan-Nya . Begitu juga halnya ketika Allah memperingatkan kepada manusia bahwa ajal mereka (hari kiamat) telah dekat.

Sebagaimana tercantum dalam firman Allah Ta'ala:

أَوَلَمْ يَنظُرُوا۟ فِى مَلَكُوتِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَمَا خَلَقَ ٱللَّهُ مِن شَىْءٍ وَأَنْ عَسَىٰٓ أَن يَكُونَ قَدِ ٱقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ ۖ فَبِأَىِّ حَدِيثٍۭ بَعْدَهُۥ يُؤْمِنُونَ




"Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al Qur'an itu?" (QS Al Ar'af : 185)

Untuk itu, memandang langit artinya menyaksikan salah satu tanda kebesaran, keperkasaan , dan kekuasaan Allah. Maka tak heran, bila Syaikh Abdul Aziz Ath-Tharifi mengatakan bahwa menatap langit termasuk ibadah sunnah. Namun sayangnya, sedikit sekali orang yang mengerjakan ibadah yang tergolong mudah untuk diamalkan ini.

Dalam kitab “At-Tafsir wal Bayan”, Syaikh Ath-Tharifi menulis sepuluh faedah dan hikmah yang sangat luar biasa ketika seseorang menengadahkan wajah ke langit. Berikut uraiannya:

1.Tafakkur (berpikir), tadabbur (merenung) dan i’tibar (mengambil pelajaran)

Yakni, dengan mendongakkan wajah ke atas melihat langit luas, secara otomatis, konsentrasi akan tertuju pada objek yang dilihat mata. Baik itu dilakukan ketika siang atau malam, langit selalu memberi ilham kepada orang-orang yang mau berpikir, bahwa alam semesta ini sangat mengagumkan, indah, dan memesona. Ada banyak rahasia-rahasia ilmu pengetahuan yang dapat diungkap di atas sana.

2. Menunjukkan hajat, kefakiran, dan kelemahan diri

Secara ekspresif, meski tidak diucapkan dengan lisan, orang yang mengarahkan mukanya ke langit, berarti mengakui bahwa di atas sana ada kekuatan maha dahsyat. Ia mengharapkan datangnya pertolongan pada kekuatan itu.

Menurut penelitian, secara psikis, ada ketenangan tersendiri yang menyelinap masuk ke dalam jiwa seseorang saat ia melihat langit. Maka, bagi siapa pun yang sedang dirundung masalah, ketika dadanya merasa sesak-terhimpit berbagai ujian hidup yang datang bertubi-tubi, cobalah untuk memandang birunya cakrawala. Meski tidak ada jaminan bahwa masalah akan terselesaikan dengan cara sesederahana ini, tetapi, setidaknya hati akan lebih tenang dan pikiran akan lebih jernih. Sedikit demi sedikit, terbukalah jalan keluar dari lilitan masalah yang sedang dihadapi.

Adapun rahasia kenapa melihat langit semenakjubkan itu pengaruhnya bagi kejiwaan, dikarenakan amalan ini merupakan manifestasi dari syiddatul iftiqar (mengakui kefakiran diri dan rasa sangat membutuhkan pertolongan Allah) yang merupakan intisari beribadah kepada-Nya. Syiddatul iftiqar inilah yang menjadi sebab datangnya curahan rahmat dari Allah. Sebagaimana doa Nabi Musa ‘alaihissalam yang sangat indah.

رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ


“Ya Tuhanku sesungguhnya aku ini fakir (sangat memerlukan) suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS. Al-Qashash: 24)

3. Berbaik sangka kepada Allah

Seakan-akan, insan yang menatap langit, sedang menanti datangnya berita baik dengan penuh rasa harap. Hal inilah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berhusnudzhan kepada Rabbnya, dan ada rasa optimis dalam jiwanya, bahwa cepat atau lambat, apa yang diinginkan, pasti Allah kabulkan.

4.Mentauhidkan Allah dalam perkara Rububiyah dan perkara Uluhiyah

Maksud dari Rububiyah adalah; perbuatan-perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh Allah. Seperti memberi rezeki, menciptakan, menghidupkan, mematikan, serta mengatur tatanan alam semesta ini. Sedangkan pengertian Uluhiyah adalah; perbuatan-perbuatan hamba yang seharusnya ditujukan untuk Allah semata.

Jadi, dengan melihat langit yang merupakan tanda-tanda keagungan-Nya, fitrah mengakui keesaan Khaliq akan tumbuh. Sebab, mustahil kiranya, alam semesta ini dengan segala sistemnya yang rumit, diatur oleh dua Tuhan.

لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا ۚ فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ


“Sekiranya di langit dan bumi ada tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy dari pada apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al-Anbiya: 22)
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
اَلَمۡ يَاۡنِ لِلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ تَخۡشَعَ قُلُوۡبُهُمۡ لِذِكۡرِ اللّٰهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الۡحَـقِّۙ وَلَا يَكُوۡنُوۡا كَالَّذِيۡنَ اُوۡتُوا الۡكِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُهُمۡ‌ؕ وَكَثِيۡرٌ مِّنۡهُمۡ فٰسِقُوۡنَ
Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik.

(QS. Al-Hadid Ayat 16)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More