Mengenal 10 Ibunda Para Ulama Besar Islam

Sabtu, 17 Februari 2024 - 15:51 WIB
Imam asy-Sayfi’i bercerita tentang masa kecilnya, “Aku adalah seorang anak yatim.Ibukulah yang mengasuhku. Namun ia tidak memiliki biaya untuk pendidikanku… …aku menghafal Alquran saat berusia 7 tahun. Dan menghafal (kitab) al-Muwaththa saat berusia 10 tahun.Setelah menyempurnakan hafalan Alquranku, aku masuk ke masjid,duduk di majelisnya para ulama.Kuhafalkan hadits atau suatu permasalahan.Keadaan kami di masyarakat berbeda, aku tidak memiliki uang untuk membeli kertas.Aku pun menjadikan tulang sebagai tempat menulis”.

Walaupun memiliki keterbatasan materi, ibu Imam asy-Syafi’i tetap memberi perhatian luar biasa terhadap pendidikan anaknya.

5. Ibunda Imam Ahmad bin Hanbal

Ibu Imam Ahmad bernama Shafiyah binti Maimunah binti Abdul Malik. Ayahnya wafat di usia muda, 30 tahun. Ibunya pun hidup menjanda dan enggan menikah lagi, walaupun usianya belum mencapai 30 tahun.Ia hanya ingin fokus memenuhi kehidupannya untuk anaknya. Buah usahanya adalah yang kita tahu saat ini.Imam Ahmad menjadi salah seorang imam besar bagi kaum muslimin.ia adalah imam madzhab yang empat. Semoga Allah merahmati ibu Imam Ahmad.

6. Ibunda Imam al-Bukhari

Imam al-Bukhari tumbuh besar sebagai seorang yatim.Ibunyalah yang mengasuhnya.Ibunya mendidiknya dengan pendidikan yang terbaik.Mengurus keperluannya, mendoakannya, dan memotivasinya untuk belajar dan berbuat baik.

Saat berusia 16 tahun, ibunya mengajak Imam al-Bukhari bersafar ke Mekah.Kemudian meninggalkan putranya di negeri haram tersebut. Tujuannya agar sang anak dapat menimba ilmu dari para ualma Mekah. Dari hasil bimbingan dan perhatian ibunya, jadilah Imam al-Bukhari seperti yang kita kenal saat ini.Seorang ulama yang gurunya pernah mengatakan, “Tidak ada orang yang lebih hebat darinya (dalam ilmu hadits)”.

7. Ibunda Ibnu Taimiyah

“Demi Allah, seperti inilah caraku mendidikmu. Aku nadzarkan dirimu untuk berkhidmat kepada Islam dan kaum muslimin.Aku didik engkau di atas syariat agama.Wahai anakku, jangan kau sangka, engkau berada di sisiku itu lebih aku cintai dibanding kedekatanmu pada agama, berkhidmat untuk Islam dan kaum muslimin walaupun kau berada di penjuru negeri. Anakku, ridhaku kepadamu berbanding lurus dengan apa yang kau persembahkan untuk agamamu dan kaum muslimin. Sungguh –wahai ananda-, di hadapan Allah kelak aku tidak akan menanyakan keadaanmu, karena aku tahu dimana dirimu dan dalam keadaan seperti apa engkau. Yang akan kutanyakan dihadapan Allah kelak tentangmu –wahai Ahmad- sejauh mana khidmatmu kepada agama Allah dan saudara-saudaramu kaum muslimin”.

Inilah surat yang ditulis ibu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah kepada dirinya, setelah beliau memohon izin kepada sang ibu untuk tetap tinggal di Mesir.

Surat ini memberikan kesan yang cukup mendalam kepada kita tentang bagaimana sosok ibunda Ibnu Taimiyah.Wanita shalihah yang berorientasi akhirat.Wanita kuat yang lebih senang anaknya bermanfaat bagi orang banyak ketimbang untuk dirinya sendiri.Wanita cerdas yang menjadikan anaknya investasi untuk kehidupan setelah kematian.

Ibunda Ibnu Taimiyah memberikan kesan bahwa ia adalah wanita yang teguh jiwa dan hatinya. Semoga Allah merahmatinya.

8. Saudari Imam Ibnu Hajar al-Asqalani

Ia adalah seorang wanita yang cerdas dan senang menelaah buku-buku. Ibnu Hajar memujinya dengan mengatakan, “Ia adalah ibuku setelah ibuku (yang melahirkanku pen.)”.Ia adalah seorang wanita yang memiliki banyak ijazah dari ulama Mekah, Damaskus, Balbek, dan Mesir.

Ibnu Hajar mengatakan, “Ia mempelajari khat, menghafal banyak surat Alquran, termasuk orang yang banyak menelaah buku, dan ia pandai dalam hal itu”.Kata Ibnu Hajar pula, “Ia baik dan sangat sayang kepadaku”.

Karena begitu besar pengatuh saudarinya dalam kehidupannya, sampai-sampai Ibnu Hajar membuat syair tentangnya ketika ia meninggal.

9. Ibunda Abdurrahman bin an-Nashir

Amirul mukminin Abdurrahman bin an-Nashir adalah penguasa Andalusia yang kala itu tengah dilanda kegoncangan. Kemudian ia berhasil membuat wilayah itu stabil. Ia berhasil memimpin pasukannya masuk ke jantung wilayah Perancis dan sebagian wilayah Swiss. Kemudian menguasai Italia.Ia pun menjadi raja terbesar di Eropa.

Di belakangnya ada seorang wanita yang berhasil mendidik dan membinanya.Abdurrahman an-Nashir adalah seorang yatim yang dibesarkan ibunya. Sang ayah tewas dibunuh pamannya saat Abdurrahman masih kecil.

10. Ibunda Sultan Muhammad al-Fatih

Setelah shalat subuh, Ibu Sultan Muhammad al-Fatih mengajarinya tentang geografi, garis batas wilayah Konstantinopel. Ia berkata, “Engkau –wahai Muhammad- akan membebaskan wilayah ini. Namamu adalah Muhammad sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ. Muhammad kecil pun bertanya, “Bagaimana aku bisa membebaskan wilayah sebesar itu wahai ibu?” “Dengan Alquran, kekuatan, persenjataan, dan mencintai manusia”, jawab sang ibu penuh hikmat.

Itulah ibu Muhammad al-Fatih, mendidik anaknya di waktu berkah pagi hari.Dia tidak membiarkan anaknya terbiasa dengan tidur di waktu pagi.Ia lakukan sesuatu yang menarik perhatian sang anak.Memotivasinya dengan sesuatu yang besar dengan dasar agama dan kasih sayang, bukan spirit penjajahan.



Wallahu A'lam
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(wid)
Halaman :
cover top ayah
اِنَّ الَّذِيۡنَ اَجۡرَمُوۡا كَانُوۡا مِنَ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا يَضۡحَكُوۡنَ
Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang dahulu menertawakan orang-orang yang beriman.

(QS. Al-Mutaffifin Ayat 29)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More