Biografi Imam Syafi'i, Imam Mazhab yang Nasabnya Tersambung dengan Rasulullah (2)
Minggu, 23 Agustus 2020 - 08:05 WIB
Imam Syafi'i (150-204 Hijriyah) nama aslinya Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i . Namun, kita biasa memanggilnya Imam Syafi'i . Beliau mendapat julukan Nashih Al-Hadits (pembela Sunnah Nabi). Berikut lanjutan biografinya sebagaimana disampaikan Syeikh Ahmad Al-Misri (Dai asal Mesir) saat kajian di Masjid Raya Al-Ittihad Tebet, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Berguru kepada Imam Malik di Madinah
Saat berusia 13 tahun, beliau dikirim Ibunya ke Madinah untuk belajar kepada ulama besar saat itu, Imam Malik bin Anas. Imam Syafi'i meminta rekomendasi dari Wali Kota Makkah. Akhirnya dikasih dua surat, satu dari Wali Kota Mekkah kepada Wali Kota Madinah, satu lagi dari Wali Kota Madinah kepada Imam Malik bin Anas. ( )
Sebelum datang ke Imam Malik bin Anas , beliau membawa dua surat rekomendasi yang berisi "Tolong bantu anak muda ini untuk belajar kepada Imam Malik bin Anas". Kata Wali Kota Madinah, "Bilang kamu minta saya dari Madinah ke Mekkah jalan kaki tanpa alas saya sanggup, tapi kalau harus berdiri di depan pintu Imam Malik bin Anas saya tidak sanggup."
Imam Malik bin Anas mengatakan bahwa Ilmu itu didatangi, bukan mendatangi. Akhirnya Imam Syafi'i bangga membawa dua surat rekomendasi itu. Apalagi Madinah sangat menghormati Imam Malik bin Anas. Kata Wali Kota Madinah, "Ya sudah besok setelah Ashar kamu datang ke tempat Imam Malik bin Anas ." Ia tidak datang sendiri, melainkan bersama rombongan. Bayangkan penguasa datang kepada Ulama.
Apa yang terjadi saat itu? Salah seorang dari rombongan mengetuk pintu rumah Imam Malik bin Anas . Ketika pintu rumah dibuka pembantunya Imam Malik, Wali Kota Madinah berkata: "Tolong sampaikan kepada Tuanmu bahwa Wali Kota Madinah datang".
Kemudian Pembantu Imam Malik bin Anas masuk dan lama keluarnya. Kemudian beliau datang mengatakan, kalau ada pertanyaan silahkan tulis di kertas nanti saya sampaikan lalu beliau akan jawab. Kalau mau belajar hadis sudah tahu jadwalnya.
Bayangkan Wali Kota Madinah diusir oleh pembantunya Imam Malik bin Anas . Akan tetapi Wali Kota Madinah cerdas dan tidak mau malu di depan bawahannya. "Bilang bahwa ada surat penting dari Wali Kota Makkah," katanya kepada pembantu Imam Malik .
Akhirnya rombongan itu diterima, pembantu Imam Malik meletakkan sebuah kursi. Awalnya dikira kursi itu untuk Wali Kota Madinah, ternyata untuk Imam Malik bin Anas . Kata Imam Syafi'i : "Ketika saya melihat wajah Imam Malik bin Anas saya begitu segan."
"Itulah cahaya Ulama. Antum kalau kencang (sering) zikirnya, maka orang akan tunduk sama antum siapapun itu," kata Syeikh Ahmad .
Akhirnya Imam Malik bin Anas duduk dan Wali Kota Madinah berdiri. Imam Malik bin Anas mebaca suratnya. Setelah membaca, surat dari Wali Kota Makkah itu dibuang. Kata Imam Malik: "Subhanallah. Apakah belajar ilmu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa Sallam harus pakai rekomendasi?" Mendengar itu Wali Kota Madinah hanya bisa terdiam.
Lalu Imam Syafi'i memberanikan diri berbicara dan mengatakan bahwa nasabnya sama dengan Rasulullah SAW. Kemudian beliau bilang anak yatim dan menyampaikan maksud dan tujuannya. Imam Malik bin Anas kemudian memandang wajah Imam Syafi'i . Imam Malik berkata: "Siapa Namamu?" " Asy-Syafi'i ." Imam Malik bin Anas berkata: "Bertakwalah kepada Allah Ta'ala, niscaya Allah memudahkan urusanmu dan kamu akan menjadi ulama besar."
"Dan benar saja, Imam Asy-Syafi'i menjadi ulama besar dengan mazhab terbesar. Begitulah kalau Ulama yang Kasyaf bisa melihat dengan mata batin. Dulu ketika saya di Al-Azhar itu saya habis menuntut ilmu saya dipegang tangannya oleh guru saya dan diberi amalan. Maka kadang guru mengambil murid dan memberi nasehat, ada juga yang memberi amalan," tutur Syeikh Ahmad.
