Sejarah Pertempuran Ain Jalut, Momen Pasukan Muslim Hancurkan Tentara Mongol di Palestina
Jum'at, 06 September 2024 - 11:16 WIB
Pertempuran Ain Jalut merupakan salah satu momen penting dalam sejarah peradaban Islam di dunia. Perang ini melibatkan pasukan Islam dari Dinasti Mamluk melawan tentara Mongol yang terkenal barbar dan tidak terkalahkan.
Pada masa itu, bangsa Mongol terkenal sebagai pasukan yang kejam dan memiliki kemampuan tempur andal. Kekuatan tersebut menjadikannya sangat ditakuti bangsa-bangsa lain, termasuk kesultanan Islam yang saat itu berdiri.
Namun, reputasi dan kegemilangan tentara Mongol berakhir di tangan pasukan Muslim dari Mamluk. Dalam sebuah peristiwa bersejarah yang dikenal sebagai pertempuran Ain Jalut, mereka dikalahkan di tanah Palestina.
Mengutip informasi dari laman ThoughtCo, Jumat (6/9/2024), pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan mulai melancarkan invasinya dengan membunuh para Assassins terkenal dari Persia. Sekitar tahun 1256, mereka sudah menguasai wilayah Alamut yang sebelumnya dijadikan markas para Assassins.
Setelahnya, Mongol cukup percaya diri menyerang jantung wilayah Islam di Baghdad yang waktu itu menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah. Mereka berhasil menaklukan Baghdad dengan cara yang kejam, termasuk membantai ratusan ribu warga sipil.
Pada 1260, Mongol mulai melirik Suriah. Setelah dikepung selama tujuh hari, Aleppo jatuh juga.
Melihat hancurnya Baghdad dan Aleppo, Damaskus memilih untuk menyerah tanpa perlawanan. Sebagai gantinya, pusat dunia Islam beralih menuju Kairo.
Maka dari itu, Mongol juga mengalihkan target menuju Kairo yang saat itu menjadi tempat Dinasti Mamluk. Pertama, datang dua orang utusan Mongol ke Mamluk dengan membawa surat ancaman.
Namun, Sultan Saifuddin Al-Qutuz membunuh utusan tersebut dan memutuskan melawan Mongol. Saat mempersiapkan pasukan untuk menghancurkan Mamluk, ada kabar bahwa saudara Hulagu Khan meninggal.
Pada akhirnya, Hulagu Khan memilih pulang dan meninggalkan pasukan Mongol berjumlah 20.000 orang. Dia menunjuk seorang bernama Katbugha sebagai panglima penggantinya.
Menyadari kesempatan bagus, Sultan Qutuz segera menghimpun pasukan dengan jumlah yang kira-kira sama besarnya dengan Mongol. 3 September 1260, kedua pasukan bertemu di Ain Jalut, Lembah Yizreel Palestina.
Pada sisi pasukan Mongol, mereka sangatlah percaya diri dengan kemampuannya. Namun, tentara Mamluk lebih mengenal medan perang dan sudah punya rencana bagus.
Sultan Qutuz menyiasatkan taktik klasik berupa serang-lari-sergap. Teknisnya, pasukan kecil Mamluk ditempatkan berada di garis depan. Setelahnya, mereka perlahan mundur dan berpura-pura lari ke belakang.
Nantinya, ketika pasukan Mongol mengejar mereka, akan muncul sergapan gerombolan besar pasukan Mamluk lainnya. Dengan siasat ini, tentara Mongol kelimpungan dan kaget melihat banyaknya pasukan Muslim yang bersembunyi.
Sempat melawan dengan caranya yang barbar, Mongol tetap kalah. Sebagian kecil yang berhasil selamat langsung kabur. Namun, tidak untuk Katbugha yang menjadi panglimanya.
Dia tetap melawan sampai akhirnya tertangkap dan dipenggal. Kemenangan pasukan Muslim Mamluk ini menandai kekalahan memalukan bangsa Mongol yang sebelumnya dikenal bengis dan tak terkalahkan.
Pada pertempuran Ain Jalut, Dinasti Mamluk keluar sebagai pemenang. Namun, sebagai gantinya mereka kehilangan banyak pasukan.
Setelah kekalahan memalukan di Ain Jalut, bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan tidak terima. Mereka pun berencana balas dendam dan mengerahkan tentara dalam jumlah sangat besar.
Akan tetapi, takdir berkata lain. Waktu itu, Berke Khan dari Golden Horde telah memeluk Islam dan justru berbalik membantu kaum Muslim.
Momen tersebut mulai memecah kekuatan bangsa Mongol yang sebelumnya sangat kuat dan solid. Seiring waktu, kekuatan mereka mulai melemah hingga akhirnya benar-benar runtuh.
