Perang Salib IV: Tanpa Ada Pertempuran antara Kristen dan Islam
loading...
A
A
A
Perang Salib IV terjadi pada tahun 1202-1204. Dari semua sejarah Perang Salib, kampanye militer pada tahun 1202 hingga 1204 ini adalah yang paling terkenal dan juga kontroversial.
Sejarah Perang Salib IV diyakini merupakan puncak persaingan historis antara kaisar Byzantium dan paus yang berujung pada konflik berdarah.
Sejarah Perang Salib IV dimulai dengan keingingan Paus Innosensius III (memerintah 1198-1216 M) untuk merebut kembali Yerusalem dari peradaban Islam di Timur Dekat.
Akan tetapi, alih-alih memerangi peradaban Islam di Timur Dekat, Tentara Salib justru menjarah Kekaisaran Byzantium dan kota Kristen terbesar di dunia.
Persaingan Dagang
Selain persaingan politik, Perang Salib IV juga dipicu oleh persaingan perdagangan antara Republik Venesia dengan Byzantium.
Konon, Enrico Dandolo menjadi pemain kunci dengan pecahnya pertempuran sesama Kristen di wilayah Kristen sendiri. Enrico Dandolo mempunyai misi khusus, yaitu perdagangan di Eropa harus dikontrol oleh Venesia.
Michael Angold dalam bukunya berjudul "Fourth Crusade: Event and Context" (New York: Longman Publishing Group, 2003) menyebut Byzantium dengan pusat kotanya, Konstantinopel, merupakan saingan terberat Venesia dalam dunia perdagangan di kawasan Mediterania.
"Ikut sertanya Republik Venesia dipercaya sangat memengaruhi arah Perang Salib IV," tuturnya.
Dengan pengaruh kuat dari Republik Venesia, pasukan Salib yang semula bertujuan ke Acre dipengaruhi untuk berlayar menuju Konstantinopel.
Menghancurkan Byzantium dan menguasainya, menjadikan Republik Venesia tampil sebagai kekuatan ekonomi nomor satu di Eropa.
Enrico Dandolo merupakan tokoh di balik terjadinya Perang Salib IV yang “tidak pernah berperang melawan Islam”. Pasukan Salib pada waktu itu mayoritas terdiri dari orang-orang Italia, sehingga banyak yang mendukung usulan untuk terlibat dalam masalah politik internal di Byzantium.
Sejarah Perang Salib IV diyakini merupakan puncak persaingan historis antara kaisar Byzantium dan paus yang berujung pada konflik berdarah.
Sejarah Perang Salib IV dimulai dengan keingingan Paus Innosensius III (memerintah 1198-1216 M) untuk merebut kembali Yerusalem dari peradaban Islam di Timur Dekat.
Akan tetapi, alih-alih memerangi peradaban Islam di Timur Dekat, Tentara Salib justru menjarah Kekaisaran Byzantium dan kota Kristen terbesar di dunia.
Persaingan Dagang
Selain persaingan politik, Perang Salib IV juga dipicu oleh persaingan perdagangan antara Republik Venesia dengan Byzantium.
Konon, Enrico Dandolo menjadi pemain kunci dengan pecahnya pertempuran sesama Kristen di wilayah Kristen sendiri. Enrico Dandolo mempunyai misi khusus, yaitu perdagangan di Eropa harus dikontrol oleh Venesia.
Michael Angold dalam bukunya berjudul "Fourth Crusade: Event and Context" (New York: Longman Publishing Group, 2003) menyebut Byzantium dengan pusat kotanya, Konstantinopel, merupakan saingan terberat Venesia dalam dunia perdagangan di kawasan Mediterania.
"Ikut sertanya Republik Venesia dipercaya sangat memengaruhi arah Perang Salib IV," tuturnya.
Dengan pengaruh kuat dari Republik Venesia, pasukan Salib yang semula bertujuan ke Acre dipengaruhi untuk berlayar menuju Konstantinopel.
Menghancurkan Byzantium dan menguasainya, menjadikan Republik Venesia tampil sebagai kekuatan ekonomi nomor satu di Eropa.
Enrico Dandolo merupakan tokoh di balik terjadinya Perang Salib IV yang “tidak pernah berperang melawan Islam”. Pasukan Salib pada waktu itu mayoritas terdiri dari orang-orang Italia, sehingga banyak yang mendukung usulan untuk terlibat dalam masalah politik internal di Byzantium.
(mhy)