Kisah Sultan Al-Kamil Menyerahkan Yerusalem kepada Pasukan Salib Tanpa Perang
Kamis, 08 Agustus 2024 - 14:51 WIB
Perang Salib VI terjadi pada tahun 1228-1229. Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" menyebut 7 tahun setelah kegagalan Perang Salib V, strategi pasukan Salib berubah total.
Pasukan Salib pada waktu itu dipimpin oleh Raja Kerajaan Suci Roma , Frederick II, atas persetujuan Paus Honorius III. Pasukan Frederick II juga direstui oleh Paus Gregory IX setelah Paus Honorius meninggal.
Frederick menggunakan strategi diplomatik yang dilakukannya dengan Sultan al-Kamil. Pada waktu itu pusat Kerajaan Yerusalem berada di Acre.
Kini kota ini berada di wilayah dataran pantai Distrik Utara Israel .Acre menempati lokasi yang strategis, terletak di pelabuhan alami di ujung Teluk Haifa di pantai Laut Levant di Mediterania .
Acre adalah kota yang sangat penting selama Perang Salib sebagai pijakan maritim di pantai Mediterania di Levant selatan dan menjadi lokasi beberapa pertempuran, termasuk Pengepungan Acre tahun 1189–1191 dan Pengepungan Acre tahun 1291.
Yerusalem tidak lagi menjadi pusat Kerajaan sejak ditaklukkan oleh Shalahuddin Al Ayyubi tahun 1187.
Frederick II meyakinkan Sultan al-Kamil bahwa dengan kekuatan pasukan Salib di Acre dan sekitarnya, termasuk Siprus, serta bantuan dari Eropa dan juga Byzantium , Perang Salib tidak akan pernah selesai. Tujuan pasukan Salib hanyalah satu, yaitu Yerusalem.
Jika Yerusalem telah dikuasai, maka tidak akan ada lagi Perang Salib. Frederick II juga meyakinkan bahwa Yerusalem merupakan kota yang aman bagi Islam , Kristen , dan Yahudi .
Dalam perjanjian dengan Frederick II, Sultan al-Kamil meminta tempat-tempat suci yang berkaitan dengan Islam tetap dikuasai oleh Islam. Dan Sultan al-Kamil sepakat untuk menyerahkan Yerusalem kepada Frederick.
James North dan Don Umphrey dalam bukunya berjudul "A History of the Church: Pentecost to the Present" (Joplin: College Press Publishing Company, 1991) menjelaskan sejak saat itulah pemerintahan Kerajaan Yerusalem berpindah dari Acre ke Yerusalem.
Pada 17 Maret 1229, Frederick II memasuki Yerusalem dan pada hari itu ia dinobatkan menjadi Raja Yerusalem setelah menikahi Ratu Isabella II.
Penobatan itulah yang membuat Frederick II pernah naik takhta di tiga kerajaan berbeda, yaitu Kerajaan Suci Roma, Sisilia, dan Yerusalem. "Tapi perlu diketahui, perjanjian diberikannya Yerusalem kepada pasukan Salib hanya berlaku selama 15 tahun," tulis Paul Kruse dalam bukunya berjudul "The Story of Encyclopædia Britannica Volume 7" (Chicago: University of Chicago Library, 1958).
Dengan demikian Yerusalem akan dikembalikan kepada Dinasti Ayyubiah secara penuh tahun 1244.
Pasukan Salib pada waktu itu dipimpin oleh Raja Kerajaan Suci Roma , Frederick II, atas persetujuan Paus Honorius III. Pasukan Frederick II juga direstui oleh Paus Gregory IX setelah Paus Honorius meninggal.
Frederick menggunakan strategi diplomatik yang dilakukannya dengan Sultan al-Kamil. Pada waktu itu pusat Kerajaan Yerusalem berada di Acre.
Kini kota ini berada di wilayah dataran pantai Distrik Utara Israel .Acre menempati lokasi yang strategis, terletak di pelabuhan alami di ujung Teluk Haifa di pantai Laut Levant di Mediterania .
Acre adalah kota yang sangat penting selama Perang Salib sebagai pijakan maritim di pantai Mediterania di Levant selatan dan menjadi lokasi beberapa pertempuran, termasuk Pengepungan Acre tahun 1189–1191 dan Pengepungan Acre tahun 1291.
Yerusalem tidak lagi menjadi pusat Kerajaan sejak ditaklukkan oleh Shalahuddin Al Ayyubi tahun 1187.
Frederick II meyakinkan Sultan al-Kamil bahwa dengan kekuatan pasukan Salib di Acre dan sekitarnya, termasuk Siprus, serta bantuan dari Eropa dan juga Byzantium , Perang Salib tidak akan pernah selesai. Tujuan pasukan Salib hanyalah satu, yaitu Yerusalem.
Jika Yerusalem telah dikuasai, maka tidak akan ada lagi Perang Salib. Frederick II juga meyakinkan bahwa Yerusalem merupakan kota yang aman bagi Islam , Kristen , dan Yahudi .
Dalam perjanjian dengan Frederick II, Sultan al-Kamil meminta tempat-tempat suci yang berkaitan dengan Islam tetap dikuasai oleh Islam. Dan Sultan al-Kamil sepakat untuk menyerahkan Yerusalem kepada Frederick.
James North dan Don Umphrey dalam bukunya berjudul "A History of the Church: Pentecost to the Present" (Joplin: College Press Publishing Company, 1991) menjelaskan sejak saat itulah pemerintahan Kerajaan Yerusalem berpindah dari Acre ke Yerusalem.
Pada 17 Maret 1229, Frederick II memasuki Yerusalem dan pada hari itu ia dinobatkan menjadi Raja Yerusalem setelah menikahi Ratu Isabella II.
Penobatan itulah yang membuat Frederick II pernah naik takhta di tiga kerajaan berbeda, yaitu Kerajaan Suci Roma, Sisilia, dan Yerusalem. "Tapi perlu diketahui, perjanjian diberikannya Yerusalem kepada pasukan Salib hanya berlaku selama 15 tahun," tulis Paul Kruse dalam bukunya berjudul "The Story of Encyclopædia Britannica Volume 7" (Chicago: University of Chicago Library, 1958).
Dengan demikian Yerusalem akan dikembalikan kepada Dinasti Ayyubiah secara penuh tahun 1244.
Baca Juga
(mhy)