Ayat-Ayat tentang Maulid Nabi Muhammad SAW
Jum'at, 06 September 2024 - 16:35 WIB
6. Surat Hud [11] Ayat 120.
وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهٖ فُؤَادَكَ وَجَاۤءَكَ فِيْ هٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَّذِكْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ
“Semua kisah rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu (Nabi Muhammad), yaitu kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu. Di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat, dan peringatan bagi orang-orang mukmin.”
Dari ini, kita menemukan mafhum muwafaqah-nya bahwa jikalau Nabi Muhammad Saw—yang derajatnya sangat luhur—Allah teguhkan dan tenangkan hati beliau Saw dengan kisah-kisah rasul terdahulu, maka kita—umat muslim, tentu lebih butuh kisah-kisah Nabi Muhammad saw supaya hati kita menjadi teguh dan tenang.
Metode ihtijaj (berhujah) dengan cara mafhum awlawi atau qiyas aula di atas adalah termasuk dalil yang kuat, dan meninggalkan cara tersebut sama halnya dengan bertolak belakang dengan manhaj al-Quran dan sunnah.
7. QS. Yunus [10] Ayat 58
قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya itu, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.”
Kata al-rahmah pada ayat tersebut ditafsiri sebagai Nabi Muhammad saw, berdasarkan pada QS. al-Anbiya’ [21]: 107;
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
“Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.”
Jalaluddin al-Suyuthi dalam tafsirnya juga menukil riwayat Abu al-Syaikh dari Ibn Abbas, “Fadhal (anugerah) Allah adalah ilmu, dan rahmatNya adalah Muhammad saw, sebagaimana surat al-Anbiya’ ayat 107.”
Selain itu, Rasulullah sendiri juga menyebut beliau saw sebagai rahmat dalam hadis al-Darimi berikut. Ini sekaligus sebagai cara penafsiran kedua, yaitu ayat al-Quran ditafsirkan dengan hadis-hadis Nabi. Beliau bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ
“Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan.”
Dari penjelasan tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa bahagia atas Nabi Muhammad saw adalah urusan ilahi, sedangkan merayakan maulid nabawi adalah wujud ekspresi kebahagiaan tersebut, dan itu boleh-boleh saja meski tidak dilakukan oleh para pendahulu.
(mhy)