Mengapa Yahudi dan Muslim Saling Klaim Yerusalem Sebagai Kota Suci? Ini Alasannya!
Minggu, 08 Oktober 2023 - 22:30 WIB
Beberapa waktu lalu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas di sidang PBB bahwa mengatakan Yahudi tidak memiliki hubungan dengan Temple Mount atau Bukit Bait Suci, sebuah bukit yang berada di kota tua Yerusalem. Bagian timur Yerusalem itu diklaim sebagai bagian dari wilayah Otoritas Palestina.
Bagi warga Yahudi sendiri, Temple Mount merupakan situs puncak bukit yang dianggap sebagai tempat paling suci dalam Yudaisme (agama Yahudi). Di lokasi ini terdapat beberapa tempat-tempat paling suci.
Baik Yahudi dan Muslim sama-sama mengklaim Yerusalem sebagai Kota Suci. Yerusalem atau dikenal dengan Al-Quds merupakan salah satu kota tua paling bersejarah di dunia. Kaum Yahudi mengklaim Yerusalem sebagai wilayah otoritasnya karena dianggap "tanah yang dijanjikan Tuhan" untuk mereka. Menurut tradisi Alkitab, Raja Daud merebut kota ini dari suku Yebus dan kemudian didirikannya sebagai ibu kota Kerajaan Israel Bersatu. Putranya, Raja Salomo, memerintahkan pembangunan Bait Pertama.
Yerusalem memang sudah lama menjadi sumber perselisihan. Meskipun hampir semua kedutaan asing di Israel berlokasi di Tel Aviv, negara itu menganggap Yerusalem sebagai ibu kotanya. Secara resmi telah dibagi antara Israel dan Palestina selama hampir 70 tahun, namun berpindah tangan berkali-kali sepanjang lebih dari 5.000 tahun sejarahnya.
Duel klaim Israel dan Palestina atas kota itu diwarnai dengan konflik selama beberapa dekade, di mana pemukim Yahudi mengusir warga Arab Muslim dari rumah mereka dan mendirikan negara Israel di tanah mereka pada pertengahan abad ke-20.
Namun klaim tersebut juga terkait dengan agama Yudaisme dan Islam, yang keduanya mengakui Yerusalem sebagai tempat suci. Pada Tahun 2017, Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat (AS) mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, yang secara efektif mendukung kendali Israel atas kota tersebut. Pada 14 Mei 2018, AS merelokasi kedutaan besarnya ke Yerusalem dari Tel Aviv.
Yerusalem dalam Perspektif Yahudi dan Islam
Yahudi dan Islam masing-masing mengklaim bahwa Yerusalem adalah wilayah otoritasnya. Pengikut kedua agama ini telah menguasai seluruh atau sebagian kota tersebut selama beberapa ribu tahun terakhir.
Sekilas sejarah Yerusalem pada Tahun 1.000 SM, Raja Daud menetapkan kekuasaan Yahudi atas Yerusalem. Kota ini jatuh dan lepas kendali selama beberapa masa berikutnya; khususnya selama Perang Salib. Bagi Yahudi, Yerusalem adalah tanah Israel sebagaimana dalam Alkitab Ibrani, serta kota tempat putra Daud, Salomo, membangun kuilnya.
Yahudi menganggap Yerusalem sebagai "tanah yang dijanjikan Tuhan" untuk mereka. Namun, tentara salib Kristen pernah berperang melawan faksi Kristen dan Muslim yang bersaing untuk menguasai kota ini. Pada Tahun 1517 dan 1917, Kekaisaran Ottoman (Dinasti Utsmaniyah) menguasai kota ini.
Pada Tahun 1967, Israel merebut kembali kawasan tersebut. Ketegangan dan konflik antara Israel dan Palestina pun tak terhindarkan sampai sekarang. Upaya mendamaikan kedua pihak (Israel dan Palestina) selalu mengalami kebuntuan. Apa yang menyebabkan keduanya terus terlibat konflik berkepanjangan? Ternyata penyebabnya bukan sekadar masalah politis, tetapi ada paragdima historis (sudut pandang sejarah) yang tidak dilepaskan dari keduanya.
DR Miftah el-Banjary, pakar Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an lulusan Mesir dalam satu kajiannya mengatakan, Bani Israil memiliki sejarah panjang sejak zaman para Nabi. Al-Qur'an menjelaskan aspek historis Yahudi yang masih keturunan Nabi Ibrahim dari jalur putranya Ishaq. Sedangkan penyebutan nama lain istilah "Yahudi" lebih spesifik lagi mengindikasikan mereka berasal dari keturunan Yahudza; putra Nabi Ya'qub.
Kelahiran Nabi Musa menandai kembalinya kejayaan Bani Israel. Nabi Musa-lah yang menyelematkan Bani Israel dari perbudakan. Nabi Musa pula yang membawa mereka keluar dari Tanah Mesir menuju "Land Promised" atau "Tanah yang Dijanjikan" di Yerusalem. Semenjak anak keturunan Ya'qub meninggalkan negeri Kan'an yang masih termasuk kawasan Yerusalem menuju Tanah Mesir pada masa Nabi Yusuf, kemudian mereka hidup beranak keturunan serta menempati Mesir lebih dari 500 tahun lamanya. Kemudian keluar meninggalkan Mesir pada masa Nabi Musa, secara geografis mereka tidak memiliki tanah tempat lagi.
