Bagaimana Nasib Bayi dan Anak Kecil setelah Meninggal? Benarkah Bisa Memberi Syafaat?
Kamis, 21 Desember 2023 - 05:15 WIB
Bagaimana nasib bayi dan anak kecil yang belum baligh setelah meninggal dunia atau di akhirat? Benarkah mereka bisa memberi syafaat? Pertanyaan ini mengemuka, setelah melihat banyaknya korban bayi dan anak-anak kecil dalam konflik Israel - Palestina. Hampir ribuan, bayi dan anak-anak menjadi korban keganasan zionis Israel tersebut.
Lantas bagaimana pandangan Islam, tentang arwah anak kecil setelah kematian tersebut? Dalam Islam, bayi dan anak-anak kecil yang meninggal dunia mendahului kedua orang tuanya, akan menjadi syafaat bagi ayah atau ibunya tersebut. Bahkan anaknya tersebut dapat menarik ayah atau ibunya untuk masuk surga.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
"Wahai Ummu Sulaim, tidaklah dua orang muslim yang telah ditinggal mati tiga orang anaknya kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam surga karena kasih sayangnya kepada mereka." Ummu Sulaim kemudian bertanya, "Kalau dua?" Beliau menjawab, "Dua juga." (HR Bukhari, An Nasa'i, dan Ahmad)
Berkenaan dengan ini, Khalid Al Abasi pernah bercerita tentang anaknya yang wafat. Ia kemudian bertanya pada Abu Hurairah RA, "Wahai Abu Hurairah, tidaklah engkau mendengar dari Nabi sesuatu yang menenangkan jiwa kami atas kematian (anak-anak kami)?"
Abu Hurairah RA berkata, "Aku mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda, 'Bayi-bayi kalian kelak menjadi jentik-jentik di surga." (HR Muslim)
Dikutip dari kitab Adabul Mufrad, maksud dari hadis bersanad Shahih dari Imam Al-Bukhari ini adalah bayi-bayi yang meninggal dunia mendahului kedua orang tuanya tidak akan berpisah dari surga.
Keterangan hadis di atas juga dikuatkan oleh firman-Nya dalam surah Ath Thur ayat 21. Allah SWT berfirman,
Artinya: Orang-orang yang beriman dan anak cucunya mengikuti mereka dalam keimanan, Kami akan mengumpulkan anak cucunya itu dengan mereka (di dalam surga). Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.
Sebagian ulama menyatakan, hal itu merujuk pada anak-anak kecil yang lahir dari orang beriman dan tidak ada perselisihan mengenainya. Salah satunya dari Abu Umar bin Abdul Barr yang mengatakan pendapat tersebut sudah menjadi ijma' para ulama.
"Pendapat ini sudah menjadi ijma' para ulama bahwa anak-anak kaum muslimin masuk surga. Tidak ada yang menentangnya kecuali kelompok yang menyimpang dari kebenaran," demikian penjelasannya yang diterjemahkan Imam Syamsuddin Al-Qurthubi dalam At-Tadzkirah Jilid 2.
Hadis dalam Kitab Akhbar Ashbahan oleh Abu Nu'aim menambahkan, anak-anak dari kaum muslimin tersebut akan diasuh oleh Nabi Ibrahim AS dan Sarah hingga diserahkan kepada kedua orang tua mereka pada hari kiamat.
Untuk itu, bayi dan anak-anak kecil yang meninggal mendahului ayah atau ibunya akan menarik kedua orang tuanya masuk surga. Sesuai dengan riwayat Abu Hurairah RA dalam Kitab Silsiah al Hadits ash Shahihah bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Salah seorang anak-anak itu akan menemui ayahnya atau orang tuanya lalu memegang pakaiannya atau tangannya seperti aku sedang memegang bajumu, dan ia tidak akan melepaskannya sebelum Allah memasukkan orang tuanya ke surga." (HR Muslim dan Ahmad)
Hal itu juga berlaku bagi ruh para bayi yang lahir dari orang-orang musyrik. Pendapat terkuat menyebut bahwa mereka akan berada di dalam surga.
Namun, ulama berbeda pendapat mengenai anak-anak orang musyrik yang meninggal dunia saat masih kecil. Pendapat pertama yang menukil dari Asy Syafi'i bahwa kondisi mereka bergantung pada kehendak Allah.
Sementara pendapat kedua dari Ibnu Hazm menyatakan bahwa anak-anak tersebut mengikuti orang tua mereka. Pendapat lainnya ada yang menyebut bahwa anak-anak kecil ini akan berada di dalam barzakh antara surga dan neraka.
"Ini dikarenakan mereka belum mengerjakan kebaikan-kebaikan yang dapat mengantarkan mereka masuk surga, dan tidak pula mengerjakan keburukan-keburukan yang dapat memasukkannya ke dalam neraka," bunyi pendapat tersebut yang diterjemahkan Syaikh Mahmud Al-Mishri dalam buku Tamasya ke Negeri Akhirat.
Pendapat lainnya ada yang mengatakan anak-anak dari orang musyrik akan menjadi pelayan para penghuni surga, ada yang menyebut kembali menjadi tanah, dan ada pula yang mengatakan mereka akan diuji di akhirat dengan dinyalakan api di hadapan mereka.
Meski demikian, di antara banyak pendapat tersebut, pendapat yang terpilih bagi para ulama kontemporer adalah anak-anak dari orang musyrik tetap berada di dalam surga. Pendapat ini mengatakan, sudah selayaknya anak yang belum sempurna akalnya tidak ditimpakan siksa.
