Amalan untuk Muslimah saat Hari Raya Iduladha
Sabtu, 15 Juni 2024 - 10:17 WIB
Ada beberapa amalan yang dianjurkan bagi kaum muslimah pada Hari Raya Iduladha . Amalan sunnah tersebut sangat berpahala dan banyak keutamaannya. Amalan apa saja?
Bagi umat Islam, Iduldha merupakan peristiwa penting dan hari besar Islam yang penuh berkah dan kegembiraan. Oleh karena itu, saat pelaksanaan salat Ied dianjurkan dihadiri semua kaum muslim, baik tua, muda, dewasa, anak-anak, laki-laki dan perempuan.
Bahkan perempuan yang sedang haid pun, juga diperintahkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam supaya hadir di tanah lapang yang dijadikan tempat salat dan mengikuti doa bersama segenap kaum muslimin .
Dalam kitab 'Fiqih Sunnah untuk Wanita', Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim menjelaskan, ada beberapa amalan yang dianjurkan dilakukan perempuan pada hari raya tersebut.
Sebuah hadis meriwayatkan, dari Ummu 'Athiyyah radhiyalahu'anha menyatakan," Kami diperintahkan agar ikut salat Ied , bahkan harus membawa serta gadis dan perempuan yang haid. Mereka ditempatkan di belakang jamaah, lalu mengikuti takbir yang diucapkan oleh kaum muslimin dan turut berdoa bersama mereka serta mengharapkan keberkahan dan kesucian hari tersebut," (HR Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)
Dalam riwayat lain dinyatakan bahwa Ummu 'Athiyyah bertanya "Wahai Rasulullah, apakah tidak masalah jika seorang di antara kami yang tidak memiliki jilbab tidak ikut salat Ied?" Rasulullah SAW menjawab, "Pakaikanlah kepadanya jilbab milik saudarinya lalu bawalah dia untuk menghadiri kebaikan dan ikut berdoa bersama kaum mukminin," (HR Bukhari)
Seorang muslimah pun boleh ikut bertakbir, bahkan dianjurkan bertakbir di belakang jemaah laki-laki. Umat Islam sangat dianjurkan untuk mengumandangan takbir di saat malam Hari Raya Iduladha. Takbiran ini bisa dilakukan saat terbenamnya matahari hingga pelaksanaan hari Raya Idul Adha dan berakhir di hari tasyrik pada waktu ashar (13 Dzulhijjah). Kumandang takbir ini menandakan ajakan untuk menyebut kebesaran Allah serta mengajak umat Islam lainnya melakukan hal yang sama.
Amalan lainnya yang dianjurkan dilakukan kaum perempuan, di antaranya :
Ali radhiyallahu'anhu pernah ditanya tentang kapan saja mandi yang disunnahkan. Ia menjwab," Pada hari jumat, hari wukuf di Arafah, hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul adha," (Musnad Asy-Syafi'i no 114)
Juga hadis “Dari Nafi’, beliau mengatakan bahwa Ibnu Umar radliallahu ‘anhuma mandi pada hari Idul Fitri sebelum berangkat ke lapangan”. (HR. Malik dan asy-Syafi’i dan sanadnya shahih)
Hal ini seperti yang disampaikan dalam sebuah hadist berikut, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk memakai pakaian terbaik yang kami miliki pada dua hari raya” (HR. Hakim)
Namun, bagi perempuan muslimah memakai pakaian terbaik ini tidak dengan tujuan tabarruj (bersolek) dan tidak memakai parfum atau wangi-wangian yang mengundang perhatian laki-laki.
Abu Buraidah radhiyallahu'ahu menyatakan bahwa Nabi SAW tidak keluar rumah untuk melaksanakan salat Idulfitri melainkan setelah makan, tapi pada hari raya Iduladha beliau tidak makan melainkan setelah menyembelih (hewan kurban)". (HR Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah)
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat salat ‘id dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang dengan berjalan kaki.“ (HR. Ibnu Majah)
Wallahu A'lam
Bagi umat Islam, Iduldha merupakan peristiwa penting dan hari besar Islam yang penuh berkah dan kegembiraan. Oleh karena itu, saat pelaksanaan salat Ied dianjurkan dihadiri semua kaum muslim, baik tua, muda, dewasa, anak-anak, laki-laki dan perempuan.
Bahkan perempuan yang sedang haid pun, juga diperintahkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam supaya hadir di tanah lapang yang dijadikan tempat salat dan mengikuti doa bersama segenap kaum muslimin .
Dalam kitab 'Fiqih Sunnah untuk Wanita', Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim menjelaskan, ada beberapa amalan yang dianjurkan dilakukan perempuan pada hari raya tersebut.
