Kehidupan dalam Pandangan Al-Quran : Manusia Perlu Mempunyai Tujuan Akhir

Selasa, 30 Juli 2024 - 11:21 WIB
Salah satu makna hidup dalam Al-Quran, adalah bahwa setiap manusia perlu mempunyai tujuan akhir dalam kehidupannya. Sebab, dari tujuan hidupnyalah yang kemudian terimplementasi melalui tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Foto ilustrasi/ist
Setiap manusia hendaknya mempunyai tujuan akhir dalam kehidupan . Baik itu secara personal maupun secara kolektif, secara kesukuan, maupun secara menyeluruh, dan juga dalam semua aspek kehidupan manusia di semua peranan dan massanya.

Tentang 'hidup' manusia, sebenarnya sudah banyak dijelaskan dalam Al Qur'an dan hadits , yang juga memuat berbagai aturan kehidupan yang penting bagi umat manusia. Aturan tersebut wajib dipatuhi jika seseorang ingin mencapai kesuksesan dan kebahagiaan, baik di dunia maupun akhirat.

Dr. Ahzami Samiun Jazuli dalam bukunya berjudul, “Kehidupan dalam Pandangan al-Qur’an” menjelaskan, berbagai makna hidup dalam al-Qur’an. Salah satunya adalah bahwa setiap manusia perlu mempunyai tujuan akhir dalam kehidupannya. Sebab, dari tujuan hidupnyalah yang kemudian terimplementasi melalui tugas-tugas yang harus dilaksanakannya (hal 579).

Lebih jauh Dr Ahzami menjelaskan, bagi seseorang yang mampu secara optimal dalam merealisasikan tujuan hidupnya, maka sesungguhnya ia telah merealisasikan tujuan hidup dan menunjukan eksistensinya dalam hidup. Begitu juga sebaliknya, mereka yang lalai dalam tugasnya maka ia telah menghilangkan tujuan hidup dan eksistensinya dalam kehidupan.

"Oleh karena itu, orang yang tidak memiliki tujuan hidup adalah mereka yang tidak memiliki tugas. Hidupnya akan terasa hampa serta tidak memiliki makna,"ungkap ahli tafsir Al Qur'an yang Pimpinan Pondok Pesantren Darul Hikmah Bekasi ini.

Sebagai pedoman hidup bagi manusia yang mengimaninya, Al-Qur’an menyerukan bahwa hendaknya manusia untuk selalu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, mendayagunakan sarana yang ada dan mengerahkan seluruh kemampuan guna dapat mengemban amanat tertinggi di muka bumi ini, yakni amanat kekhalifahan serta kepemimpinan. Amanat kekhalifahan serta kepemimpinan yang dimaksud di sini bukanlah sekedar menguasai dan menetapkan hukum, namun juga memiliki kemampuan untuk membangun dan memakmurkan, bukan merusak dan menghancurkan.

Juga kemampuan untuk dapat merealisasikan keadilan dan ketenangan, bukan malah mendzalimi serta membuat kekacauan. Serta kemampuan untuk memuliakan manusia, bukan untuk meremehkan atau menjerumuskannya pada status kebinatangan. Namun demikian, dalam realitas keseharian, tampaknya manusia sudah semakin berani dalam berbuat dengan menggunakan segala macam cara, untuk mencapai tujuannya.

Sehingga nilai ajaran yang termaktub di dalam al-Qur’an semakin tercerabut dari batin manusia. Betapa banyak krisis moral yang melanda umat dewasa ini. Maraknya korupsi, kolusi, manipulasi, perkosaan, penggusuran, bahkan pembunuhan antar sesama manusia, adalah merupakan nestapa kelam dalam perdaban.

Isi Al-Quran yang sangat luhur dan diyakini sebagai firman Allah, yang memaklumkan dirinya sebagai petunjuk bagi manusia, agar manusia senantiasa terkontrol dalam tingkah laku yang baik, saling mengasihi dan mencintai, jika dihubungkan dengan realitas saat ini, sungguh sangat kontras.

Jahiliyah baru seolah kembali hadir ditengah peradaban yang diagung-agungkan ini. Hukum rimba yang menganut prinsip homo homoni lupus, sepertinya telah menjadi kekuatan baru. Modernisasi dan materialisme yang sering membuat kesenjangan sosial, ditambah dengan semakin maraknya ketidak jujuran dan ketidak adilan, semakin memperjelas kesenjangan sosial tersebut. Di sinilah kemudian yang menjadi letak kegerian keadaan manusia.

"Manusia sekarang terkadang cenderung lebih melakukan hal yang dapat merendahkan diri mereka sendiri dan juga kepada sesama, serta suka memecah belah. Oleh karena itu, terlebih agar kita tidak terus melakukan perbuatan yang tercela sebagaimana tersebut di atas, tentunya sudah saatnya bagi kita untuk kembali merenung dari hakikat diciptakannya manusia yang oleh Tuhan diberikan berbagai macam kelebihan untuk menjadi khalifah dan pemimpin di muka bumi ini, yang peranan utamanya adalah untuk mengembangkan dan memakmurkannya. Maka tidak ada kata lain bagi umat Islam untuk merujuk kepada kitab suci al-Qur’an dengan menjadikannya sebagai pedoman kehidupan,"pungkasnya.



Wallahu A'lam
(wid)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَجَاوَزۡنَا بِبَنِىۡۤ اِسۡرَآءِيۡلَ الۡبَحۡرَ فَاَتۡبـَعَهُمۡ فِرۡعَوۡنُ وَجُنُوۡدُهٗ بَغۡيًا وَّعَدۡوًا‌ ؕ حَتّٰۤى اِذَاۤ اَدۡرَكَهُ الۡغَرَقُ قَالَ اٰمَنۡتُ اَنَّهٗ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا الَّذِىۡۤ اٰمَنَتۡ بِهٖ بَنُوۡۤا اِسۡرَآءِيۡلَ وَ اَنَا مِنَ الۡمُسۡلِمِيۡنَ
Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir‘aun dan bala tentaranya mengikuti mereka, untuk menzhalimi dan menindas mereka. Sehingga ketika Fir‘aun hampir tenggelam dia berkata, Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang Muslim (berserah diri).

(QS. Yunus Ayat 90)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More