29 Jenis Hukum Tajwid Beserta Contoh dan Penjelasanya
Jum'at, 16 Februari 2024 - 16:23 WIB
11. Mad Jaiz Munfashil
Mad Jaiz Munfashil ini terjadi ketika ada huruf Mad Thobi’i bertemu dengan alif berharakat fathah, kasrah, atau dhammah. Maka cara membacanya boleh p[anjang dua harakat sampai enam harakat.Contoh :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ
12. Mad Wajib Muttasil
Mad Wajib Muttasil terjadi karena bertemunya huruf mad dengan hamzah pada satu kalimat. Sehingga cara membacanya adalah panjang enam harakat.Contoh :
عَمَّ يَتَسَآءَلُونَ
13. Mad Lazim Mutsaqal Kilmi
Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi adalah hukum bacaan pada pertemuan huruf mad dengan sukun dan tetap di-idghamkan dan ditasydidkan. Harus dibaca enam harakat.Contoh :
وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ
14. Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi
Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi adalah hukum bacaan yang terjadi bila mad thabi'i bertemu dengan huruf bersukun, tetapi bukan di akhir kata. Dibaca enam harakat.Contoh :
اٰۤلْـٰٔنَ
15. Mad Lazim Harfi Mukhaffaf
Apabila ada huruf ha (ح), ya' (ي), tha' (ط), alif (ا), Ha (ه), dan ra' (ر) di awal surat yang terdiri dari satu atau beberapa huruf yang terletak pada awal surat. Dibaca panjang dua harakat.Contoh :
الۤرٰ
16. Mad Lazim Harfi Mutsaqqal
Bila ada nun (ن), qaf (ق), shad (ص), ain (ع), sin (س), lam (ل), kaf (ك), dan mim (م) di awal surat yang terdiri dari satu atau beberapa huruf yang terletak pada awal surat. Dibaca panjang dua harakat.Contoh :
الۤمّۤصۤ
17. Mad Layyin
Mad Layyin terjadi jika setelah huruf yang berharakat fathah wau sukun atau ya’ sukun. Dibaca panjang dua harakat.Contoh :
رَيْبٌ خَوْفٌ
18. Mad Badal
Mad Badal terjadi jika ada huruf hamzah berharakat dan sukun yang dipertemukan dalam satu kalimat. Dibaca panjang dua harakat.Contoh :
لِإِيلَٰفِ قُرَيْشٍ
19. Mad Iwad
Hukum bacaan disebut Mad Iwad apabila ada fathatain ( ـً ) pada akhir kata karena Waqaf (berhenti) dan dibaca mad sebagai pengganti tanwin. Dibaca panjang dua harakat.Contoh :
كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً
Perlu dicatat, hukum Mad Iwad yang dijelaskan tersebut tidak berlaku pada bacaan Ta’ Marbutah ( ىة , ة ). Apabila ada Ta’ Marbutah berharakat fathatain ( ـً ) dan diwakafkan, maka membacanya harus mengubah Ta’ Marbutah menjadi Ha’ ( ه, ىه ) sukun/mati.