Demikian ulasan mengenai sejarah pertempuran Ain Jalut antara pasukan Muslim Mamluk dengan tentara Mongol.
Pada masa itu, bangsa Mongol terkenal sebagai pasukan yang kejam dan memiliki kemampuan tempur andal. Kekuatan tersebut menjadikannya sangat ditakuti bangsa-bangsa lain, termasuk kesultanan Islam yang saat itu berdiri.
Namun, reputasi dan kegemilangan tentara Mongol berakhir di tangan pasukan Muslim dari Mamluk. Dalam sebuah peristiwa bersejarah yang dikenal sebagai pertempuran Ain Jalut, mereka dikalahkan di tanah Palestina.
Sejarah Pertempuran Ain Jalut
Kala itu, pasukan Mongol memiliki ambisi besar dalam memperluas wilayahnya di dunia. Untuk mencapai tujuannya, mereka pun berusaha menaklukan wilayah-wilayah lain, termasuk yang dikuasai dinasti Muslim.Mengutip informasi dari laman ThoughtCo, Jumat (6/9/2024), pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan mulai melancarkan invasinya dengan membunuh para Assassins terkenal dari Persia. Sekitar tahun 1256, mereka sudah menguasai wilayah Alamut yang sebelumnya dijadikan markas para Assassins.
Setelahnya, Mongol cukup percaya diri menyerang jantung wilayah Islam di Baghdad yang waktu itu menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah. Mereka berhasil menaklukan Baghdad dengan cara yang kejam, termasuk membantai ratusan ribu warga sipil.
Pada 1260, Mongol mulai melirik Suriah. Setelah dikepung selama tujuh hari, Aleppo jatuh juga.
Melihat hancurnya Baghdad dan Aleppo, Damaskus memilih untuk menyerah tanpa perlawanan. Sebagai gantinya, pusat dunia Islam beralih menuju Kairo.
Maka dari itu, Mongol juga mengalihkan target menuju Kairo yang saat itu menjadi tempat Dinasti Mamluk. Pertama, datang dua orang utusan Mongol ke Mamluk dengan membawa surat ancaman.
Namun, Sultan Saifuddin Al-Qutuz membunuh utusan tersebut dan memutuskan melawan Mongol. Saat mempersiapkan pasukan untuk menghancurkan Mamluk, ada kabar bahwa saudara Hulagu Khan meninggal.
Pada akhirnya, Hulagu Khan memilih pulang dan meninggalkan pasukan Mongol berjumlah 20.000 orang. Dia menunjuk seorang bernama Katbugha sebagai panglima penggantinya.
Menyadari kesempatan bagus, Sultan Qutuz segera menghimpun pasukan dengan jumlah yang kira-kira sama besarnya dengan Mongol. 3 September 1260, kedua pasukan bertemu di Ain Jalut, Lembah Yizreel Palestina.
Pada sisi pasukan Mongol, mereka sangatlah percaya diri dengan kemampuannya. Namun, tentara Mamluk lebih mengenal medan perang dan sudah punya rencana bagus.
Sultan Qutuz menyiasatkan taktik klasik berupa serang-lari-sergap. Teknisnya, pasukan kecil Mamluk ditempatkan berada di garis depan. Setelahnya, mereka perlahan mundur dan berpura-pura lari ke belakang.
Nantinya, ketika pasukan Mongol mengejar mereka, akan muncul sergapan gerombolan besar pasukan Mamluk lainnya. Dengan siasat ini, tentara Mongol kelimpungan dan kaget melihat banyaknya pasukan Muslim yang bersembunyi.
Sempat melawan dengan caranya yang barbar, Mongol tetap kalah. Sebagian kecil yang berhasil selamat langsung kabur. Namun, tidak untuk Katbugha yang menjadi panglimanya.
Dia tetap melawan sampai akhirnya tertangkap dan dipenggal. Kemenangan pasukan Muslim Mamluk ini menandai kekalahan memalukan bangsa Mongol yang sebelumnya dikenal bengis dan tak terkalahkan.
Pada pertempuran Ain Jalut, Dinasti Mamluk keluar sebagai pemenang. Namun, sebagai gantinya mereka kehilangan banyak pasukan.
Setelah kekalahan memalukan di Ain Jalut, bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan tidak terima. Mereka pun berencana balas dendam dan mengerahkan tentara dalam jumlah sangat besar.
Akan tetapi, takdir berkata lain. Waktu itu, Berke Khan dari Golden Horde telah memeluk Islam dan justru berbalik membantu kaum Muslim.
Momen tersebut mulai memecah kekuatan bangsa Mongol yang sebelumnya sangat kuat dan solid. Seiring waktu, kekuatan mereka mulai melemah hingga akhirnya benar-benar runtuh.
Demikian ulasan mengenai sejarah pertempuran Ain Jalut antara pasukan Muslim Mamluk dengan tentara Mongol.
(wid)