Pelajaran dari Hadis tentang Dialog Nabi Muhammad SAW dengan Jibril bagi Para Penuntut Ilmu

Selasa, 29 Agustus 2023 - 05:15 WIB
Penuntut ilmu hendaknya memerhatikan kebersihan pakaiannya. Ilustrasi: Antara
Potongan hadis dari Umar bin Khattab ra yang menceritakan tentang dialog Nabi Muhammad SAW dengan malaikat Jibril tentang Islam, Iman, Ikhsan, dan hari kiamat, ternyata sarat akan pelajaran bagi para penuntut ilmu.

Pada awal kisah diceritakan:

"Suatu hari, kami duduk-duduk bersama Rasulullah SAW . Tiba-tiba datang kepada kami seorang laki-laki yang sangat putih pakaiannya lagi sangat hitam rambutnya. Tidak terlihat padanya bekas atau tanda-tanda safar. Tidak ada seorang pun dari kami yang mengenalnya. Orang tersebut duduk dekat Nabi SAW, dia menempelkan lututnya dengan lutut Nabi SAW, lalu meletakkan kedua tangannya di atas pahanya..."



Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi dalam bukunya berjudul "Syarah 10 Landasan Agama dari Kalimat Nubuwwah" menjelaskan tentang kalimat: “sangat putih pakaiannya”.

Menurutnya, ini menunjukkan bahwa penuntut ilmu hendaknya memerhatikan kebersihan pakaiannya baik ketika menghadiri majelis ilmu, masjid, sekolah, majelis ta‘lim, dan sebagainya. Dalam hadis RasulullahSAW pernah menyatakan:

“Pakailah pakaian putih, karena itu adalah sebaik-baik pakaian dan kafanilah orang yang mati di antara kalian dengan kain putih.” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa‘i).

Menurutnya, berpakaian putih ini memang bukan suatu keharusan, tetapi pakaian putih itu lambang kesucian dan kalau terkena noda mudah kelihatan. Oleh karenanya, dalam doa iftitah kita membaca “sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran” kenapa disebut dan dipilih kain putih di antara warna lainnya? Karena kain putih paling tampak kalau kotor.



Selanjutnya kalimat: “sangat hitam rambutnya”. Menurut Abu Ubaidah, ini menunjukkan bahwa hendaknya seorang penuntut ilmu memperhatikan rambutnya, jangan berantakan tak terurus. Oleh karena itu, dalam sebuah hadis dikatakan: “Siapa yang memiliki rambut maka hendaknya dia memuliakannya.” (HR Abu Dawud)

Lalu, kalimat: “Tidak terlihat padanya tanda-tanda safar”. Ini menunjukkan bahwasanya dia adalah orang yang bersih. Abu Ubaidah mengatakan hendaknya seorang penuntut ilmu jika mendatangi majelis ilmu dalam keadaan bersih, segar, dan siap untuk menimba ilmu. "Janganlah datang ke majelis ilmu dalam keadaan berantakan, malas, kucel, dan mengantuk atau mungkin lelah sehingga akhirnya nanti hanya tidur saja di majelis ilmu dan tidak meraih ilmu," katanya.

(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
اِنَّ الۡمُنٰفِقِيۡنَ يُخٰدِعُوۡنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُوْهُمۡ‌ ۚ وَاِذَا قَامُوۡۤا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوۡا كُسَالٰى ۙ يُرَآءُوۡنَ النَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُوۡنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيۡلًا
Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud ria ingin dipuji di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.

(QS. An-Nisa Ayat 142)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More