Semangat Menuntut Ilmu yang Dikisahkan dalam Al-Quran
Kamis, 08 Agustus 2024 - 05:15 WIB
“Sungguh aku benar-benar akan menyiksanya dengan siksaan yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.”
Dari pernyataan Nabi Sulaiman di atas, terlihat jelas bagaimana kemarahan dan kemurkaan Nabi Sulaiman kepada Hudhud. Karena ketiadaan Hudhud ini merusak kedisiplinan. Jika dibiarkan akan berakibat pada pelanggaran-pelanggaran yang lain.
Untuk itu, Nabi Sulaiman mengancamnya dengan ancaman yang amat pedih, kecuali jika ia datang dengan membawa alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan.
Singkat cerita, burung Hudhud pun selamat dari ancaman siksaan yang akan diberikan.
Lantas apa yang menjadi sebab burung Hudhud terbebas dari hukuman? Jawabnya jelas, yaitu karena ilmu.
Hal ini ditegaskan oleh perkataan Imam Ibnu Qayyim, dalam Miftâh Dâr as-Sa’âdah jilid 1 halaman 173,
“Sungguh Nabi Sulaiman telah mengancam burung Hudhud dengan siksaan yang amat berat atau menyembelihnya. Namun burung Hudhud selamat karena ilmu. Kata pengantar yang disebutkan Hudhud,‘Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu tahu’ ini hanya bisa diucapkan karena ilmu. Jika tidak ada kekuatan ilmu, maka Hudhud yang lemah tidak akan kuasa mengatakan kata-kata seperti ini kepada Nabi Sulaiman.”
Setelah mendapatkan laporan dari burung Hudhud tentang keberadaan negeri Saba’ berserta kondisi duniawi dan keagamaan mereka, Nabi Sulaiman langsung merespons cepat berita yang dibawa oleh Hudhud. Nabi Sulaiman pun mengirim Hudhud ke negeri Saba’ dengan membawa surat yang ditulisnya.
Tak lama kemudian, Nabi Sulaiman mengadakan sayembara siapakah yang bisa memindahkan singgasana Ratu Saba’ ke hadapannya. Mendengar permintaan tersebut, ada dua orang yang menawarkan kebolehannya. Yang pertama adalah Ifrit dari kalangan jin, dan yang kedua adalah orang yang memiliki ilmu dari al-Kitab.
Ifrit dari kalangan jin menjelaskan bahwa ia dapat melaksanakan perintah Nabi Sulaiman sebelum ia berdiri dari tempat duduknya. Sedangkan orang yang memiliki ilmu dari al-Kitab, ia dapat memindahkan singgasana Ratu Saba’ sebelum Nabi Sulaiman mengedipkan matanya. Dengan demikian, orang yang memiliki ilmu dari al-Kitab inilah yang memenangkan sayembara tersebut.
Oleh karena itu, kisah ini menunjukkan akan urgensi dan keutamaan ilmu. Karena pemindahan yang dilakukan oleh orang yang memiliki ilmu dari al-Kitab itu lebih cepat daripada yang dilakukan oleh si Ifrit.
Tentang hal ini ada pernyataan menarik yang disampaikan oleh Imam Ibnu Asyur. Beliau berkata dalam al-Tahrîr wa al-Tanwîr, 19/271, “Kompetisi antara jin Ifrit dan orang yang memiliki ilmu dari al-Kitab mengindikasikan bahwa sesuatu menjadi mudah diselesaikan dengan hikmah dan ilmu yang tidak bisa dipecahkan dengan kekuatan.”
Wallahu A'lam
Dari pernyataan Nabi Sulaiman di atas, terlihat jelas bagaimana kemarahan dan kemurkaan Nabi Sulaiman kepada Hudhud. Karena ketiadaan Hudhud ini merusak kedisiplinan. Jika dibiarkan akan berakibat pada pelanggaran-pelanggaran yang lain.
Untuk itu, Nabi Sulaiman mengancamnya dengan ancaman yang amat pedih, kecuali jika ia datang dengan membawa alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan.
Singkat cerita, burung Hudhud pun selamat dari ancaman siksaan yang akan diberikan.
Lantas apa yang menjadi sebab burung Hudhud terbebas dari hukuman? Jawabnya jelas, yaitu karena ilmu.
Hal ini ditegaskan oleh perkataan Imam Ibnu Qayyim, dalam Miftâh Dâr as-Sa’âdah jilid 1 halaman 173,
“Sungguh Nabi Sulaiman telah mengancam burung Hudhud dengan siksaan yang amat berat atau menyembelihnya. Namun burung Hudhud selamat karena ilmu. Kata pengantar yang disebutkan Hudhud,‘Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu tahu’ ini hanya bisa diucapkan karena ilmu. Jika tidak ada kekuatan ilmu, maka Hudhud yang lemah tidak akan kuasa mengatakan kata-kata seperti ini kepada Nabi Sulaiman.”
4. Kisah Pemindahan Singgasana Ratu Saba’
Kisah ini termaktub pada ayat berikutnya, tepatnya pada Surat an-Naml ayat 29 hingga 44.Setelah mendapatkan laporan dari burung Hudhud tentang keberadaan negeri Saba’ berserta kondisi duniawi dan keagamaan mereka, Nabi Sulaiman langsung merespons cepat berita yang dibawa oleh Hudhud. Nabi Sulaiman pun mengirim Hudhud ke negeri Saba’ dengan membawa surat yang ditulisnya.
Tak lama kemudian, Nabi Sulaiman mengadakan sayembara siapakah yang bisa memindahkan singgasana Ratu Saba’ ke hadapannya. Mendengar permintaan tersebut, ada dua orang yang menawarkan kebolehannya. Yang pertama adalah Ifrit dari kalangan jin, dan yang kedua adalah orang yang memiliki ilmu dari al-Kitab.
Ifrit dari kalangan jin menjelaskan bahwa ia dapat melaksanakan perintah Nabi Sulaiman sebelum ia berdiri dari tempat duduknya. Sedangkan orang yang memiliki ilmu dari al-Kitab, ia dapat memindahkan singgasana Ratu Saba’ sebelum Nabi Sulaiman mengedipkan matanya. Dengan demikian, orang yang memiliki ilmu dari al-Kitab inilah yang memenangkan sayembara tersebut.
Oleh karena itu, kisah ini menunjukkan akan urgensi dan keutamaan ilmu. Karena pemindahan yang dilakukan oleh orang yang memiliki ilmu dari al-Kitab itu lebih cepat daripada yang dilakukan oleh si Ifrit.
Tentang hal ini ada pernyataan menarik yang disampaikan oleh Imam Ibnu Asyur. Beliau berkata dalam al-Tahrîr wa al-Tanwîr, 19/271, “Kompetisi antara jin Ifrit dan orang yang memiliki ilmu dari al-Kitab mengindikasikan bahwa sesuatu menjadi mudah diselesaikan dengan hikmah dan ilmu yang tidak bisa dipecahkan dengan kekuatan.”
Wallahu A'lam
(wid)