Doktrin Zionis: Begini Ajaran Talmud yang Diklaim Kaum Yahudi sebagai Ucapan Nabi Musa
Selasa, 17 Oktober 2023 - 16:50 WIB
Zionis memperoleh kaidah-kaidah pemikirannya dari Talmud dan Protocols of Zion yakni rumusan-rumusan pemikiran, tujuan, dan gerakan Zionis. Tak sedikit pihak yang berpendapat bahwa Talmud adalah kitab suci yang telah dirusak dan diubah oleh orang-orang Yahudi .
Kalangan zionis mengklaim bahwa beberapa risalah dalam Talmud dikutip dari kata-kata Nabi Musa yang keluar dari lisannya sendiri. "Padahal sejak dahulu meskipun sampai turunnya Nabi Isa sebelum hari kiamat nanti dia tidak akan mengajarkan Talmud," tulis M Kholid Muslih dkk, dalam papernya berjudul "Ideologi Zionisme dalam Timbangan Teologi Islam".
Faktanya, Nabi Isa mengkritik kitab Mishnah (Talmud pertama) dan orang yang mengajarkannya, karena isi kitab itu semuanya sesat, dan bahkan bertentangan dengan Taurat.
Para Rabbi Yahudi menambahkan keterangan palsu dalam Mishnah suatu ajaran yang disebut kitab Gemarah. Ini adalah kitab tafsir yang dikarang oleh Rabbi Yahudi.
Selanjutnya, Mishnah tersebut lebih dikenal sebagai Talmud. Talmud dibagi menjadi dua bagian yaitu Talmud al-Quds ( Yerusalem ) dan Talmud Babilon ( Babilonia ). Orang-orang Yahudi dan Zionis berpendapat bahwa Talmud Babilonia adalah yang paling otoritatif.
Dia mengklaim bahwa Talmud lebih baik dan lebih benar daripada Taurat, seperti yang dikatakan Rabbi Yahiel bin Yoseph, "Tanpa Talmud kita tidak memahami ayat-ayat Taurat. Tuhan telah menganugerahkan keistimewaan ini kepada orang-orang bijak… Orang-orang bijak tersebut mengarang tafsir-tafsir mereka (yang berupa Talmud)… Mereka yang tidak mempelajari Talmud tidak dapat memahami Taurat.”
Selain itu, tertulis di dalam Talmud Erubin 2b sebagaimana dinukil ZA Maulani dalam buku berjudul "Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia (Daseta, 2002): “Wahai anakku, kamu harus mendahulukan fatwa Ahli Kitab (Talmud) daripada ayat-ayat Taurat.”
ZA Maulani menyebut di antara ajaran di dalam Talmud yang paling fundamental dan kontroversial adalah sebagai berikut:
Pertama, orang-orang Yahudi bertujuan untuk mendirikan pemerintahan mereka sendiri dan menguasai dunia seperti yang dijanjikan oleh Tuhan mereka, Yahweh dalam Kitab Perjanjian Lama. Tanah yang dijanjikan tersebut terbentang dari Sungai Nil sampai Sungai Efrat.
Kedua, keyakinan akan datangnya al-Masih, seorang utusan Tuhan yang datang dari bukit Zion dan dari trah Nabi Daud untuk menyelamatkan mereka serta membalaskan dendam kepada semua bangsa.
Ketiga, mereka percaya telah dijanjikan tanah Palestina seperti dalam Taurat, di mana mereka merujuk pada Perjanjian Lama, “Dan pada hari itu Tuhan membuat perjanjian dengan Abraham, dengan mengatakan: Untuk keturunanmu Aku memberikan tanah ini dari Sungai Mesir ke sungai Efrat”.
M Kholid Muslih mengatakan dokumen atau teks ini hanya ditemui dalam Perjanjian Lama, yang dikembangkan oleh para rabbi. Sekalipun kita menerima argumentasi keabsahan datanya, Tuhan tentu tidak akan memberi mereka tanah tersebut dan mengusir penduduk aslinya yang menetap di sana, karena hal ini bertentangan dengan keadilan Allah.
Muḥammad Bakhrabeh dalam "Al-Ṣuhyūniyyah Bi Ījāz Aṣl Nash'ah AlMukhaṭṭaṭāt Al-Ṣuhyūniyyah Al-Ālamiyyah Dhāt Al-Naz‟Ah Al-Unṣuriyyah" menyebut bahwa Allah membuat orang-orang Yahudi bersumpah sebelum mengusir mereka dari Baitul Maqdis dengan tiga sumpah yaitu:
Pertama, mereka tidak akan kembali ke tanah Palestina sebelum munculnya Kristus dari dalam kelompok mereka meskipun mencoba memaksakannya. Kedua, mereka tidak akan bisa memberontak kepada seluruh dunia. Ketiga, orang-orang Yahudi berusaha memperjuangkan pemandekan diaspora dengan cara kepulangan mereka sebelum kedatangan Kristus.
