Kisah Kesedihan Khalifah Umar atas Wafatnya Khalid bin Walid
Selasa, 18 Juni 2024 - 05:15 WIB
“Benar kau, memang begitu!” kata Umar. Ia sendiri melarang orang meratapi dan menangisi mayat. Ia pernah membubarkan perempuan-perempuan yang berkumpul di rumah Aisyah meratapi Abu Bakar. Tetapi ketika perempuan-perempuan Madinah berkumpul menangisi Khalid, sikapnya tidak tampak demikian, malah dia tidak menghalangi mereka menangis.
Ada yang bertanya kepadanya: "Anda tidak mendengar, tidak melarang mereka?"
Dia menjawab: "Biarlah perempuan-perempuan Quraisy menangisi Abu Sulaiman (Khalid) selama mereka tidak sampai menjerit-jerit dan membuat kegaduhan. Dalam hal seperti ini orang biasa menangis.”
Dalam pada itu Hisyam bin al-Bakhtari bersama jemaah Banu Makhzum datang menemui Umar bin Khattab. “Hisyam, coba bacakan sajakmu tentang Khalid,” kata Umar.
Hisyam membacakan sajaknya yang terbaik. Selesai membaca, Umar berkata: “Masih kurang pujianmu kepada Abu Sulaiman, Allah yarham. Dia menyukai segala yang agung, dan memang dia pantas untuk itu. Orang yang senang melihat musibah yang menimpanya akan dibenci Allah.”
Suatu hari ketika terjadi pembicaraan mengenai Khalid terkenang oleh Umar dengan mengatakan: Memang kena benar ia untuk menyumbat tenggorokan musuh. Keberuntungan sudah menjadi bawaannya.”
Ketika itu Ali bertanya: “Tetapi mengapa Anda pecat dia?”
Umar menjawab: “Saya menyesal atas tindakan saya itu.”
Ada juga sumber yang menyebutkan, bahwa ketika Khalid wafat Umar tidak berada di tempat, sedang menunaikan ibadah haji, dan dia bermaksud akan mengangkat Khalid sekembalinya dari haji. Tetapi sesudah kembali baru ia mengetahui bahwa Khalid sudah meninggal.
Ada yang bertanya kepadanya: "Anda tidak mendengar, tidak melarang mereka?"
Dia menjawab: "Biarlah perempuan-perempuan Quraisy menangisi Abu Sulaiman (Khalid) selama mereka tidak sampai menjerit-jerit dan membuat kegaduhan. Dalam hal seperti ini orang biasa menangis.”
Dalam pada itu Hisyam bin al-Bakhtari bersama jemaah Banu Makhzum datang menemui Umar bin Khattab. “Hisyam, coba bacakan sajakmu tentang Khalid,” kata Umar.
Hisyam membacakan sajaknya yang terbaik. Selesai membaca, Umar berkata: “Masih kurang pujianmu kepada Abu Sulaiman, Allah yarham. Dia menyukai segala yang agung, dan memang dia pantas untuk itu. Orang yang senang melihat musibah yang menimpanya akan dibenci Allah.”
Suatu hari ketika terjadi pembicaraan mengenai Khalid terkenang oleh Umar dengan mengatakan: Memang kena benar ia untuk menyumbat tenggorokan musuh. Keberuntungan sudah menjadi bawaannya.”
Ketika itu Ali bertanya: “Tetapi mengapa Anda pecat dia?”
Umar menjawab: “Saya menyesal atas tindakan saya itu.”
Ada juga sumber yang menyebutkan, bahwa ketika Khalid wafat Umar tidak berada di tempat, sedang menunaikan ibadah haji, dan dia bermaksud akan mengangkat Khalid sekembalinya dari haji. Tetapi sesudah kembali baru ia mengetahui bahwa Khalid sudah meninggal.
(mhy)