Imam Syadzili, salah satu tokoh yang memiliki thariqah dengan banyak pengikut saat akan wafat mengumpulkan muridnya dan khusus memberi pesan kepada Imam Abul Hasan Al-Mursyi. Beliau tahu bahwa Imam Abul Hasan Al-Mursyi yang akan menjadi penerusnya. Ternyata benar, lihatlah murid-muridnya Imam Abul Hasan Al-Mursyi seperti Imam Bushairi, pengarang Qasidah Burdah.
Imam Syafi'i ketika diuji dengan Kitab Muwatha', Imam Malik bin Anas kagum bahwa belum bertemu dengannya kitabnya sudah dihafal. Imam Malik bin Anas senang dan tidak berapa lama Khatam. Beliau menuntut ilmu bersama Imam Malik bin Anas sampai akhir hayat Imam Malik bin Anas.
Imam Malik bin Anas wafat saat Imam Asy-Syafi'i berusia 29 tahun. Imam Syafi'i di usia itu sudah menjadi Mufti di Kota Mekkah. Ketika gurunya wafat, Beliau pindah belajar lagi kepada guru lainnya hingga akhir hayatnya. ( )
Dua tahun kemudian, beliau pergi ke Irak untuk berguru kepada murid-murid Imam Abu Hanifah. Beliau kembali ke Makkah membuat kajian. Beliau membuat Kitab Ar-Risalah sebagai kitab pertama rujukan Ushul Fiqih. Itulah kelebihan dari Imam Syafi'i . Dari Kitab itu dijelaskan makna dan tafsir Al-Qur'an dan penjelasan ulama serta hadits Nabi Muhammad SAW .
Beliau melakukan rihlah 3 kali ke Iraq dan 2 kali ke Mesir. Beliau mempunya firasat wafat di Mesir dan akhirnya benar wafat di Mesir. Imam An-Nawawi ketika ziarah ke makam Imam Syafi'i tidak berani masuk ke dalam karena segan. Imam An-Nawawi berkata: "Ketika Imam Syafi'i hidup, saya sangat menghormatinya, apalagi ketika beliau sudah wafat."
Imam An-Nawawi sebelum wafat mengembalikan kitab-kitab yang beliau pinjam dan kembali ke Desa Nawa tempat beliau wafat. Di makam Imam Nawawi tumbuh sebuah pohon besar. Bayangkan kenapa Kitab Hadis Arba'in An-Nawawi, Kitab Al-Adzkar, dan kitab lainnya menjadi populer di seluruh dunia karena keikhlasan beliau.
Imam Syafi'i menetap di Mesir dari Tahun 199 Hijriyah sampai tahun wafat Beliau 204 Hijriyah. Imam Syafi'i banyak merubah Fatwa beliau karena banyak belajar dari para Ulama. Imam Syafi'i mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi'i. Yang pertama namanya Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid. Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan, guru Imam Syafi'i sebanyak 79 Ulama.
Berguru kepada Imam Malik di Madinah
Saat berusia 13 tahun, beliau dikirim Ibunya ke Madinah untuk belajar kepada ulama besar saat itu, Imam Malik bin Anas. Imam Syafi'i meminta rekomendasi dari Wali Kota Makkah. Akhirnya dikasih dua surat, satu dari Wali Kota Mekkah kepada Wali Kota Madinah, satu lagi dari Wali Kota Madinah kepada Imam Malik bin Anas. ( )
Sebelum datang ke Imam Malik bin Anas , beliau membawa dua surat rekomendasi yang berisi "Tolong bantu anak muda ini untuk belajar kepada Imam Malik bin Anas". Kata Wali Kota Madinah, "Bilang kamu minta saya dari Madinah ke Mekkah jalan kaki tanpa alas saya sanggup, tapi kalau harus berdiri di depan pintu Imam Malik bin Anas saya tidak sanggup."
Imam Malik bin Anas mengatakan bahwa Ilmu itu didatangi, bukan mendatangi. Akhirnya Imam Syafi'i bangga membawa dua surat rekomendasi itu. Apalagi Madinah sangat menghormati Imam Malik bin Anas. Kata Wali Kota Madinah, "Ya sudah besok setelah Ashar kamu datang ke tempat Imam Malik bin Anas ." Ia tidak datang sendiri, melainkan bersama rombongan. Bayangkan penguasa datang kepada Ulama.
Apa yang terjadi saat itu? Salah seorang dari rombongan mengetuk pintu rumah Imam Malik bin Anas . Ketika pintu rumah dibuka pembantunya Imam Malik, Wali Kota Madinah berkata: "Tolong sampaikan kepada Tuanmu bahwa Wali Kota Madinah datang".
Kemudian Pembantu Imam Malik bin Anas masuk dan lama keluarnya. Kemudian beliau datang mengatakan, kalau ada pertanyaan silahkan tulis di kertas nanti saya sampaikan lalu beliau akan jawab. Kalau mau belajar hadis sudah tahu jadwalnya.
