Iman kepada Para Rasul Menurut Prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah
Senin, 26 Februari 2024 - 05:43 WIB
Sesungguhnya Ahlus Sunnah wal Jamaah berjalan di atas prinsip-prinsip yang jelas dan kokoh baik dalam i’tiqad, amal maupun perilakunya. Seluruh prinsip-prinsip yang agung ini bersumber pada kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya dan apa-apa yang dipegang teguh oleh para pendahulu umat dari kalangan sahabat, tabi’in dan pengikut mereka yang setia.
"Prinsip-prinsip tersebut teringkas dalam butir-butir berikut," tulis Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzandalam bukunya yang diterjemahkan Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf berjudul "Prinsip-Prinsip Akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah" (IslamHouse).
Prinsip pertama: Beriman kepada Allah, para malaikat-Nya , Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir dan Taqdir baik dan buruknya"
Ini kali kita bahas tentang tentang beriman kepada para Rasul. Menurut Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, yakni membenarkan semua rasul-rasul, baik; yang Allah sebutkan nama mereka maupun yang tidak, dari yang pertama sampai yang terakhir, dan penutup para nabi tersebut adalah nabi kita MuhammadSAW.
Artinya pula, lanjut Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, beriman kepada para rasul seluruhnya dan beriman kepada nabi kita secara terperinci, serta mengimani bahwa beliau adalah penutup para nabi dan para rasul serta tidak ada nabi sesudahnya.
"Maka barangsiapa yang keimanannya kepada para rasul tidak demikian berarti dia telah kafir," jelasnya.
Menurutnya, termasuk pula beriman kepada para rasul adalah tidak melalaikan dan tidak berlebih-lebihan terhadap hak mereka.
Berbeda dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang berlebih-lebihan terhadap para rasul mereka, sehingga mereka menjadikan dan memperlakukan para rasul itu seperti memperlakukannya sebagai tuhan (Allah), sebagaimana yang difirmankan Allah:
“Dan orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair itu anak Allah, dan orang-orang Nashrani berkata: Isa Al Masih itu anak Allah.” [ QS At Taubah/9 : 30].
Sedang orang-orang sufi dan para Ahli filsafat telah bertindak sebaliknya. Mereka telah merendahkan dan menghinakan hak para rasul, dan lebih mengutamakan para pemimpin mereka, sedang kaum penyembah berhala dan atheis telah kafir kapada seluruh para Rasul tersebut.
Orang yahudi telah kafir kepada Nabi Isa dan MuhammadSAW, sedang orang Nashrani telah kafir kepada nabi MuhammadSAW, dan orang-orang yang mengimani sebagian dan mengingkari sebagian (para rasul) maka dia telah mengingkari seluruh Rasul, Allah telah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan Rasul-Nya, dengan mengatakan: “kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir kepada sebagian (yang lain), serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan di antara yang demikian (iman dan kafir) merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya, kami telah menyediakan untuk mereka siksa yang menghinakan“. [ QS An-Nisa’/4 :150-151].
Dan juga Allah telah berfirman:
“Kami tidak membeda-bedakan satu di antara Rasul rasul-Nya.” [ QS Al Baqarah/2 : 285].
"Prinsip-prinsip tersebut teringkas dalam butir-butir berikut," tulis Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzandalam bukunya yang diterjemahkan Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf berjudul "Prinsip-Prinsip Akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah" (IslamHouse).
Prinsip pertama: Beriman kepada Allah, para malaikat-Nya , Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir dan Taqdir baik dan buruknya"
Ini kali kita bahas tentang tentang beriman kepada para Rasul. Menurut Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, yakni membenarkan semua rasul-rasul, baik; yang Allah sebutkan nama mereka maupun yang tidak, dari yang pertama sampai yang terakhir, dan penutup para nabi tersebut adalah nabi kita MuhammadSAW.
Artinya pula, lanjut Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, beriman kepada para rasul seluruhnya dan beriman kepada nabi kita secara terperinci, serta mengimani bahwa beliau adalah penutup para nabi dan para rasul serta tidak ada nabi sesudahnya.
"Maka barangsiapa yang keimanannya kepada para rasul tidak demikian berarti dia telah kafir," jelasnya.
Menurutnya, termasuk pula beriman kepada para rasul adalah tidak melalaikan dan tidak berlebih-lebihan terhadap hak mereka.
Berbeda dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang berlebih-lebihan terhadap para rasul mereka, sehingga mereka menjadikan dan memperlakukan para rasul itu seperti memperlakukannya sebagai tuhan (Allah), sebagaimana yang difirmankan Allah:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ
“Dan orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair itu anak Allah, dan orang-orang Nashrani berkata: Isa Al Masih itu anak Allah.” [ QS At Taubah/9 : 30].
Sedang orang-orang sufi dan para Ahli filsafat telah bertindak sebaliknya. Mereka telah merendahkan dan menghinakan hak para rasul, dan lebih mengutamakan para pemimpin mereka, sedang kaum penyembah berhala dan atheis telah kafir kapada seluruh para Rasul tersebut.
Orang yahudi telah kafir kepada Nabi Isa dan MuhammadSAW, sedang orang Nashrani telah kafir kepada nabi MuhammadSAW, dan orang-orang yang mengimani sebagian dan mengingkari sebagian (para rasul) maka dia telah mengingkari seluruh Rasul, Allah telah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا١٥٠ أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan Rasul-Nya, dengan mengatakan: “kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir kepada sebagian (yang lain), serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan di antara yang demikian (iman dan kafir) merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya, kami telah menyediakan untuk mereka siksa yang menghinakan“. [ QS An-Nisa’/4 :150-151].
Dan juga Allah telah berfirman:
لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ
“Kami tidak membeda-bedakan satu di antara Rasul rasul-Nya.” [ QS Al Baqarah/2 : 285].
(mhy)