5 Alasan Tuhan Mengutus Nabi, Salah Satunya Memberi Peringatan
Minggu, 31 Desember 2023 - 14:32 WIB
3). Diperlukan pemujian Tuhan.
Meskipun seorang pemikir dapat mengakui Tuhan dan KebesaranNya, dia biasanya melupakan pemujian-pemujian yang penting. Bahkan bila seseorang mengakui perlunya pemujian, dia tidak mengetahui bagaimana cara melakukannya.
Beberapa orang berpendapat pentingnya mengorbankan dan membakar binatang, yang lain kegairahan memburu binatang dengan nama Tuhan.
Ada yang mempercayai bahwa pertapa (hidup bertapa) adalah dicintai Tuhan.
Yang lain memuja Tuhan lewat nyanyian dan permainan alat-alat musik, yang lain lagi dengan jalan tunduk dan sujud ketika mereka sembahyang.
Bentuk sembahyang yang dapat diterima harus sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan keinginan kita. Dia menentukan kehendakNya untuk kita lakukan melalui pesuruh atau Nabi.
4). Diperlukan untuk menahan hawa nafsu. Manusia yang tidak terpimpin dan tidak terdidik, menyerupai binatang di dalam naluri atau pembawaannya. Akal dirusak untuk melayani pemusatan kegairahannya (nafsu) kecuali jika diadakan penahanan. Filsafat tidak berguna untuk menahan kegairahan kita, sebab filsafat tersedia hanya sedikit, juga tidak ada keteguhan di dalam filsafat yang mendorong kita untuk mengontrol nafsu (kegairahan). Beberapa orang mencapai kesimpulan bahwa kita hanya mengejar kepuasan naluri.
Kita sekarang berjuang melawan ideologi yang berpandangan hidup materialistis, azas-azas yang tidak dapat menahan nafsu untuk alasan-alasan moral. Moral etika seluruhnya terletak pada Tuhan. Bila pesuruhNya menyampaikan kata~katanya, hal itu akan menjadi dasar kebenaran untuk mengakhiri perselisihan di dalam masalah- masalah ini.
5). Diperlukan untuk memberitahukan tentang kehidupan setelah mati. Untuk seseorang yang mempercayai Tuhan, percaya bahwa hidupnya akan dilanjutkan setelah mati di dalam beberapa bentuk. Juga mungkin bahwa akan ada hari pertimbangan dimana manusia akan diberi hadiah atau dihukum.
Bila ada kehidupan setelah mati yang demikian, manusia akan mempersiapkan dirinya. Hanya Tuhan yang dapat mengetahui tentang adanya hidup setelah mati.
Filsafat tidak dapat menolong dalam hal ini, juga pemikiran manusia tidak dapat menarik kesimpulan adanya hidup setelah mati lewat penyelidikan atau pengalaman di dunia. Hanya Tuhan yang memiliki ilmu tertentu ini. Dia dapat memberi keterangan ini melalui pesuruhNya.
Meskipun seorang pemikir dapat mengakui Tuhan dan KebesaranNya, dia biasanya melupakan pemujian-pemujian yang penting. Bahkan bila seseorang mengakui perlunya pemujian, dia tidak mengetahui bagaimana cara melakukannya.
Beberapa orang berpendapat pentingnya mengorbankan dan membakar binatang, yang lain kegairahan memburu binatang dengan nama Tuhan.
Ada yang mempercayai bahwa pertapa (hidup bertapa) adalah dicintai Tuhan.
Yang lain memuja Tuhan lewat nyanyian dan permainan alat-alat musik, yang lain lagi dengan jalan tunduk dan sujud ketika mereka sembahyang.
Bentuk sembahyang yang dapat diterima harus sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan keinginan kita. Dia menentukan kehendakNya untuk kita lakukan melalui pesuruh atau Nabi.
4). Diperlukan untuk menahan hawa nafsu. Manusia yang tidak terpimpin dan tidak terdidik, menyerupai binatang di dalam naluri atau pembawaannya. Akal dirusak untuk melayani pemusatan kegairahannya (nafsu) kecuali jika diadakan penahanan. Filsafat tidak berguna untuk menahan kegairahan kita, sebab filsafat tersedia hanya sedikit, juga tidak ada keteguhan di dalam filsafat yang mendorong kita untuk mengontrol nafsu (kegairahan). Beberapa orang mencapai kesimpulan bahwa kita hanya mengejar kepuasan naluri.
Kita sekarang berjuang melawan ideologi yang berpandangan hidup materialistis, azas-azas yang tidak dapat menahan nafsu untuk alasan-alasan moral. Moral etika seluruhnya terletak pada Tuhan. Bila pesuruhNya menyampaikan kata~katanya, hal itu akan menjadi dasar kebenaran untuk mengakhiri perselisihan di dalam masalah- masalah ini.
5). Diperlukan untuk memberitahukan tentang kehidupan setelah mati. Untuk seseorang yang mempercayai Tuhan, percaya bahwa hidupnya akan dilanjutkan setelah mati di dalam beberapa bentuk. Juga mungkin bahwa akan ada hari pertimbangan dimana manusia akan diberi hadiah atau dihukum.
Bila ada kehidupan setelah mati yang demikian, manusia akan mempersiapkan dirinya. Hanya Tuhan yang dapat mengetahui tentang adanya hidup setelah mati.
Filsafat tidak dapat menolong dalam hal ini, juga pemikiran manusia tidak dapat menarik kesimpulan adanya hidup setelah mati lewat penyelidikan atau pengalaman di dunia. Hanya Tuhan yang memiliki ilmu tertentu ini. Dia dapat memberi keterangan ini melalui pesuruhNya.
(mhy)