Doa Sujud Syukur dengan Bahasa Arab, Terjemahan serta Dalilnya
Senin, 09 Oktober 2023 - 19:09 WIB
Doa sujud syukur ini penting dipahami dan dianjurkan untuk diamalkan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Kenapa harus sujud syukur ? Apa Dalilnya?
Menurut para ulama, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam selalu melakukan sujud syukur ketika datang kepadanya hal yang menggembirakan. Atas dasar itu, ulama memasukkan sujud syukur sebagai sunnah ketika seseorang mendapatkan nikmat.
Sujud syukur sendiri dilakukan dalam keadaan suci di badan, pakaian, dan tempat sujud, yang diamalkan di luar pelaksanaan salat. Sujud ini dikerjakan karena datangnya nikmat mendadak, terhindar dari bahaya, melihat orang kena musibah (atau orang cacat), atau orang fasik secara terang-terangan.
Apa bacaan doanya saat sujud syukur? Dikutip dari laman NU online, Syekh Sulaiman Al-Kurdi menganjurkan tahmid sebagai doa pada sujud syukur:
Alhamdulillāhil ladzī an‘ama ‘alayya bi kadzā, wa dafa‘a annī kadzā, wa ‘āfānī mimmābtalā bihī fulānan.
Artinya, “Segala puji bagi Allah, Zat yang memberikan nikmat kepadaku berupa…(sebutkan dalam hati nikmat yang diterima), dan menolak dariku marabahaya…(sebutkan bahaya yang dimaksud), dan menyelematkanku dari musibah yang Allah berikan kepada fulan…(sebutkan musibah yang dimaksud),” (Syekh Sulaiman Al-Kurdi, Al-Hawasyil Madaniyyah, [Al-Haramain: tanpa tahun], juz I, halaman 317)
Selain itu, ada beberapa doa untuk sujud syukur yang juga bisa diamalkan ketika terhindar dari suatu dosa atau maksiat yang merebak:
Bacaan doanya :
Allāhumma lā taj‘al mushībatanā fī dīninā.
Artinya, “Ya Allah, jangan jadikan musibah kami pada agama kami.”
Sebagian ulama menyamakan bacaan sujud syukur dan sujud tilawah, yakni :
Sajada wajhiya lil ladzī khalaqahū wa shawwarahū wa syaqqa sam‘ahū wa basharahū bi haulihī wa quwwatihī fa tabārakallāhu ahsanul khāliqīna.
Artinya, “Diriku bersujud kepada Zat yang menciptakan dan membentuknya, membuka pendengaran dan penglihatannya dengan daya dan kekuatan-Nya. Maha suci Allah, sebaik-baik pencipta,” (Zainuddin Al-Malibari, Fathul Mu’in pada hamisy I’anatut Thalibin).
Wallahu A'lam
Menurut para ulama, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam selalu melakukan sujud syukur ketika datang kepadanya hal yang menggembirakan. Atas dasar itu, ulama memasukkan sujud syukur sebagai sunnah ketika seseorang mendapatkan nikmat.
Sujud syukur sendiri dilakukan dalam keadaan suci di badan, pakaian, dan tempat sujud, yang diamalkan di luar pelaksanaan salat. Sujud ini dikerjakan karena datangnya nikmat mendadak, terhindar dari bahaya, melihat orang kena musibah (atau orang cacat), atau orang fasik secara terang-terangan.
Apa bacaan doanya saat sujud syukur? Dikutip dari laman NU online, Syekh Sulaiman Al-Kurdi menganjurkan tahmid sebagai doa pada sujud syukur:
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيَّ بِكَذَا وَدَفَعَ عَنِّيْ كَذَا وَعَافَانِيْ مِمَّا ابْتَلَى بِهِ فُلَانًا
Alhamdulillāhil ladzī an‘ama ‘alayya bi kadzā, wa dafa‘a annī kadzā, wa ‘āfānī mimmābtalā bihī fulānan.
Artinya, “Segala puji bagi Allah, Zat yang memberikan nikmat kepadaku berupa…(sebutkan dalam hati nikmat yang diterima), dan menolak dariku marabahaya…(sebutkan bahaya yang dimaksud), dan menyelematkanku dari musibah yang Allah berikan kepada fulan…(sebutkan musibah yang dimaksud),” (Syekh Sulaiman Al-Kurdi, Al-Hawasyil Madaniyyah, [Al-Haramain: tanpa tahun], juz I, halaman 317)
Selain itu, ada beberapa doa untuk sujud syukur yang juga bisa diamalkan ketika terhindar dari suatu dosa atau maksiat yang merebak:
Bacaan doanya :
اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِي دِيْنِنَا
Allāhumma lā taj‘al mushībatanā fī dīninā.
Artinya, “Ya Allah, jangan jadikan musibah kami pada agama kami.”
Sebagian ulama menyamakan bacaan sujud syukur dan sujud tilawah, yakni :
سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ فَتَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ الخَالِقِيْنَ
Sajada wajhiya lil ladzī khalaqahū wa shawwarahū wa syaqqa sam‘ahū wa basharahū bi haulihī wa quwwatihī fa tabārakallāhu ahsanul khāliqīna.
Artinya, “Diriku bersujud kepada Zat yang menciptakan dan membentuknya, membuka pendengaran dan penglihatannya dengan daya dan kekuatan-Nya. Maha suci Allah, sebaik-baik pencipta,” (Zainuddin Al-Malibari, Fathul Mu’in pada hamisy I’anatut Thalibin).
Wallahu A'lam
(wid)