Pendapat ini pula yang dianut oleh Imam Al Bukhari. Landasannya dari salah satu hadis Rasulullah SAW yang berbunyi, "Setiap orang dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang mencetaknya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR Bukhari)
Wallahu A'lam
Lantas bagaimana pandangan Islam, tentang arwah anak kecil setelah kematian tersebut? Dalam Islam, bayi dan anak-anak kecil yang meninggal dunia mendahului kedua orang tuanya, akan menjadi syafaat bagi ayah atau ibunya tersebut. Bahkan anaknya tersebut dapat menarik ayah atau ibunya untuk masuk surga.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
"Wahai Ummu Sulaim, tidaklah dua orang muslim yang telah ditinggal mati tiga orang anaknya kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam surga karena kasih sayangnya kepada mereka." Ummu Sulaim kemudian bertanya, "Kalau dua?" Beliau menjawab, "Dua juga." (HR Bukhari, An Nasa'i, dan Ahmad)
Berkenaan dengan ini, Khalid Al Abasi pernah bercerita tentang anaknya yang wafat. Ia kemudian bertanya pada Abu Hurairah RA, "Wahai Abu Hurairah, tidaklah engkau mendengar dari Nabi sesuatu yang menenangkan jiwa kami atas kematian (anak-anak kami)?"
Abu Hurairah RA berkata, "Aku mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda, 'Bayi-bayi kalian kelak menjadi jentik-jentik di surga." (HR Muslim)
Dikutip dari kitab Adabul Mufrad, maksud dari hadis bersanad Shahih dari Imam Al-Bukhari ini adalah bayi-bayi yang meninggal dunia mendahului kedua orang tuanya tidak akan berpisah dari surga.
Keterangan hadis di atas juga dikuatkan oleh firman-Nya dalam surah Ath Thur ayat 21. Allah SWT berfirman,
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِيْمَانٍ اَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ اَلَتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَيْءٍۗ كُلُّ امْرِئٍ ۢبِمَا كَسَبَ رَهِيْنٌ
Artinya: Orang-orang yang beriman dan anak cucunya mengikuti mereka dalam keimanan, Kami akan mengumpulkan anak cucunya itu dengan mereka (di dalam surga). Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.
Sebagian ulama menyatakan, hal itu merujuk pada anak-anak kecil yang lahir dari orang beriman dan tidak ada perselisihan mengenainya. Salah satunya dari Abu Umar bin Abdul Barr yang mengatakan pendapat tersebut sudah menjadi ijma' para ulama.
"Pendapat ini sudah menjadi ijma' para ulama bahwa anak-anak kaum muslimin masuk surga. Tidak ada yang menentangnya kecuali kelompok yang menyimpang dari kebenaran," demikian penjelasannya yang diterjemahkan Imam Syamsuddin Al-Qurthubi dalam At-Tadzkirah Jilid 2.
Hadis dalam Kitab Akhbar Ashbahan oleh Abu Nu'aim menambahkan, anak-anak dari kaum muslimin tersebut akan diasuh oleh Nabi Ibrahim AS dan Sarah hingga diserahkan kepada kedua orang tua mereka pada hari kiamat.
Untuk itu, bayi dan anak-anak kecil yang meninggal mendahului ayah atau ibunya akan menarik kedua orang tuanya masuk surga. Sesuai dengan riwayat Abu Hurairah RA dalam Kitab Silsiah al Hadits ash Shahihah bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Salah seorang anak-anak itu akan menemui ayahnya atau orang tuanya lalu memegang pakaiannya atau tangannya seperti aku sedang memegang bajumu, dan ia tidak akan melepaskannya sebelum Allah memasukkan orang tuanya ke surga." (HR Muslim dan Ahmad)
Hal itu juga berlaku bagi ruh para bayi yang lahir dari orang-orang musyrik. Pendapat terkuat menyebut bahwa mereka akan berada di dalam surga.
Namun, ulama berbeda pendapat mengenai anak-anak orang musyrik yang meninggal dunia saat masih kecil. Pendapat pertama yang menukil dari Asy Syafi'i bahwa kondisi mereka bergantung pada kehendak Allah.
Sementara pendapat kedua dari Ibnu Hazm menyatakan bahwa anak-anak tersebut mengikuti orang tua mereka. Pendapat lainnya ada yang menyebut bahwa anak-anak kecil ini akan berada di dalam barzakh antara surga dan neraka.
"Ini dikarenakan mereka belum mengerjakan kebaikan-kebaikan yang dapat mengantarkan mereka masuk surga, dan tidak pula mengerjakan keburukan-keburukan yang dapat memasukkannya ke dalam neraka," bunyi pendapat tersebut yang diterjemahkan Syaikh Mahmud Al-Mishri dalam buku Tamasya ke Negeri Akhirat.
Pendapat lainnya ada yang mengatakan anak-anak dari orang musyrik akan menjadi pelayan para penghuni surga, ada yang menyebut kembali menjadi tanah, dan ada pula yang mengatakan mereka akan diuji di akhirat dengan dinyalakan api di hadapan mereka.
Meski demikian, di antara banyak pendapat tersebut, pendapat yang terpilih bagi para ulama kontemporer adalah anak-anak dari orang musyrik tetap berada di dalam surga. Pendapat ini mengatakan, sudah selayaknya anak yang belum sempurna akalnya tidak ditimpakan siksa.
Pendapat ini pula yang dianut oleh Imam Al Bukhari. Landasannya dari salah satu hadis Rasulullah SAW yang berbunyi, "Setiap orang dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang mencetaknya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR Bukhari)
Wallahu A'lam
(wid)