Bayangkan Wali Kota Madinah diusir oleh pembantunya Imam Malik bin Anas . Akan tetapi Wali Kota Madinah cerdas dan tidak mau malu di depan bawahannya. "Bilang bahwa ada surat penting dari Wali Kota Makkah," katanya kepada pembantu Imam Malik .
Akhirnya rombongan itu diterima, pembantu Imam Malik meletakkan sebuah kursi. Awalnya dikira kursi itu untuk Wali Kota Madinah, ternyata untuk Imam Malik bin Anas . Kata Imam Syafi'i : "Ketika saya melihat wajah Imam Malik bin Anas saya begitu segan."
"Itulah cahaya Ulama. Antum kalau kencang (sering) zikirnya, maka orang akan tunduk sama antum siapapun itu," kata Syeikh Ahmad .
Akhirnya Imam Malik bin Anas duduk dan Wali Kota Madinah berdiri. Imam Malik bin Anas mebaca suratnya. Setelah membaca, surat dari Wali Kota Makkah itu dibuang. Kata Imam Malik: "Subhanallah. Apakah belajar ilmu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa Sallam harus pakai rekomendasi?" Mendengar itu Wali Kota Madinah hanya bisa terdiam.
Lalu Imam Syafi'i memberanikan diri berbicara dan mengatakan bahwa nasabnya sama dengan Rasulullah SAW. Kemudian beliau bilang anak yatim dan menyampaikan maksud dan tujuannya. Imam Malik bin Anas kemudian memandang wajah Imam Syafi'i . Imam Malik berkata: "Siapa Namamu?" " Asy-Syafi'i ." Imam Malik bin Anas berkata: "Bertakwalah kepada Allah Ta'ala, niscaya Allah memudahkan urusanmu dan kamu akan menjadi ulama besar."
"Dan benar saja, Imam Asy-Syafi'i menjadi ulama besar dengan mazhab terbesar. Begitulah kalau Ulama yang Kasyaf bisa melihat dengan mata batin. Dulu ketika saya di Al-Azhar itu saya habis menuntut ilmu saya dipegang tangannya oleh guru saya dan diberi amalan. Maka kadang guru mengambil murid dan memberi nasehat, ada juga yang memberi amalan," tutur Syeikh Ahmad.
Imam Syadzili, salah satu tokoh yang memiliki thariqah dengan banyak pengikut saat akan wafat mengumpulkan muridnya dan khusus memberi pesan kepada Imam Abul Hasan Al-Mursyi. Beliau tahu bahwa Imam Abul Hasan Al-Mursyi yang akan menjadi penerusnya. Ternyata benar, lihatlah murid-muridnya Imam Abul Hasan Al-Mursyi seperti Imam Bushairi, pengarang Qasidah Burdah.
Imam Syafi'i ketika diuji dengan Kitab Muwatha', Imam Malik bin Anas kagum bahwa belum bertemu dengannya kitabnya sudah dihafal. Imam Malik bin Anas senang dan tidak berapa lama Khatam. Beliau menuntut ilmu bersama Imam Malik bin Anas sampai akhir hayat Imam Malik bin Anas.
Imam Malik bin Anas wafat saat Imam Asy-Syafi'i berusia 29 tahun. Imam Syafi'i di usia itu sudah menjadi Mufti di Kota Mekkah. Ketika gurunya wafat, Beliau pindah belajar lagi kepada guru lainnya hingga akhir hayatnya. ( )
Dua tahun kemudian, beliau pergi ke Irak untuk berguru kepada murid-murid Imam Abu Hanifah. Beliau kembali ke Makkah membuat kajian. Beliau membuat Kitab Ar-Risalah sebagai kitab pertama rujukan Ushul Fiqih. Itulah kelebihan dari Imam Syafi'i . Dari Kitab itu dijelaskan makna dan tafsir Al-Qur'an dan penjelasan ulama serta hadits Nabi Muhammad SAW .
Beliau melakukan rihlah 3 kali ke Iraq dan 2 kali ke Mesir. Beliau mempunya firasat wafat di Mesir dan akhirnya benar wafat di Mesir. Imam An-Nawawi ketika ziarah ke makam Imam Syafi'i tidak berani masuk ke dalam karena segan. Imam An-Nawawi berkata: "Ketika Imam Syafi'i hidup, saya sangat menghormatinya, apalagi ketika beliau sudah wafat."
Imam An-Nawawi sebelum wafat mengembalikan kitab-kitab yang beliau pinjam dan kembali ke Desa Nawa tempat beliau wafat. Di makam Imam Nawawi tumbuh sebuah pohon besar. Bayangkan kenapa Kitab Hadis Arba'in An-Nawawi, Kitab Al-Adzkar, dan kitab lainnya menjadi populer di seluruh dunia karena keikhlasan beliau.
Imam Syafi'i menetap di Mesir dari Tahun 199 Hijriyah sampai tahun wafat Beliau 204 Hijriyah. Imam Syafi'i banyak merubah Fatwa beliau karena banyak belajar dari para Ulama. Imam Syafi'i mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi'i. Yang pertama namanya Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid. Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan, guru Imam Syafi'i sebanyak 79 Ulama.