Konspirasi Yahudi: Kisah di Balik Pembunuhan Raja Charles I
Rabu, 22 November 2023 - 05:15 WIB
1662 : Pertentangan agama antara sekte Kristen Protestan; dan penindasan sekte yang menolak untuk tunduk kepada gereja resmi Inggris, yaitu Gereja Anglikan.
1664 : Inggris terlibat perang lagi melawan Belanda.
1665 : Krisis ekonomi melanda Inggris, yang menimbulkan pengangguran dan kelaparan di kalangan rakyat. Juga di tahun itu terjadi musibah kebakaran besar yang menghanguskan sebagian besar kota London, disusul kemudian berjangkitnya wabah penyakit lepra.
1666 : Inggris terlibat perang melawan Belanda dan Perancis.
1667 : Gerakan sabotase rahasia yang digerakkan oleh orang-orang Yahudi muncul kembali di kalangan elit pemerintah, yang dikenal dalam sejarah Inggris dengan sebutan Kabala, sehingga muncul gelombang baru dalam penindasan agama dan politik di Inggris.
1674 : Program baru yang dilakukan oleh kelompok Konspirasi Internasional menggunakan dan menampilkan peran baru dan para kaki tangan baru pula, dengan menghentikan perang antara Belanda melawan Inggris.
Langkah pertama adalah mengorbitkan William Straad Holder untuk menduduki panglima tertinggi angkatan bersenjata Belanda, dan mendapat gelar Duke of Orange.
Setelah itu, mereka mengatur skenario untuk bisa mempertemukannya dengan Lady Mary, putri pewaris tahta kerajaan Inggris, yaitu Duke of York.
1677 : Pernikahan putri Mary dengan Duke of Orange, yang berarti mendekatkan singgasana Inggris dengan Duke of Orange tersebut. Dan tabir penghalang yang membatasinya hanyalah keberadaan Charles II dan Duke of York. Maka kalau kedua orang itu bisa dienyahkan berarti singgasana Inggris berada ditangannya.
1683 : Usaha Konspirasi untuk membunuh Raja Charles II dan Duke of York. Akan tetapi, persekongkolan tersebut gagal.
1685 : Charles II meninggal dunia. Duke of York menaiki tahta kerajaan Inggris dengan gelar Raja James II. Kemudian tersiar desas-desus luas yang diatur oleh Konspirasi Internasional untuk menentang raja baru itu pada saat penobatannya. Dan Duke of Mouth Moot terlibat pertempuran menentang raja baru, tapi tidak berhasil, dan ia sendiri ditawan, lalu dihukum mati pada tanggal 15 Juli 1685. Sebagai buntutnya, terjadilah penangkapan besar-besaran terhadap para penentang raja.
Sementara itu, kekuatan Konspirasi Yahudi terus mengipas angin kebencian rakyat terhadap raja, sebagai upaya untuk memberi jalan lapang bagi Duke of Orange menuju singgasana Inggris.
1688 : Kekuatan Konspirasi merintis satu langkah baru, setelah melihat perkembangan situasi yang terjadi di Inggris, yaitu mengatur penyerbuan yang dipimpin oleh pangeran William of Orange itu dari Belanda, dengan dukungan kapal-kapal laut pada tanggal 5 November menuju pantai Turbay, sehingga memaksa Raja James II turun tahta, dan meninggalkan Inggris menuju Perancis.
Rakyat telah termakan oleh isu yang diatur sebelumnya dari satu sisi, dan dari sisi lain disebabkan karena tindakan pembersihan besar-besaran yang dilakukanoleh raja James II terhadap para penentangnya, setelah gagalnya pemberontakan Duke of Mouth Moot. Disamping itu, kepribadian James sendirijuga telah ikut andil sebagai penyebab keruntuhannya.
1689 : William of Orange dan putri Mary sang permaisuri mengukuhkan diri sebagai Raja dan Ratu Inggris. Berhubung mantan Raja James II itu beragama Katolik, maka rakyat Inggris yang beragama Katolik berusaha mengembalikan James menjadi raja mereka. Dan kekuatan Konspirasi memunculkan William of Orange sebagai pahlawan Protestan. Dan benar, Raja James kembali ke Irlandia, sebuah negara bagian Inggris raya yang beragama Katolik pada bulan Maret tahun itu.
Pertempuran sengit pun tidak bisa terhindarkan antara mantan raja dengan pasukan William of Orange pada 12 Juli 1689. Dengan kata lain, pasukan Katolik perang melawan pasukan Protestan. Sampai sekarang, orang Inggris tetap memperingati peristiwa perang tersebut tanpa menyadari, bahwa sebenarnya yang terlibat dalam perang itu merupakan mainan yang dibuat olah para pemilik modal Yahudi Internasional yang bertujuan menguasai ekonomi dan politik Inggris sejak tahun 1640 hingga 1689.