Sebuah hadis meriwayatkan, dari Ummu 'Athiyyah radhiyalahu'anha menyatakan," Kami diperintahkan agar ikut salat Ied , bahkan harus membawa serta gadis dan perempuan yang haid. Mereka ditempatkan di belakang jamaah, lalu mengikuti takbir yang diucapkan oleh kaum muslimin dan turut berdoa bersama mereka serta mengharapkan keberkahan dan kesucian hari tersebut," (HR Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)
Dalam riwayat lain dinyatakan bahwa Ummu 'Athiyyah bertanya "Wahai Rasulullah, apakah tidak masalah jika seorang di antara kami yang tidak memiliki jilbab tidak ikut salat Ied?" Rasulullah SAW menjawab, "Pakaikanlah kepadanya jilbab milik saudarinya lalu bawalah dia untuk menghadiri kebaikan dan ikut berdoa bersama kaum mukminin," (HR Bukhari)
Seorang muslimah pun boleh ikut bertakbir, bahkan dianjurkan bertakbir di belakang jemaah laki-laki. Umat Islam sangat dianjurkan untuk mengumandangan takbir di saat malam Hari Raya Iduladha. Takbiran ini bisa dilakukan saat terbenamnya matahari hingga pelaksanaan hari Raya Idul Adha dan berakhir di hari tasyrik pada waktu ashar (13 Dzulhijjah). Kumandang takbir ini menandakan ajakan untuk menyebut kebesaran Allah serta mengajak umat Islam lainnya melakukan hal yang sama.
Amalan lainnya yang dianjurkan dilakukan kaum perempuan, di antaranya :
1. Melaksanakan mandi sebelum salat Ied
Pelaksanaan mandi besar ini seperti pada mandi besar biasanya, hanya saja niatnya berbeda. Bukan saja Idulfitri, Iduladha pun menjadi hari raya umat Islam. Hal ini seperti yang disampaikan dalam hadis berikut :Ali radhiyallahu'anhu pernah ditanya tentang kapan saja mandi yang disunnahkan. Ia menjwab," Pada hari jumat, hari wukuf di Arafah, hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul adha," (Musnad Asy-Syafi'i no 114)
Juga hadis “Dari Nafi’, beliau mengatakan bahwa Ibnu Umar radliallahu ‘anhuma mandi pada hari Idul Fitri sebelum berangkat ke lapangan”. (HR. Malik dan asy-Syafi’i dan sanadnya shahih)
2. Menggunakan pakaian terbaik untuk melaksanakan salat Ied
Di hari raya besar Islam, umat Islam disunnahkan untuk menggunakan pakaian terbaiknya, khususnya saat akan melaksanakan salat Iduladha. Pakaian terbaik bukan berarti pakaian baru dan mahal. Pakaian terbaik adalah pakaian yang paling bagus dari yang kita miliki. Karena sebaik-baiknya pakaian di hadapan Allah adalah pakaian “takwa”.Hal ini seperti yang disampaikan dalam sebuah hadist berikut, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk memakai pakaian terbaik yang kami miliki pada dua hari raya” (HR. Hakim)
Namun, bagi perempuan muslimah memakai pakaian terbaik ini tidak dengan tujuan tabarruj (bersolek) dan tidak memakai parfum atau wangi-wangian yang mengundang perhatian laki-laki.
3. Tidak makan sebelum Salat Ied
Di hari raya Iduladha, umat Islam disunnahkan untuk tidak makan terlebih dahulu dan segera makan setelah selesai salat Ied. Hal ini berbeda dengan salat Idul Fitri yang justru disunnahkan untuk makan terlebih dahulu. Jadi, pastikan sunnah ini bisa kita laksanakan dan jangan sampai lupa dilakukan saat setelah bangun tidur, mandi, dan menuju perjalanan salat Iduladha.Abu Buraidah radhiyallahu'ahu menyatakan bahwa Nabi SAW tidak keluar rumah untuk melaksanakan salat Idulfitri melainkan setelah makan, tapi pada hari raya Iduladha beliau tidak makan melainkan setelah menyembelih (hewan kurban)". (HR Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah)
4. Berangkat lebih awal ke tempat salat
Untuk melaksanakan salat Iduladha, sebaiknya kita berangkat lebih awal dan sampai di tempat salat dengan tenang atau tidak terburu-buru. Sambil menunggu salat berjamaah kita bisa duduk sambil bertakbir dan berzikir. Kesempatan ini tentu menjadi hal yang baik, terlebih salat Iduladha hanya dilakukan satu tahun sekali saja.5. Berjalan kaki saat menuju tempat salat Ied
Jika tempat salat kita cukup dekat dan mudah untuk dijangkau, maka sebaiknya kita mengikuti sunnah Rasulullah yaitu berjalan kaki menuju tempat salat Iduladha. Hal ini sebagaimana yang disampaikan dalam sebuah hadis,“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat salat ‘id dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang dengan berjalan kaki.“ (HR. Ibnu Majah)
Wallahu A'lam
(wid)