Kenali 4 Tanda Orang Riya, Apakah Kamu Termasuk?
Kamis, 27 Agustus 2020 - 21:35 WIB
Riya adalah salah satu perbuatan tercela yang dibenci Allah Ta'ala dan Rasulullah SAW . Riya termasuk syirik kecil yang wajib dijauhi setiap muslim. Menurut bahasa, riya (الرياء) berasal dari kata الرؤية (ru'yah) yang artinya menampakkan.
Secara umum Riya adalah memperlihatkan suatu amal kebaikan atau menampakkan ibadah kepada orang lain dengan berharap pujian darinya. Lawan dari riya adalah ikhlas. Sedangkan ikhlas artinya mengalir tanpa ada tujuan selain ridha Allah Ta'ala. ( )
Dalam Kitab Tanbihul Ghafilin, Ulama fiqih dan pakar hadis kelahiran Samarkan Uzbekistan, Imam Abu Laits As-Samarqandi (wafat 373 H) menukil perkataan Sayyidina Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu (RA) yang menyebutkan 4 tanda orang yang riya . Berikut tanda-tandanya:
1. Malas jika bersendirian.
2. Tangkas (semangat) jika di depan orang lain.
3. Menambah amalnya jika dipuji.
4. Mengurangi amalnya jika dicela.
Syaqiq bin Ibrahim berkata: "Benteng amal itu ada tiga yaitu (1) Merasa bahwa hidayah dan taufik itu datangnya dari Allah Ta'ala. (2) Berniat untuk mendapat ridha Allah agar dapat mematahkan hawa nafsu. (3) Mengharap pahala dari Allah untuk menghilangkan rasa tamak, rakus, riya '.( )
Dengan benteng di atas, maka amalan kita akan ikhlas kepada Allah Ta'ala. Setiap amal sejatinya memang hanya mengharap ridha Allah. Apabila amal mengharap ridha Allah, maka ia tidak peduli dengan pujian ataupun celaan orang.
Seorang Ahli Hikmah berkata: "Seharusnya seorang yang beramal itu belajar adab dari penggembala kambing." Ketika ditanya kenapa demikian? Jawabnya: "Penggembala itu jika sembahyang di tengah-tengah kambingnya, sekali-kali tidak mengharap pujian dari kambing-kambingnya. Demikianlah seorang yang beramal tidak perlu menghiraukan apakah dilihat orang atau tidak."( )
Untuk keselamatan amal, seseorang harus menyiapkan empat bekal berikut, yaitu:
1. Ilmu Pengetahuan.Amal tanpa ilmu lebih banyak salah daripada benarnya.
2. Niat.Setiap amal tergantung pada niatnya sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW : "Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang ia niatkan."
3. Sabar.Supaya dapat melaksanakan amal itu dengan baik dan sempurna, thuma'ninah dan tidak terburu-buru.
4. Tulus (Ikhlas).Sebab amal tidak akan diterima tanpa keikhlasan.
Imam Abu-Laits mengatakan, "Orang-orang berpendapat bahwa ketika mengerjakan amalan fardhu tidak dapat dimasuki riya karena sebuah kewajiban. Tetapi sebenarnya riya dapat saja masuk ke dalamnya. Jika ia melakukan ibadah fardhu karena sebab riya maka ia termasuk golongan munafik. Adapun orang-orang munafik itu berada dalam tingkat neraka terbawah. Na'udzubillahi min dzalik.
Demikian bahaya riya dalam beramal. Semoga Allah Ta'ala memberi kita taufik dan keikhlasan hati dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. ( )
Wallahu Ta'ala A'lam
Secara umum Riya adalah memperlihatkan suatu amal kebaikan atau menampakkan ibadah kepada orang lain dengan berharap pujian darinya. Lawan dari riya adalah ikhlas. Sedangkan ikhlas artinya mengalir tanpa ada tujuan selain ridha Allah Ta'ala. ( )
Dalam Kitab Tanbihul Ghafilin, Ulama fiqih dan pakar hadis kelahiran Samarkan Uzbekistan, Imam Abu Laits As-Samarqandi (wafat 373 H) menukil perkataan Sayyidina Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu (RA) yang menyebutkan 4 tanda orang yang riya . Berikut tanda-tandanya:
1. Malas jika bersendirian.
2. Tangkas (semangat) jika di depan orang lain.
3. Menambah amalnya jika dipuji.
4. Mengurangi amalnya jika dicela.
Syaqiq bin Ibrahim berkata: "Benteng amal itu ada tiga yaitu (1) Merasa bahwa hidayah dan taufik itu datangnya dari Allah Ta'ala. (2) Berniat untuk mendapat ridha Allah agar dapat mematahkan hawa nafsu. (3) Mengharap pahala dari Allah untuk menghilangkan rasa tamak, rakus, riya '.( )
Dengan benteng di atas, maka amalan kita akan ikhlas kepada Allah Ta'ala. Setiap amal sejatinya memang hanya mengharap ridha Allah. Apabila amal mengharap ridha Allah, maka ia tidak peduli dengan pujian ataupun celaan orang.
Seorang Ahli Hikmah berkata: "Seharusnya seorang yang beramal itu belajar adab dari penggembala kambing." Ketika ditanya kenapa demikian? Jawabnya: "Penggembala itu jika sembahyang di tengah-tengah kambingnya, sekali-kali tidak mengharap pujian dari kambing-kambingnya. Demikianlah seorang yang beramal tidak perlu menghiraukan apakah dilihat orang atau tidak."( )
Untuk keselamatan amal, seseorang harus menyiapkan empat bekal berikut, yaitu:
1. Ilmu Pengetahuan.Amal tanpa ilmu lebih banyak salah daripada benarnya.
2. Niat.Setiap amal tergantung pada niatnya sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW : "Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang ia niatkan."
3. Sabar.Supaya dapat melaksanakan amal itu dengan baik dan sempurna, thuma'ninah dan tidak terburu-buru.
4. Tulus (Ikhlas).Sebab amal tidak akan diterima tanpa keikhlasan.
Imam Abu-Laits mengatakan, "Orang-orang berpendapat bahwa ketika mengerjakan amalan fardhu tidak dapat dimasuki riya karena sebuah kewajiban. Tetapi sebenarnya riya dapat saja masuk ke dalamnya. Jika ia melakukan ibadah fardhu karena sebab riya maka ia termasuk golongan munafik. Adapun orang-orang munafik itu berada dalam tingkat neraka terbawah. Na'udzubillahi min dzalik.
Demikian bahaya riya dalam beramal. Semoga Allah Ta'ala memberi kita taufik dan keikhlasan hati dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. ( )
Wallahu Ta'ala A'lam
(rhs)