Setiap Kezaliman Ada Balasannya, Ini 5 Adab Orang yang Teraniaya
Sabtu, 29 Juli 2023 - 06:30 WIB
Di antara kita mungkin pernah teraniaya atau dizalimi orang lain. Atau barang kali pernah merasa dizalimi oleh penguasa yang tidak adil. Bagaimana sikap kita menyikapi hal ini? Atau seperti apakah adab orang yang teraniaya?
Dalam Hadis memang disebutkan bahwa doa orang yang teraniaya sangat mustajab. Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma secara marfu: "Takutlah terhadap doa orang yang teraniaya! Sesungguhnya doa tersebut naik ke langit laksana percikan api." (HR Hakim)
Hadis ini menjadi peringatan keras kepada manusia agar menjauhi segala bentuk kezaliman. Orang yang mendoakan kebaikan kepada pelaku zalim agar dapat hidayah atau hatinya dilembutkan termasuk adab yang mulia. Mendoakan kebaikan merupakan akhlak yang agung dan tuntunan yang indah, kendati boleh mendoakan yang lain bagi pelaku zalim.
Dai lulusan Sastra Arab Universitas Indonesia, Ustaz Farid Nu'man Hasan menjelaskan bahwa setiap kezaliman pasti ada balasannya. Bagi orang yang teraniaya, ada beberapa sikap yang dapat dilakukan.
Berikut 5 Adab Orang yang Teraniaya:
1. Bersabar
Bersabar bukan berarti diam, tapi seperti yang Allah Ta'ala ajarkan yaitu tidak takut, tidak lesu, dan tidak menyerah. Sebagaiman firman-Nya dalam Al-Qur'an :
وَكَاَ يِّنْ مِّنْ نَّبِيٍّ قٰتَلَ ۙ مَعَهٗ رِبِّيُّوْنَ كَثِيْرٌ ۚ فَمَا وَهَنُوْا لِمَاۤ اَصَا بَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَمَا ضَعُفُوْا وَمَا اسْتَكَا نُوْا ۗ وَا للّٰهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya; "Dan betapa banyak Nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar." (QS. Ali 'Imran Ayat 146)
2. Meyakini Setiap Kezaliman Ada Balasannya
Dalam Hadits Shahih yang diriwayatkan Abu Daud ath-Thayalisi, disebutkan bahwa salah satu jenis kezaliman adalah zhulmun laa yatrukuhullah (kezaliman yang tidak akan Allah biarkan). Maksudnya, Allah akan membalas pelaku kezaliman itu baik cepat atau lambat. Sehingga ini menjadi hiburan bagi orang-orang lemah yang terzalimi bahwa kezaliman yang mereka alami, akan ada pembalasannya atas para pelakunya.
3. Meyakini Setiap Musibah Adalah Penggugur Dosa
Dalam Hadis disebutkan bahwa Allah Ta'ala akan menghapuskan dosa mereka ikhlas atas musibah atau gangguan dari orang lain. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ، مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Artinya: "Tidaklah seorang muslim tertimpa kelelahan, gelisah, sedih, gangguan, murung, sampai-sampai duri yang menusuknya melainkan Allah akan jadikan itu sebagai penghapus kesalahannya." (HR Al-Bukhari 5641)
4. Menceritakan Kezaliman Seseorang kepada Hakim atau Penguasa
Orang yang dizalimi punya hak untuk menceritakan apa yang dialaminya kepada hakim atau penguasa. Dengan harapan ia mendapatkan keadilan dan menghentikan kezaliman tersebut. Hal ini bukanlah ghibah yang terlarang.
Imam An-Nawawi memasukkan "menceritakan kezaliman seseorang kepada hakim atau pemimpin" sebagai ghibah yang diperbolehkan, dalam kitab Riyadhusshalihin-nya. Adapun bagi orang lain yang melihat kezaliman, hendaknya tidak diam, tapi memberikan pertolongan.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا نَنْصُرُهُ مَظْلُومًا فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا قَالَ تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ
Dalam Hadis memang disebutkan bahwa doa orang yang teraniaya sangat mustajab. Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma secara marfu: "Takutlah terhadap doa orang yang teraniaya! Sesungguhnya doa tersebut naik ke langit laksana percikan api." (HR Hakim)
Hadis ini menjadi peringatan keras kepada manusia agar menjauhi segala bentuk kezaliman. Orang yang mendoakan kebaikan kepada pelaku zalim agar dapat hidayah atau hatinya dilembutkan termasuk adab yang mulia. Mendoakan kebaikan merupakan akhlak yang agung dan tuntunan yang indah, kendati boleh mendoakan yang lain bagi pelaku zalim.
Dai lulusan Sastra Arab Universitas Indonesia, Ustaz Farid Nu'man Hasan menjelaskan bahwa setiap kezaliman pasti ada balasannya. Bagi orang yang teraniaya, ada beberapa sikap yang dapat dilakukan.
Berikut 5 Adab Orang yang Teraniaya:
1. Bersabar
Bersabar bukan berarti diam, tapi seperti yang Allah Ta'ala ajarkan yaitu tidak takut, tidak lesu, dan tidak menyerah. Sebagaiman firman-Nya dalam Al-Qur'an :
وَكَاَ يِّنْ مِّنْ نَّبِيٍّ قٰتَلَ ۙ مَعَهٗ رِبِّيُّوْنَ كَثِيْرٌ ۚ فَمَا وَهَنُوْا لِمَاۤ اَصَا بَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَمَا ضَعُفُوْا وَمَا اسْتَكَا نُوْا ۗ وَا للّٰهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya; "Dan betapa banyak Nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar." (QS. Ali 'Imran Ayat 146)
2. Meyakini Setiap Kezaliman Ada Balasannya
Dalam Hadits Shahih yang diriwayatkan Abu Daud ath-Thayalisi, disebutkan bahwa salah satu jenis kezaliman adalah zhulmun laa yatrukuhullah (kezaliman yang tidak akan Allah biarkan). Maksudnya, Allah akan membalas pelaku kezaliman itu baik cepat atau lambat. Sehingga ini menjadi hiburan bagi orang-orang lemah yang terzalimi bahwa kezaliman yang mereka alami, akan ada pembalasannya atas para pelakunya.
3. Meyakini Setiap Musibah Adalah Penggugur Dosa
Dalam Hadis disebutkan bahwa Allah Ta'ala akan menghapuskan dosa mereka ikhlas atas musibah atau gangguan dari orang lain. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ، مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Artinya: "Tidaklah seorang muslim tertimpa kelelahan, gelisah, sedih, gangguan, murung, sampai-sampai duri yang menusuknya melainkan Allah akan jadikan itu sebagai penghapus kesalahannya." (HR Al-Bukhari 5641)
4. Menceritakan Kezaliman Seseorang kepada Hakim atau Penguasa
Orang yang dizalimi punya hak untuk menceritakan apa yang dialaminya kepada hakim atau penguasa. Dengan harapan ia mendapatkan keadilan dan menghentikan kezaliman tersebut. Hal ini bukanlah ghibah yang terlarang.
Imam An-Nawawi memasukkan "menceritakan kezaliman seseorang kepada hakim atau pemimpin" sebagai ghibah yang diperbolehkan, dalam kitab Riyadhusshalihin-nya. Adapun bagi orang lain yang melihat kezaliman, hendaknya tidak diam, tapi memberikan pertolongan.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا نَنْصُرُهُ مَظْلُومًا فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا قَالَ تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