Kisah Kegagalan Khalifah Umar bin Abdul Aziz Menaklukkan Eropa
Kamis, 03 Oktober 2024 - 13:19 WIB
ISLAM masuk Spanyol pada masa Khalifah al-Walid bin Abdul Malik (705-715), salah seorang khalifah Daulah Umayyah yang berpusat di Damaskus.
Masuknya Islam ke negeri itu lewat Afrika Utara dalam dua gelombang. Kala itu Afrika Utara telah menjadi salah satu provinsi Daulah Umayyah.
Gelombang pertama, pada masa Khalifah Al-Walid ibn Abdul Malik (710-712), kedua, pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz (717).
Ahmad Syalabi dalam bukunya berjudul "Sejarah dan Kebudayaan Islam" (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983) menyebut pada gelombang pertama ada tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan lebih berjasa memimpin pasukan Islam dalam proses penaklukan Spanyol.
Mereka adalah, pertama, Tharif bin Malik, sebagai pasukan perintis dan penyelidik. Dia berangkat diutus Musa bin Nusair pada tahun 710 M dengan jumlah pasukan sebanyak 500 orang. Pasukan perintis ini berhasil menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan Benua Eropa.
Dalam penyerangan pertama itu, Tharif bin Malik tidak mendapat perlawanan yang berarti malahan mereka menang dan membawa pulang harta rampasan yang lumayan banyak ke Afrika Utara.
Kedua, Thariq bin Ziyad. Ia memimpin pasukan penakluk. Pasukan ini berangkat pada tahun 711 M, juga diutus Musa bin Nusair dengan jumlah pasukan sebanyak 7.000 orang. Sebagian besar pasukannya adalah suku Barbar yang didukung Musa bin Nusair dan sebagian lainnya lagi adalah orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid.
Pasukan mereka menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya untuk melakukan penyerangan disebut dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).
Mendengar kedatangan Thariq, Raja Roderik mempersiapkan pasukan Ghathia sebanyak, ada yang mengatakan 70.000 orang ada pula yang mengatakan 100.000 orang yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan orang-orang yang selama ini ditindas oleh Raja Roderik, suatu jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan pasukan Thariq.
Maka Musa mengirim pasukan tambahan sebanyak 5000 orang atas permintaan Thariq. Sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya hanya 12.000 orang.
Dalam pertempuran di suatu tempat bernama Wadi Bakkah, Raja Roderiq dapat diserang dan dipukul dengan pedang Thariq. Ia terbunuh dan pasukannya dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting lainnya, seperti Cordova, Granada, dan Toledo (ibu kota kerajaan Ghathia saat itu).
Kemenangan yang dicapai Thariq dan pasukannya dalam penyerangan pertama ini membuka jalan bagi penaklukan lebih luas lagi bagi Thariq.
Ketiga adalah Musa bin Nusair. Dia berangkat dengan pasukan besar menyeberangi selat pada tahun 712 M dan satu persatu kota yang dilaluinya dapat ditaklukkannya, seperti Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida. Dia dan pasukannya bergabung dengan pasukan Thariq di Toledo.
Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Pada saat mereka hendak melanjutkan pertempuran sampai ke pegunungan Pyrenia di utara dan selatan Perancis, datang panggilan dari Khalifah al-Walid bin Abdil Malik untuk menghadap Khalifah di Damaskus dan melaporkan hasil penaklukan mereka.
Andai kata panggilan ini tidak datang diperkirakan mereka akan dapat menaklukkan seluruh Spanyol sampai dengan Perancis, Italia, bahkan seluruh Eropa barat, mengingat mudahnya menaklukkan Spanyol karena saat itu kondisi sosial politik serta ekonomi yang rapuh turut menguntungkan pasukan Islam.
Masuknya Islam ke negeri itu lewat Afrika Utara dalam dua gelombang. Kala itu Afrika Utara telah menjadi salah satu provinsi Daulah Umayyah.
Gelombang pertama, pada masa Khalifah Al-Walid ibn Abdul Malik (710-712), kedua, pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz (717).
Ahmad Syalabi dalam bukunya berjudul "Sejarah dan Kebudayaan Islam" (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983) menyebut pada gelombang pertama ada tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan lebih berjasa memimpin pasukan Islam dalam proses penaklukan Spanyol.
Mereka adalah, pertama, Tharif bin Malik, sebagai pasukan perintis dan penyelidik. Dia berangkat diutus Musa bin Nusair pada tahun 710 M dengan jumlah pasukan sebanyak 500 orang. Pasukan perintis ini berhasil menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan Benua Eropa.
Dalam penyerangan pertama itu, Tharif bin Malik tidak mendapat perlawanan yang berarti malahan mereka menang dan membawa pulang harta rampasan yang lumayan banyak ke Afrika Utara.
Kedua, Thariq bin Ziyad. Ia memimpin pasukan penakluk. Pasukan ini berangkat pada tahun 711 M, juga diutus Musa bin Nusair dengan jumlah pasukan sebanyak 7.000 orang. Sebagian besar pasukannya adalah suku Barbar yang didukung Musa bin Nusair dan sebagian lainnya lagi adalah orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid.
Pasukan mereka menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya untuk melakukan penyerangan disebut dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).
Mendengar kedatangan Thariq, Raja Roderik mempersiapkan pasukan Ghathia sebanyak, ada yang mengatakan 70.000 orang ada pula yang mengatakan 100.000 orang yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan orang-orang yang selama ini ditindas oleh Raja Roderik, suatu jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan pasukan Thariq.
Maka Musa mengirim pasukan tambahan sebanyak 5000 orang atas permintaan Thariq. Sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya hanya 12.000 orang.
Dalam pertempuran di suatu tempat bernama Wadi Bakkah, Raja Roderiq dapat diserang dan dipukul dengan pedang Thariq. Ia terbunuh dan pasukannya dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting lainnya, seperti Cordova, Granada, dan Toledo (ibu kota kerajaan Ghathia saat itu).
Kemenangan yang dicapai Thariq dan pasukannya dalam penyerangan pertama ini membuka jalan bagi penaklukan lebih luas lagi bagi Thariq.
Ketiga adalah Musa bin Nusair. Dia berangkat dengan pasukan besar menyeberangi selat pada tahun 712 M dan satu persatu kota yang dilaluinya dapat ditaklukkannya, seperti Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida. Dia dan pasukannya bergabung dengan pasukan Thariq di Toledo.
Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Pada saat mereka hendak melanjutkan pertempuran sampai ke pegunungan Pyrenia di utara dan selatan Perancis, datang panggilan dari Khalifah al-Walid bin Abdil Malik untuk menghadap Khalifah di Damaskus dan melaporkan hasil penaklukan mereka.
Andai kata panggilan ini tidak datang diperkirakan mereka akan dapat menaklukkan seluruh Spanyol sampai dengan Perancis, Italia, bahkan seluruh Eropa barat, mengingat mudahnya menaklukkan Spanyol karena saat itu kondisi sosial politik serta ekonomi yang rapuh turut menguntungkan pasukan Islam.