Nabi Musa mengajak mereka memasuki tanah Yerusalem yang di dalamnya dijanjikan kedamaian, kemakmuran dan kesejahteraan. Namun, dalam perjalanannya mereka justru enggan, bahkan kedurhakaan mereka lakukan hingga Bani Israel generasi awal gagal memasuki Yerusalem.
Mereka baru bisa masuk saat dibawa oleh Nabi Ilyasa' atau Nabi Elisa menurut Taurat di Perjanjian Lama. Orang-orang Israel yang memasuki Yerusalem pun harus berperang terlebih dahulu melawan raja yang sedang berkuasa di sana. Di sinilah kisah heroik Jalut mengalahkan Talut diceritakan di pengujung Surah Al-Baqarah dengan sangat menarik.
Dari sinilah Nabi David (Daud 'alahissalam) menjadi raja bagi Bani Israel. Rentang perjalanan sejarah panjang, orang-orang Israel kembali menguasai Yerusalem ini berlangsung hingga ratusan tahun dan puncaknya saat Nabi Sulaiman mendirikan kerajaan yang menguasai dunia. Nabi Sulaiman pun mendirikan sebuah Haikal (960-953 SM) semacam tempat ibadah suci yang merupakan simbol ketaatan dan kesyukuran atas karunia dan anugerah besar atas dirinya dan Bani Israel.
Haikal ini kemudian diyakini orang-orang Israel sebagai simbol suci kejayaan mereka. Dalam bahasa Ibrani Haikal disebut Bait Hamiqdash yang berarti "Baitul Maqdis" atau "Rumah Suci". Barangkali semacam Baitullah bagi kaum muslimin. Meskipun bangunan Haikal ini sudah dua kali dihancurkan dan dirobohkan pertama oleh Nebukadnezar dari Babylionia (589 SM), kemudian dibangun lagi dari bangunan yang tersisa atas prakarsa toloh Yahudi Zerobabel (520-515 SM).
Sayangnya kemudian dihancurkan lagi oleh Titus, Kaisar Romawi (70 SM). Sampai hari ini bangsa Yahudi tersebar di seluruh dunia kembali ke Palestina untuk membangun negara barunya; Israel Raya. Haikal itu merupakan proyek sejarah dalam mengembalikan kerajaan Israel Raya. Karena itulah, motivasi terbesar mereka adalah mengembalikan berdirinya Haikal Sulaiman demi mengembalikan kejayaan berdirinya Negara Israel Raya di Palestina.
Perspektif Islam
Bagi warga Yahudi sendiri, Temple Mount merupakan situs puncak bukit yang dianggap sebagai tempat paling suci dalam Yudaisme (agama Yahudi). Di lokasi ini terdapat beberapa tempat-tempat paling suci.
Baik Yahudi dan Muslim sama-sama mengklaim Yerusalem sebagai Kota Suci. Yerusalem atau dikenal dengan Al-Quds merupakan salah satu kota tua paling bersejarah di dunia. Kaum Yahudi mengklaim Yerusalem sebagai wilayah otoritasnya karena dianggap "tanah yang dijanjikan Tuhan" untuk mereka. Menurut tradisi Alkitab, Raja Daud merebut kota ini dari suku Yebus dan kemudian didirikannya sebagai ibu kota Kerajaan Israel Bersatu. Putranya, Raja Salomo, memerintahkan pembangunan Bait Pertama.
Yerusalem memang sudah lama menjadi sumber perselisihan. Meskipun hampir semua kedutaan asing di Israel berlokasi di Tel Aviv, negara itu menganggap Yerusalem sebagai ibu kotanya. Secara resmi telah dibagi antara Israel dan Palestina selama hampir 70 tahun, namun berpindah tangan berkali-kali sepanjang lebih dari 5.000 tahun sejarahnya.
Duel klaim Israel dan Palestina atas kota itu diwarnai dengan konflik selama beberapa dekade, di mana pemukim Yahudi mengusir warga Arab Muslim dari rumah mereka dan mendirikan negara Israel di tanah mereka pada pertengahan abad ke-20.
Namun klaim tersebut juga terkait dengan agama Yudaisme dan Islam, yang keduanya mengakui Yerusalem sebagai tempat suci. Pada Tahun 2017, Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat (AS) mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, yang secara efektif mendukung kendali Israel atas kota tersebut. Pada 14 Mei 2018, AS merelokasi kedutaan besarnya ke Yerusalem dari Tel Aviv.
Yerusalem dalam Perspektif Yahudi dan Islam
Yahudi dan Islam masing-masing mengklaim bahwa Yerusalem adalah wilayah otoritasnya. Pengikut kedua agama ini telah menguasai seluruh atau sebagian kota tersebut selama beberapa ribu tahun terakhir.
