Menceritakan Nikmat kepada Orang Lain (1): Bentuk Syukur Atau Pamer?

Rabu, 12 Juli 2023 - 14:14 WIB
Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq, Dai yang juga pengasuh Mahad Subulana Bontang Kalimantan Timur. Foto/Ist
Allah Ta'ala memerintahkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur dan mengagungkan nikmat yang telah dikaruniakan-Nya. Di antara bentuk syukur dan pengagungan nikmat adalah dengan banyak menyebut-nyebutnya.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ


Artinya: "Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya." (QS. Adh-Dhuha Ayat 11)

Apakah menceritakan nikmat kepada orang lain itu bentuk syukur atau pamer ? Mari simak penjelasan Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq, Dai yang juga pengasuh Ma'had Subulana Bontang berikut:

Para ulama tafsir ketika menjelaskan makna ayat di atas memiliki penjelasan beragam. Tapi memiliki inti yang sama yakni menyebut, menceritakan dan menyiarkan nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya. Berikut penjelasan para Mafasirin:

Imam Qurthubi rahimahullah berkata:

أي ‌انشر ‌ما ‌أنعم ‌الله ‌عليك ‌بالشكر ‌والثناء. والتحدث بنعم الله، والاعتراف بها شكر

Artinya: "Yaitu maksudnya menyebarkan nikmat yang telah diberikan oleh Allah atas dirimu dengan bersyukur dan memuji-mujinya. Dan menunjukkan (menampakkan) nikmat adalah termasuk bentuk syukur." [Tafsir al-Qurthubi (20/102)]

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

‌وكما ‌كنت ‌عائلا ‌فقيرا ‌فأغناك ‌الله، فحدث بنعمة الله عليك، كما جاء في الدعاء المأثور النبوي: "واجعلنا شاكرين لنعمتك مثنين بها، قابليها، وأتمها علينا

Artinya: "Dan sebagaimana engkau yang tadinya dari keluarga miskin kemudian Allah berikan kekayaan, maka nikmat Allah atas dirimu itu ceritakanlah. Hal ini sebagaimana yang tersirat dalam doa Nabi yang terkenal : "Jadikan kami orang-orang yang bersyukur pada nikmat-Mu, pemuji nikmat-Mu, penerima nikmat-Mu, dan sempurnakanlah nikmat-Mu kepada kami." [Tafsir Ibnu Katsir (8/414)]

Ibnu Nadzrah rahimahullah berkata:

كان المسلمون يرون أن ‌من ‌شكر ‌النعمة ‌أن ‌يحدّث ‌بها

Artinya: "Dahulu kaum muslimin memandang bahwa diantara bentuk bersyukur atas sebuah nikmat adalah menceritakan/menyebut-nyebut nikmat tersebut." [Tafsir al-Kabir (1/155)]

Imam Alusiy rahimahullah berkata:

‌فإن ‌التحدث ‌بها ‌شكر ‌لها كما قال عمر بن عبد العزيز والحسن وقتادة والفضيل بن عياض

Artinya: "Karena sesungguhnya menyebut-nyebut nikmat itu adalah bentuk syukur atasnya, sebagaimana hal ini dinyatakan oleh Umar bin Abdul Aziz, Hasan al-Bashri, Qatadah dan Fudhail bin Iyadh." [Ruhul Ma'ani (15/383)]

Imam Ibnu Abi Hatim rahimahullah berkata:

‌إذا ‌أصبت ‌خيرا ‌فحدث ‌إخوانك

Artinya: "Jika kamu mendapatkan suatu kebaikan, maka ceritakanlah kepada saudara-saudaramu." [Tafsir Ibnu Abi Hatim (10/3444)]

Menceritakan, mengabarkan dan menyebut-nyebut nikmat yang didapatkan dikenal dengan istilah Tahaduts bi Ni'matillah adalah bagian dari bentuk syukur kepada Allah. Imam Ibnu Asyur rahimahullah berkata: "Tahaduts yakni mengabarkan, yaitu menceritakan apa-apa yang telah Allah anugerahkan kepadamu dan mengakui akan karuniaNya, itu adalah bentuk dari rasa syukur." [Tahrir wa Tanwir (30/403)]

Perlu diingat, menyebut-nyebut nikmat atau menceritakannya adalah hal yang diperintahkan dalam syariat. Namun jangan sampai salah niat sehingga tujuannya adalah pamer untuk membanggakan diri terhadap orang lain.

(Bersambung)!

(rhs)
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Malaikat tidak mau masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat patung-patung atau gambar-gambar.

(HR. Muslim No. 3948)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More