Kepercayaan yang Berkembang Seputar Asyura: Tidak Memiliki Dalil yang Kuat

Rabu, 17 Juli 2024 - 10:41 WIB
Ada kepercayaan pada hari ’Asyura Nabi Ibrahim dilahirkan. Ilustrasi: Pinterest
Di samping banyaknya keutamaan Muharram , ada beberapa hal yang berkembangan di kalangan umat Islam menyangkut hari Asyura khususnya.

Beberapa hal yang masih menjadi keyakinan di kalangan umat Islam adalah legenda bahwa pada hari Asyura Nabi Adam diciptakan, pada hari ’Asyura Nabi Ibrahim dilahirkan, pada hari ’Asyura Allah SWT menerima tobat Nabi Ibrahim, pada hari ’Asyura Kiamat akan terjadi dan siapa yang mandi pada hari ’Asyura diyakini tidak akan mudah terkena penyakit.

Prof. Dr. H. Ahmad Khairuddin, M.Ag dalam karya tulisnya berjudul "Asyura: Antara Doktrin, Historis dan Antropologis Perspektif Dakwah Pencerahan" menjelaskan semua cerita tersebut tidak memiliki landasan dan dalil yang kuat dalam Islam.

"Begitu juga dengan keyakinan bahwa disunahkan bagi mereka untuk menyiapkan makanan khusus untuk hari ’Asyura," ujarnya.



Dinukilkan riwayat bahwa Al-Harb al-Karmani menanyakan kepada Imam Ahmad bin Hanbal tentang hadis: ‘Siapa yang memberikan kelonggaran kepada keluarga pada hari Asyura’, maka beliau (Imam Ahmad) mengatakan, ’La ashla lahu’ hadis tidak ada sanadnya dan tidak ada sanad yang terpercaya.

Kaum Nashibah yang membenci Husain ra juga membawakan riwayat hadis, “Siapa yang memakai celak mata pada hari Asyura, maka dia tidak akan sakit mata selama tahun itu. Siapa yang mandi besar pada hari asyura maka dia tidak sakit selama setahun itu.”

Akibatnya, kata Ahmad Khairuddin, sebagian masyarakat menganjurkan pada hari tersebut untuk memakai celak, mandi, dan memberikan kelonggaran kepada keluarga, dan menghidangkan makanan lebih tidak seperti biasanya.

Semua hal itu dan fanatisme berlebihan terhadap Husain ra tidak pernah diajarkan oleh para Imam Mazhab. Selain itu, tidak ada dalil yang cukup kuat untuk menjadi hujjah praktik tersebut.

Sebaliknya, umat Islam dianjurkan untuk berpuasa pada hari Asyura sebagaimana yang dinukilkan jumhur ulama selain panduan Rasulullah SAW tentang keutamaan Muharram secara umum. Sejumlah umat Islam mengaitkan kesucian hari ’Asyura dengan kematian cucu Nabi Muhammad SAW , Husain ra saat berperang melawan tentara Suriah.



Kematian Husain memang salah satu peristiwa tragis dalam sejarah Islam. Akan tetapi, bagi Muslim Suni kesucian hari ’Asyura tidak bisa dikaitkan dengan peristiwa ini. Sebab, secara sederhana sudah diketahui keutamaan hari ’Asyura sudah dijelaskan sejak zaman Nabi Muhammad SAW, jauh sebelum kelahiran Husain ra.

Sebaliknya, merupakan suatu kemuliaan bagi Husain yang memperoleh syahid dalam pertempuran itu bertepatan dengan hari ’Asyura.

Anggapan-anggapan yang keliru lainnya tentang bulan Muharram adalah kepercayaan bahwa bulan Muharram adalah bulan yang tidak membawa keberuntungan, karena Husain ra terbunuh pada bulan itu.

Akibat adanya anggapan yang salah ini, sebagian umat Islam ada yang tidak melaksanakan pernikahan pada bulan Muharram dan melakukan upacara khusus sebagai tanda ikut berduka atas tewasnya Husain dalam peperangan di Karbala. Berduka atas peristiwa tersebut merupakan tradisi yang berkembang di kalangan Syi’ah. Mereka biasa menjadikannya sebagai hari berkabung dengan menangisi, memukul-mukul bahkan melukai wajah dan punggung mereka.

Bagi bertentangan muslim Suni, hal ini dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW yang sangat melarang umatnya melakukan upacara duka karena meninggalnya seseorang dengan cara seperti itu, karena tindakan itu adalah warisan orang-orang pada zaman jahiliyah.



Islam tidak mengajarkan sikap ekstrim dalam berkabung apalagi sampai melakukan hal-hal yang dilarang. Rasulullah SAW bersabda: "Bukanlah termasuk umatku yang memukuli dadanya, merobek bajunya dan berteriak-teriak (menangis) seperti teriakan orang-orang pada zaman jahiliyah." (HR. Al-Bukhari)
(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَمَنۡ يَّقۡتُلۡ مُؤۡمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَآؤُهٗ جَهَـنَّمُ خَالِدًا فِيۡهَا وَغَضِبَ اللّٰهُ عَلَيۡهِ وَلَعَنَهٗ وَاَعَدَّ لَهٗ عَذَابًا عَظِيۡمًا
Dan barangsiapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka Jahanam, dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya.

(QS. An-Nisa Ayat 93)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More