Sekilas sejarah Yerusalem pada Tahun 1.000 SM, Raja Daud menetapkan kekuasaan Yahudi atas Yerusalem. Kota ini jatuh dan lepas kendali selama beberapa masa berikutnya; khususnya selama Perang Salib. Bagi Yahudi, Yerusalem adalah tanah Israel sebagaimana dalam Alkitab Ibrani, serta kota tempat putra Daud, Salomo, membangun kuilnya.
Yahudi menganggap Yerusalem sebagai "tanah yang dijanjikan Tuhan" untuk mereka. Namun, tentara salib Kristen pernah berperang melawan faksi Kristen dan Muslim yang bersaing untuk menguasai kota ini. Pada Tahun 1517 dan 1917, Kekaisaran Ottoman (Dinasti Utsmaniyah) menguasai kota ini.
Pada Tahun 1967, Israel merebut kembali kawasan tersebut. Ketegangan dan konflik antara Israel dan Palestina pun tak terhindarkan sampai sekarang. Upaya mendamaikan kedua pihak (Israel dan Palestina) selalu mengalami kebuntuan. Apa yang menyebabkan keduanya terus terlibat konflik berkepanjangan? Ternyata penyebabnya bukan sekadar masalah politis, tetapi ada paragdima historis (sudut pandang sejarah) yang tidak dilepaskan dari keduanya.
DR Miftah el-Banjary, pakar Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an lulusan Mesir dalam satu kajiannya mengatakan, Bani Israil memiliki sejarah panjang sejak zaman para Nabi. Al-Qur'an menjelaskan aspek historis Yahudi yang masih keturunan Nabi Ibrahim dari jalur putranya Ishaq. Sedangkan penyebutan nama lain istilah "Yahudi" lebih spesifik lagi mengindikasikan mereka berasal dari keturunan Yahudza; putra Nabi Ya'qub.
Kelahiran Nabi Musa menandai kembalinya kejayaan Bani Israel. Nabi Musa-lah yang menyelematkan Bani Israel dari perbudakan. Nabi Musa pula yang membawa mereka keluar dari Tanah Mesir menuju "Land Promised" atau "Tanah yang Dijanjikan" di Yerusalem. Semenjak anak keturunan Ya'qub meninggalkan negeri Kan'an yang masih termasuk kawasan Yerusalem menuju Tanah Mesir pada masa Nabi Yusuf, kemudian mereka hidup beranak keturunan serta menempati Mesir lebih dari 500 tahun lamanya. Kemudian keluar meninggalkan Mesir pada masa Nabi Musa, secara geografis mereka tidak memiliki tanah tempat lagi.
Nabi Musa mengajak mereka memasuki tanah Yerusalem yang di dalamnya dijanjikan kedamaian, kemakmuran dan kesejahteraan. Namun, dalam perjalanannya mereka justru enggan, bahkan kedurhakaan mereka lakukan hingga Bani Israel generasi awal gagal memasuki Yerusalem.
Mereka baru bisa masuk saat dibawa oleh Nabi Ilyasa' atau Nabi Elisa menurut Taurat di Perjanjian Lama. Orang-orang Israel yang memasuki Yerusalem pun harus berperang terlebih dahulu melawan raja yang sedang berkuasa di sana. Di sinilah kisah heroik Jalut mengalahkan Talut diceritakan di pengujung Surah Al-Baqarah dengan sangat menarik.
Dari sinilah Nabi David (Daud 'alahissalam) menjadi raja bagi Bani Israel. Rentang perjalanan sejarah panjang, orang-orang Israel kembali menguasai Yerusalem ini berlangsung hingga ratusan tahun dan puncaknya saat Nabi Sulaiman mendirikan kerajaan yang menguasai dunia. Nabi Sulaiman pun mendirikan sebuah Haikal (960-953 SM) semacam tempat ibadah suci yang merupakan simbol ketaatan dan kesyukuran atas karunia dan anugerah besar atas dirinya dan Bani Israel.
Haikal ini kemudian diyakini orang-orang Israel sebagai simbol suci kejayaan mereka. Dalam bahasa Ibrani Haikal disebut Bait Hamiqdash yang berarti "Baitul Maqdis" atau "Rumah Suci". Barangkali semacam Baitullah bagi kaum muslimin. Meskipun bangunan Haikal ini sudah dua kali dihancurkan dan dirobohkan pertama oleh Nebukadnezar dari Babylionia (589 SM), kemudian dibangun lagi dari bangunan yang tersisa atas prakarsa toloh Yahudi Zerobabel (520-515 SM).
Sayangnya kemudian dihancurkan lagi oleh Titus, Kaisar Romawi (70 SM). Sampai hari ini bangsa Yahudi tersebar di seluruh dunia kembali ke Palestina untuk membangun negara barunya; Israel Raya. Haikal itu merupakan proyek sejarah dalam mengembalikan kerajaan Israel Raya. Karena itulah, motivasi terbesar mereka adalah mengembalikan berdirinya Haikal Sulaiman demi mengembalikan kejayaan berdirinya Negara Israel Raya di Palestina.
Perspektif Islam