1664 : Inggris terlibat perang lagi melawan Belanda.
1665 : Krisis ekonomi melanda Inggris, yang menimbulkan pengangguran dan kelaparan di kalangan rakyat. Juga di tahun itu terjadi musibah kebakaran besar yang menghanguskan sebagian besar kota London, disusul kemudian berjangkitnya wabah penyakit lepra.
1666 : Inggris terlibat perang melawan Belanda dan Perancis.
1667 : Gerakan sabotase rahasia yang digerakkan oleh orang-orang Yahudi muncul kembali di kalangan elit pemerintah, yang dikenal dalam sejarah Inggris dengan sebutan Kabala, sehingga muncul gelombang baru dalam penindasan agama dan politik di Inggris.
1674 : Program baru yang dilakukan oleh kelompok Konspirasi Internasional menggunakan dan menampilkan peran baru dan para kaki tangan baru pula, dengan menghentikan perang antara Belanda melawan Inggris.
Langkah pertama adalah mengorbitkan William Straad Holder untuk menduduki panglima tertinggi angkatan bersenjata Belanda, dan mendapat gelar Duke of Orange.
Setelah itu, mereka mengatur skenario untuk bisa mempertemukannya dengan Lady Mary, putri pewaris tahta kerajaan Inggris, yaitu Duke of York.
1677 : Pernikahan putri Mary dengan Duke of Orange, yang berarti mendekatkan singgasana Inggris dengan Duke of Orange tersebut. Dan tabir penghalang yang membatasinya hanyalah keberadaan Charles II dan Duke of York. Maka kalau kedua orang itu bisa dienyahkan berarti singgasana Inggris berada ditangannya.
1683 : Usaha Konspirasi untuk membunuh Raja Charles II dan Duke of York. Akan tetapi, persekongkolan tersebut gagal.
1685 : Charles II meninggal dunia. Duke of York menaiki tahta kerajaan Inggris dengan gelar Raja James II. Kemudian tersiar desas-desus luas yang diatur oleh Konspirasi Internasional untuk menentang raja baru itu pada saat penobatannya. Dan Duke of Mouth Moot terlibat pertempuran menentang raja baru, tapi tidak berhasil, dan ia sendiri ditawan, lalu dihukum mati pada tanggal 15 Juli 1685. Sebagai buntutnya, terjadilah penangkapan besar-besaran terhadap para penentang raja.
Baca Juga
Sementara itu, kekuatan Konspirasi Yahudi terus mengipas angin kebencian rakyat terhadap raja, sebagai upaya untuk memberi jalan lapang bagi Duke of Orange menuju singgasana Inggris.
1688 : Kekuatan Konspirasi merintis satu langkah baru, setelah melihat perkembangan situasi yang terjadi di Inggris, yaitu mengatur penyerbuan yang dipimpin oleh pangeran William of Orange itu dari Belanda, dengan dukungan kapal-kapal laut pada tanggal 5 November menuju pantai Turbay, sehingga memaksa Raja James II turun tahta, dan meninggalkan Inggris menuju Perancis.
Rakyat telah termakan oleh isu yang diatur sebelumnya dari satu sisi, dan dari sisi lain disebabkan karena tindakan pembersihan besar-besaran yang dilakukanoleh raja James II terhadap para penentangnya, setelah gagalnya pemberontakan Duke of Mouth Moot. Disamping itu, kepribadian James sendirijuga telah ikut andil sebagai penyebab keruntuhannya.
1689 : William of Orange dan putri Mary sang permaisuri mengukuhkan diri sebagai Raja dan Ratu Inggris. Berhubung mantan Raja James II itu beragama Katolik, maka rakyat Inggris yang beragama Katolik berusaha mengembalikan James menjadi raja mereka. Dan kekuatan Konspirasi memunculkan William of Orange sebagai pahlawan Protestan. Dan benar, Raja James kembali ke Irlandia, sebuah negara bagian Inggris raya yang beragama Katolik pada bulan Maret tahun itu.
Pertempuran sengit pun tidak bisa terhindarkan antara mantan raja dengan pasukan William of Orange pada 12 Juli 1689. Dengan kata lain, pasukan Katolik perang melawan pasukan Protestan. Sampai sekarang, orang Inggris tetap memperingati peristiwa perang tersebut tanpa menyadari, bahwa sebenarnya yang terlibat dalam perang itu merupakan mainan yang dibuat olah para pemilik modal Yahudi Internasional yang bertujuan menguasai ekonomi dan politik Inggris sejak tahun 1640 hingga 1689.