Menunggu Pembebas Al-Aqsha Seperti Umar dan Shalahuddin Al-Ayyubi
loading...
A
A
A
Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq
Pengasuh Ponpes Subulana Bontang Kalimantan Timur,
Lulusan Al-Azhar Mesir
Sebuah fakta yang bisa menjadi pelajaran yang berharga bagi kita, bahwa para pembuka Masjidil Aqsha yakni Sayyidina Umar dan Shalahuddin Al-Ayyubi, keduanya bukanlah orang asli Palestina.
Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu adalah warga Arab Makkah yang pindah ke Madinah. Sedangkan Shalahuddin Al-Ayyubi rahimahullah adalah orang Iraq yang kemudian menetap di Suriah.
Karena itulah saudara-saudara kita di Palestina pernah berkata: "Kami hari ini membela dan menjaga al Aqsha, sekedar agar ia tidak hilang dari peta dunia. Adapun yang akan membebaskan negeri ini, kami yakin bukanlah dari kami, sebagaimana sebelumnya al Aqsha dibuka bukan oleh orang-orang Palestina."
Tidak mustahil bahwa akan lahir generasi Umar dan Shalahuddin dari negeri ini. Karena kita dalam keadaan yang memungkinkan untuk banyak melakukan persiapan.
Negeri kita aman, madrasah dan pesantren tempat menempa calon pejuang bertebaran. Kita punya kesempatan lebih banyak daripada saudara-saudara kita yang negerinya dilanda konflik dan didera masa-masa sulit.
Hanya masalahnya sejauh mana kita jujur dalam berjuang untuk agamanya. Karena kelurusan niat itulah yang akan mengantarkan kita kepada karunia agung yang datang dari sisiNya.
Bukan tidak mungkin, bahwa dalam shaf-shaf pembuka Al-Aqsha kelak, terselip anak-anak kita. Atau bahkan bisa jadi dia menjadi salah satu imam perjuangan yang berdiri paling depan.
Sudah selesai masanya tidur panjang. Sungguh, guratan duka yang tertoreh di wajah umat hari ini akan segera terobati oleh lahirnya generasi yang kita siapkan hari ini.
Pekat dan gelapnya peradaban muslimin akan lekas berganti dengan datangnya masa gilang-gemilang yang tersinari oleh fajar kemenangan yang telah lama dinanti-nantikan.
Bagaimanapun kerasnya usaha kaum kuffar dan munafiqin hari ini dalam membuat makar untuk membendung kebangkitan itu, tak akan berarti sama sekali.
Justru itu akan membuat mereka kian keras terhempas bila waktu kemenangan itu telah tiba. Maka, jangan risaukan Islam saat ia tenggelam dan mengalami kejatuhan, karena ini hanya masalah giliran untuk ia kembali menjulang. Tapi khawatirkanlah keberadaan antum bila saat itu tiba, dimanakah posisinya untuk Islam.
الأقصى فى انتظار أقصى
"Masjid yang jauh itu (Al-Aqsha) sedang menunggu yang datang dari jauh..."
Pengasuh Ponpes Subulana Bontang Kalimantan Timur,
Lulusan Al-Azhar Mesir
Sebuah fakta yang bisa menjadi pelajaran yang berharga bagi kita, bahwa para pembuka Masjidil Aqsha yakni Sayyidina Umar dan Shalahuddin Al-Ayyubi, keduanya bukanlah orang asli Palestina.
Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu adalah warga Arab Makkah yang pindah ke Madinah. Sedangkan Shalahuddin Al-Ayyubi rahimahullah adalah orang Iraq yang kemudian menetap di Suriah.
Karena itulah saudara-saudara kita di Palestina pernah berkata: "Kami hari ini membela dan menjaga al Aqsha, sekedar agar ia tidak hilang dari peta dunia. Adapun yang akan membebaskan negeri ini, kami yakin bukanlah dari kami, sebagaimana sebelumnya al Aqsha dibuka bukan oleh orang-orang Palestina."
Tidak mustahil bahwa akan lahir generasi Umar dan Shalahuddin dari negeri ini. Karena kita dalam keadaan yang memungkinkan untuk banyak melakukan persiapan.
Negeri kita aman, madrasah dan pesantren tempat menempa calon pejuang bertebaran. Kita punya kesempatan lebih banyak daripada saudara-saudara kita yang negerinya dilanda konflik dan didera masa-masa sulit.
Hanya masalahnya sejauh mana kita jujur dalam berjuang untuk agamanya. Karena kelurusan niat itulah yang akan mengantarkan kita kepada karunia agung yang datang dari sisiNya.
Bukan tidak mungkin, bahwa dalam shaf-shaf pembuka Al-Aqsha kelak, terselip anak-anak kita. Atau bahkan bisa jadi dia menjadi salah satu imam perjuangan yang berdiri paling depan.
Sudah selesai masanya tidur panjang. Sungguh, guratan duka yang tertoreh di wajah umat hari ini akan segera terobati oleh lahirnya generasi yang kita siapkan hari ini.
Pekat dan gelapnya peradaban muslimin akan lekas berganti dengan datangnya masa gilang-gemilang yang tersinari oleh fajar kemenangan yang telah lama dinanti-nantikan.
Bagaimanapun kerasnya usaha kaum kuffar dan munafiqin hari ini dalam membuat makar untuk membendung kebangkitan itu, tak akan berarti sama sekali.
Justru itu akan membuat mereka kian keras terhempas bila waktu kemenangan itu telah tiba. Maka, jangan risaukan Islam saat ia tenggelam dan mengalami kejatuhan, karena ini hanya masalah giliran untuk ia kembali menjulang. Tapi khawatirkanlah keberadaan antum bila saat itu tiba, dimanakah posisinya untuk Islam.
الأقصى فى انتظار أقصى
"Masjid yang jauh itu (Al-Aqsha) sedang menunggu yang datang dari jauh..."
(rhs)