Sejarah Lahirnya Zionisme, Bermula dari Kisah Nabi Ibrahim
Rabu, 18 Oktober 2023 - 11:55 WIB
Dari pertemuan tersebut, disepakati agar orang-orang Israil dijadikan sebagai hamba sahaya sehingga tidak bisa lagi berkembang.
Perputaran masa silih berganti, namun kaum Israel tidak berkurang, malah sebaliknya semakin bertambah, sehingga raja bersama pembesar lainnnya mengambil keputusan untuk membuat undang-undang yang berbunyi bahwa “Setiap anak laki-laki yang lahir harus di buang di sungai Nil”.
Pada saat Ramses II yang bergelar Fir’aun, itulah lahir seorang bayi laki-laki dari orang tua yang bernama Imran dari suku Lewi. Bayi dimasukan ke dalam peti, lalu dibuang di sungai Nil, peti itu sampai dekat pemandian putri Fir’aun, peti tersebut diambil dan sewaktu dibuka ternyata isinya adalah bayi laki-laki kemudian dipelihara dan diberi nama Musa atau Moses.
Setelah bayi itu besar, maka terjadi pertentangan antara Musa dan Fir’uan dan dimenangkan oleh Musa. Pada saat itu Musa bersama kaumnya keluar dari Mesir menuju ke Palestina, namun Musa tidak sempat sampai lalu kemudian meninggal dunia, demikian juga saudaranya Harun.
Adapun yang membawa kaum Israel Palestina adalah Yusya bin Nun, salah seorang sahabat yang diwasiatkan oleh Musa untuk memimpin kaumnya masuk ke Palestina melalui timur laut sungai Yordan dan menyebrangi sungai itu memasuki kota Ariha dengan terlebih dahulu membunuh seluruh penduduknya.
Pada zaman itu mulailah Bani Israil memerintah bumi Palestina.. Setelah Bani Israel mendiami Palestina atau Yerusalem, bangsa ini mencapai pucak kejayaannya, hingga tiba saat penghancuran yang dilakukan oleh tentara Romawi.
Kehancuran Yerusalem , disusul oleh zaman Diaspora yaitu zaman “merantau”, maka bangsa Yahudi menyebar ke mana-mana, terutama ke seluruh benua Eropa, baik Barat maupun Timur.
Pada zaman diaspora itulah, maka akhir abad ke-19 lahir cita-cita Zionisme di kalangan mereka yang bertujuan untuk memperoleh kembali Yerusalem.
Perputaran masa silih berganti, namun kaum Israel tidak berkurang, malah sebaliknya semakin bertambah, sehingga raja bersama pembesar lainnnya mengambil keputusan untuk membuat undang-undang yang berbunyi bahwa “Setiap anak laki-laki yang lahir harus di buang di sungai Nil”.
Pada saat Ramses II yang bergelar Fir’aun, itulah lahir seorang bayi laki-laki dari orang tua yang bernama Imran dari suku Lewi. Bayi dimasukan ke dalam peti, lalu dibuang di sungai Nil, peti itu sampai dekat pemandian putri Fir’aun, peti tersebut diambil dan sewaktu dibuka ternyata isinya adalah bayi laki-laki kemudian dipelihara dan diberi nama Musa atau Moses.
Setelah bayi itu besar, maka terjadi pertentangan antara Musa dan Fir’uan dan dimenangkan oleh Musa. Pada saat itu Musa bersama kaumnya keluar dari Mesir menuju ke Palestina, namun Musa tidak sempat sampai lalu kemudian meninggal dunia, demikian juga saudaranya Harun.
Adapun yang membawa kaum Israel Palestina adalah Yusya bin Nun, salah seorang sahabat yang diwasiatkan oleh Musa untuk memimpin kaumnya masuk ke Palestina melalui timur laut sungai Yordan dan menyebrangi sungai itu memasuki kota Ariha dengan terlebih dahulu membunuh seluruh penduduknya.
Pada zaman itu mulailah Bani Israil memerintah bumi Palestina.. Setelah Bani Israel mendiami Palestina atau Yerusalem, bangsa ini mencapai pucak kejayaannya, hingga tiba saat penghancuran yang dilakukan oleh tentara Romawi.
Kehancuran Yerusalem , disusul oleh zaman Diaspora yaitu zaman “merantau”, maka bangsa Yahudi menyebar ke mana-mana, terutama ke seluruh benua Eropa, baik Barat maupun Timur.
Pada zaman diaspora itulah, maka akhir abad ke-19 lahir cita-cita Zionisme di kalangan mereka yang bertujuan untuk memperoleh kembali Yerusalem.
(mhy)