Kisah Shalahuddin Al-Ayyubi Menghancurkan Benteng Eropa di Dekat Rumah Nabi Ya'qub

Minggu, 07 Juli 2024 - 11:42 WIB
Dengan kesigapan dan loyalitas yang tinggi mereka mengumpulkan kayu-kayu dan bebatuan dalam jumlah banyak untuk dijadikan sebagai peluru meriam pelontar batu.

Gauli al-Asadi –seorang panglima dari kabilah al-Asadiyah dan salah seorang emir terbesar- mengajukan pendapatnya kepada Shalahuddin. Ia berkata: “Kita serang pasukan Eropa dengan pasukan infanteri dulu untuk mengukur kekuatan mereka. Jika kita tidak bisa membuat lemah kekuatan mereka, baru kita gempur mereka dengan meriam pelontar batu.”

Shalahuddin menerima pendapatnya ini. Ia segera memerintahkan pasukan infanteri untuk menyerang mereka, sehingga meletuslah pertempuran hebat. Ada seseorang yang memanjat tembok benteng dan menyerang orang-orang yang ada di atas pagar benteng. Tindakannya ini diikuti oleh tentara-tentara lainnya hingga mereka berhasil menguasai tembok.

Pasukan Eropa lalu menaiki pagar benteng untuk melindungi jiwa dan benteng mereka hingga datang bala bantuan. Ketika itu pasukan Eropa telah berkumpul di Thabariyyah. Tentara Muslim terus menekan karena khawatir akan tibanya bala bantuan pasukan Eropa, sementara malam hampir datang menjelang. Shalahuddin pun memerintahkan pasukannya untuk menginap di sekitar tembok.



Keesokan paginya mereka menggali parit di sekitar benteng, dan menyalakan api di dalamnya. Mereka menunggu keruntuhan tembok benteng, akan tetapi tembok tersebut tidak kunjung runtuh karena tebalnya. Ketebalan benteng tersebut adalah sembilan hasta menurut ukuran al-Najari, di mana satu hasta al-Najari berukuran satu setengah hasta biasa.

Mereka akhirnya menunggu selama dua hari, namun tembok itu masih tidak runtuh juga. Shalahuddin lalu memerintahkan pasukannya untuk memadamkan api yang dinyalakan di parit buatan tersebut.

Mereka membawa air dan menyiram kobaran api hingga padam. Para penggali kemudian kembali menggali tanah serta membakar tembok dan galian parit tersebut. Akhirnya tembok tersebut runtuh pada hari Kamis, enam hari terakhir di bulan Rabi`ul Awwal.

Masuklah tentara Muslimin ke dalam benteng, dan menawan semua orang yang ada di dalamnya serta membebaskan tawanan Muslimin. Shalahuddin sendiri membunuh banyak sekali tentara Eropa yang menjadi tawanan. Sisanya dibawa ke Damaskus dan dipenjarakan di sana.

Shalahuddin tetap berada di posisinya itu, sampai benteng itu dihancurkan dan diratakan dengan tanah. Sebelumnya Shalahuddin telah menawarkan uang sebesar 60.000 Dinar kepada Eropa agar mereka mau menghancurkan benteng itu sendiri tanpa harus melalui pertempuran. Tetapi mereka menolaknya, karena menduga jika benteng itu tetap berdiri mereka akan bisa menduduki lebih banyak lagi negeri-negeri Muslim.



Ketika tentara Eropa yang berkumpul di Thabariyyah mendengar berita bahwa Shalahuddin telah mengambil alih benteng tersebut, mereka menjadi surut. Mereka pun akhirnya bercerai berai kembali ke negeri masing-masing.

Banyak sekali penyair yang mengabadikan peristiwa ini dalam syair mereka. Di antaranya adalah al-Nasyw Ibn Nafadzah -semoga Allah mencurahkan rahmat atas-Nya- yang menuliskan syair sebagai berikut:

“Kekalahan Eropa datang begitu cepat

Telah datang saatnya salib-salib mereka dihancurkan

Seandainya kekalahan mereka tidak dekat

Niscaya tidak akan ramai rumah duka mereka”.

Begitu pula dengan syair yang diucapkan oleh `Ali Ibn Muhammad al-Sa`ati al-Dimasyqi:

“Apakah engkau akan tinggal di tanah para Nabi

Dengan berkelompok yang bersumpah dengan sumpahnya
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya para pelukis pada hari kiamat akan disiksa. Dikatakan kepada mereka, Hidupkanlah apa yang telah engkau ciptakan.

(HR. Ibnu Majah No. 2142)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More