Keempat, orang-orang Yahudi meyakini bahwa mereka adalah ras terbaik yang harus menang dan selainnya harus melayani mereka.
Mereka juga menganggap bahwa semua orang non-Yahudi itu kafir, dan jika orang kafir itu menindas orang Yahudi, maka dia harus dibunuh, seperti ditulis dalam Talmud (Sanhedrin 58b).
Akan tetapi, jika orang kafir dihakimi secara zalim (tidak adil), mereka tidak wajib meminta maaf dan memberikan keadilan kepada mereka. Mereka boleh mengambil harta orang kafir karena bagi Yahudi Zionis orang kafir itu tidak memiliki jaminan hukum.
Seperti dalam Talmud (Sanhedrin 57a & Baba Kamma 73b) mengatakan bahwa semua anak laki-laki kafir itu berasal dari ras binatang dan anak perempuan mereka hukumnya najis sejak mereka lahir.
Klaim ini muncul karena bagi mereka orang-orang kafir bukanlah anak cucu Nabi Adam as, seperti yang tertulis dalam Talmud (Yebamoht 98a & Abodah Zarah 36).
Kelima, di antara kepercayaan mereka adalah bahwa Nabi Adam menyetubuhi binatang di surga. Akan tetapi lucunya, semua rabbi Yahudi dan kaum mereka bersih dari dosa, dan dia akan masuk surga nanti di akhirat, seperti disebutkan dalam Talmud (Yebamoht Hagigah 63a & 27a).
Keenam, termasuk paling rusaknya kepercayaan mereka adalah seperti yang tertulis dalam Talmud (Baba Mezia 59b) bahwa, ―Pendeta Zionis beradu argumen dengan Tuhan (Yahweh). Dalam perdebatan itu pendeta berhasil mengalahkan Yahweh sampai dia mengakui kemenangan si pendeta dan dia pergi dari medan debat itu.
Ketujuh, Zionis akan mengusahakan berbagai cara agar tercipta masyarakat dekaden tanpa adanya nilai kemanusiaan dan moral, membenci agama dan politik, dan menghapus dari pikiran mereka gagasan tentang keberadaan Tuhan dan menggantinya dengan hukum matematika materialisme.
Satu-satunya harapan Zionis adalah untuk mendapatkan perlindungan diri dari paham materialisme yang mereka tanamkan. Tujuannya adalah agar saat itupun musuh-musuhnya tidak akan berdaya untuk melawan. Mereka tunduk dan takluk di bawah kekuatan Zionis.
Kalangan zionis mengklaim bahwa beberapa risalah dalam Talmud dikutip dari kata-kata Nabi Musa yang keluar dari lisannya sendiri. "Padahal sejak dahulu meskipun sampai turunnya Nabi Isa sebelum hari kiamat nanti dia tidak akan mengajarkan Talmud," tulis M Kholid Muslih dkk, dalam papernya berjudul "Ideologi Zionisme dalam Timbangan Teologi Islam".
Faktanya, Nabi Isa mengkritik kitab Mishnah (Talmud pertama) dan orang yang mengajarkannya, karena isi kitab itu semuanya sesat, dan bahkan bertentangan dengan Taurat.
Para Rabbi Yahudi menambahkan keterangan palsu dalam Mishnah suatu ajaran yang disebut kitab Gemarah. Ini adalah kitab tafsir yang dikarang oleh Rabbi Yahudi.
Selanjutnya, Mishnah tersebut lebih dikenal sebagai Talmud. Talmud dibagi menjadi dua bagian yaitu Talmud al-Quds ( Yerusalem ) dan Talmud Babilon ( Babilonia ). Orang-orang Yahudi dan Zionis berpendapat bahwa Talmud Babilonia adalah yang paling otoritatif.
Dia mengklaim bahwa Talmud lebih baik dan lebih benar daripada Taurat, seperti yang dikatakan Rabbi Yahiel bin Yoseph, "Tanpa Talmud kita tidak memahami ayat-ayat Taurat. Tuhan telah menganugerahkan keistimewaan ini kepada orang-orang bijak… Orang-orang bijak tersebut mengarang tafsir-tafsir mereka (yang berupa Talmud)… Mereka yang tidak mempelajari Talmud tidak dapat memahami Taurat.”
Selain itu, tertulis di dalam Talmud Erubin 2b sebagaimana dinukil ZA Maulani dalam buku berjudul "Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia (Daseta, 2002): “Wahai anakku, kamu harus mendahulukan fatwa Ahli Kitab (Talmud) daripada ayat-ayat Taurat.”
