Makna Beragam Sekaten, Salah Satunya Syahadatain
Selasa, 26 September 2023 - 05:15 WIB
Sekaten adalah tata cara upacara Raja atau Keraton yang diselenggarakan dalam rangka menghormati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW . Upacara sekaten dilakukan oleh keraton Surakarta dan Yogyakarta .
GPH Poeger dalam buku berjudul "Kalawarti Budaya Sitarodya" menyebut Sekaten berasal dari bahasa Jawa yaitu dan kata "Sekati" yang artinya setimbang atau seimbang antara yang baik dengan yang buruk. Menurut bahasa Arab Sekaten mempunyai beberapa pengertian sebagai berikut:
a. Sakhatein artinya menghilangkan dua perkara yaitu watak hewan dan watak setan.
b. Sakatain artinya menghentikan atau menghindari dua perkara yaitu perkara yang bersifat lacut dan bersifat menyeieweng.
c. Sakhotain artinya menanamkan dua perkara yaitu ngrumkebi budi suci dan menghambakan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
d. Syahadatain artinya meyakini dua perkara yaitu Syahadat Tauhid atau percaya adanya Allah YME dan Syahadat Rasul yang artinya percaya kalau Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah.
ES Ardinarto dalam karya tulisnya berjudul "Sekaten Merupakan Upacaya Adat yang Bernuansa Religius" menyebut Sekaten berasal dari kata sekati yaitu nama dua perangkat gamelan pusaka keraton yang dibunyikan selama seminggu semenjak tanggal 5 sampai dengan tanggal 12 bulan Robiullawal atau Mulud dalam rangkaian acara menyambut hari Maulid (kelahiran) Nabi Muhammad SAW.
Dalam acara sekatenan yang tidak boleh ditinggalkan adalah gamelan dan gunungan. Kedua perangkat tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tanpa salah satu perangkat tersebut namanya bukan sekatenan.
Gamelan dan gunungan merupakan perpaduan antara adat istiadat dengan religius. Gamelan merupakan adat budaya bangsa Jawa khususnya yang sudah dilaksanakan sejak nenek moyang dahulu.
Demikian juga gunungan yang bermakna gunung-gunung sebagai salah satu wujud sesaji selamatan yang khusus dibuat untuk disajikan dalam selamatan negara. Dalam ajaran Islam dinamakan sodaqoh, dalam ajaran Kristen dinamakan persembahan.
Jadi sekaten kecuali menyambut perayaan kelahiran Nabi Muhammad, juga sebagai upacara ucap syukur keraton kepada Tuhan Yang Maha Esa.
GPH Poeger dalam buku berjudul "Kalawarti Budaya Sitarodya" menyebut Sekaten berasal dari bahasa Jawa yaitu dan kata "Sekati" yang artinya setimbang atau seimbang antara yang baik dengan yang buruk. Menurut bahasa Arab Sekaten mempunyai beberapa pengertian sebagai berikut:
a. Sakhatein artinya menghilangkan dua perkara yaitu watak hewan dan watak setan.
b. Sakatain artinya menghentikan atau menghindari dua perkara yaitu perkara yang bersifat lacut dan bersifat menyeieweng.
c. Sakhotain artinya menanamkan dua perkara yaitu ngrumkebi budi suci dan menghambakan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
d. Syahadatain artinya meyakini dua perkara yaitu Syahadat Tauhid atau percaya adanya Allah YME dan Syahadat Rasul yang artinya percaya kalau Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah.
ES Ardinarto dalam karya tulisnya berjudul "Sekaten Merupakan Upacaya Adat yang Bernuansa Religius" menyebut Sekaten berasal dari kata sekati yaitu nama dua perangkat gamelan pusaka keraton yang dibunyikan selama seminggu semenjak tanggal 5 sampai dengan tanggal 12 bulan Robiullawal atau Mulud dalam rangkaian acara menyambut hari Maulid (kelahiran) Nabi Muhammad SAW.
Dalam acara sekatenan yang tidak boleh ditinggalkan adalah gamelan dan gunungan. Kedua perangkat tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tanpa salah satu perangkat tersebut namanya bukan sekatenan.
Gamelan dan gunungan merupakan perpaduan antara adat istiadat dengan religius. Gamelan merupakan adat budaya bangsa Jawa khususnya yang sudah dilaksanakan sejak nenek moyang dahulu.
Demikian juga gunungan yang bermakna gunung-gunung sebagai salah satu wujud sesaji selamatan yang khusus dibuat untuk disajikan dalam selamatan negara. Dalam ajaran Islam dinamakan sodaqoh, dalam ajaran Kristen dinamakan persembahan.
Jadi sekaten kecuali menyambut perayaan kelahiran Nabi Muhammad, juga sebagai upacara ucap syukur keraton kepada Tuhan Yang Maha Esa.
(mhy)