ZA Maulani menyebut di antara ajaran di dalam Talmud yang paling fundamental dan kontroversial adalah sebagai berikut:
Pertama, orang-orang Yahudi bertujuan untuk mendirikan pemerintahan mereka sendiri dan menguasai dunia seperti yang dijanjikan oleh Tuhan mereka, Yahweh dalam Kitab Perjanjian Lama. Tanah yang dijanjikan tersebut terbentang dari Sungai Nil sampai Sungai Efrat.
Kedua, keyakinan akan datangnya al-Masih, seorang utusan Tuhan yang datang dari bukit Zion dan dari trah Nabi Daud untuk menyelamatkan mereka serta membalaskan dendam kepada semua bangsa.
Ketiga, mereka percaya telah dijanjikan tanah Palestina seperti dalam Taurat, di mana mereka merujuk pada Perjanjian Lama, “Dan pada hari itu Tuhan membuat perjanjian dengan Abraham, dengan mengatakan: Untuk keturunanmu Aku memberikan tanah ini dari Sungai Mesir ke sungai Efrat”.
M Kholid Muslih mengatakan dokumen atau teks ini hanya ditemui dalam Perjanjian Lama, yang dikembangkan oleh para rabbi. Sekalipun kita menerima argumentasi keabsahan datanya, Tuhan tentu tidak akan memberi mereka tanah tersebut dan mengusir penduduk aslinya yang menetap di sana, karena hal ini bertentangan dengan keadilan Allah.
Muḥammad Bakhrabeh dalam "Al-Ṣuhyūniyyah Bi Ījāz Aṣl Nash'ah AlMukhaṭṭaṭāt Al-Ṣuhyūniyyah Al-Ālamiyyah Dhāt Al-Naz‟Ah Al-Unṣuriyyah" menyebut bahwa Allah membuat orang-orang Yahudi bersumpah sebelum mengusir mereka dari Baitul Maqdis dengan tiga sumpah yaitu:
Pertama, mereka tidak akan kembali ke tanah Palestina sebelum munculnya Kristus dari dalam kelompok mereka meskipun mencoba memaksakannya. Kedua, mereka tidak akan bisa memberontak kepada seluruh dunia. Ketiga, orang-orang Yahudi berusaha memperjuangkan pemandekan diaspora dengan cara kepulangan mereka sebelum kedatangan Kristus.
Keempat, orang-orang Yahudi meyakini bahwa mereka adalah ras terbaik yang harus menang dan selainnya harus melayani mereka.
Mereka juga menganggap bahwa semua orang non-Yahudi itu kafir, dan jika orang kafir itu menindas orang Yahudi, maka dia harus dibunuh, seperti ditulis dalam Talmud (Sanhedrin 58b).
Akan tetapi, jika orang kafir dihakimi secara zalim (tidak adil), mereka tidak wajib meminta maaf dan memberikan keadilan kepada mereka. Mereka boleh mengambil harta orang kafir karena bagi Yahudi Zionis orang kafir itu tidak memiliki jaminan hukum.
Seperti dalam Talmud (Sanhedrin 57a & Baba Kamma 73b) mengatakan bahwa semua anak laki-laki kafir itu berasal dari ras binatang dan anak perempuan mereka hukumnya najis sejak mereka lahir.
Klaim ini muncul karena bagi mereka orang-orang kafir bukanlah anak cucu Nabi Adam as, seperti yang tertulis dalam Talmud (Yebamoht 98a & Abodah Zarah 36).
Kelima, di antara kepercayaan mereka adalah bahwa Nabi Adam menyetubuhi binatang di surga. Akan tetapi lucunya, semua rabbi Yahudi dan kaum mereka bersih dari dosa, dan dia akan masuk surga nanti di akhirat, seperti disebutkan dalam Talmud (Yebamoht Hagigah 63a & 27a).
Keenam, termasuk paling rusaknya kepercayaan mereka adalah seperti yang tertulis dalam Talmud (Baba Mezia 59b) bahwa, ―Pendeta Zionis beradu argumen dengan Tuhan (Yahweh). Dalam perdebatan itu pendeta berhasil mengalahkan Yahweh sampai dia mengakui kemenangan si pendeta dan dia pergi dari medan debat itu.
Ketujuh, Zionis akan mengusahakan berbagai cara agar tercipta masyarakat dekaden tanpa adanya nilai kemanusiaan dan moral, membenci agama dan politik, dan menghapus dari pikiran mereka gagasan tentang keberadaan Tuhan dan menggantinya dengan hukum matematika materialisme.
Satu-satunya harapan Zionis adalah untuk mendapatkan perlindungan diri dari paham materialisme yang mereka tanamkan. Tujuannya adalah agar saat itupun musuh-musuhnya tidak akan berdaya untuk melawan. Mereka tunduk dan takluk di bawah kekuatan Zionis.
(mhy)