3 Pahlawan Islam Penakluk Eropa: Pidato Thariq bin Ziyad yang Menggetarkan
loading...
A
A
A
ISLAM masuk Spanyol pada masa Khalifah al-Walid bin Abdul Malik (705-715), salah seorang khalifah Daulah Umayyah yang berpusat di Damaskus. Masuknya Islam ke negeri itu lewat Afrika Utara dalam dua gelombang. Kala itu Afrika Utara telah menjadi salah satu provinsi Daulah Umayyah.
Gelombang pertama, pada masa Khalifah Al-Walid ibn Abdul Malik (710-712), kedua, pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz (717).
Ahmad Syalabi dalam bukunya berjudul "Sejarah dan Kebudayaan Islam" (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983) menyebut pada gelombang pertama ada tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan lebih berjasa memimpin pasukan Islam dalam proses penaklukan Spanyol .
Mereka adalah, pertama, Tharif bin Malik, sebagai pasukan perintis dan penyelidik. Dia berangkat diutus Musa bin Nusair pada tahun 710 M dengan jumlah pasukan sebanyak 500 orang. Pasukan perintis ini berhasil menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan Benua Eropa.
Di antara pasukan Tharif adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerangan pertama itu, Tharif bin Malik tidak mendapat perlawanan yang berarti malahan mereka menang dan membawa pulang harta rampasan yang lumayan banyak ke Afrika Utara.
Pahlawan Islam kedua adalah Thariq bin Ziyad. Ia memimpin pasukan penakluk. Pasukan ini berangkat pada tahun 711 M, juga diutus Musa bin Nusair dengan jumlah pasukan sebanyak 7.000 orang. Sebagian besar pasukannya adalah suku Barbar yang didukung Musa bin Nusair dan sebagian lainnya lagi adalah orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid.
Pasukan mereka menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya untuk melakukan penyerangan disebut dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).
Mendengar kedatangan Thariq, Raja Roderik mempersiapkan pasukan Ghathia sebanyak, ada yang mengatakan 70.000 orang ada pula yang mengatakan 100.000 orang yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan orang-orang yang selama ini ditindas oleh Raja Roderik, suatu jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan pasukan Thariq.
Maka Musa mengirim pasukan tambahan sebanyak 5000 orang atas permintaan Thariq. Sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya hanya 12.000 orang.
Sebelum memulai pertempuran, Thariq berdiri di hadapan para pasukan dan berpidato, mendorong mereka agar berjihad di jalan Allah.
Isi berpidatonya, antara lain:
“Wahai manusia! Hendak ke mana kalian melarikan diri? Laut kini berada di belakang kalian, dan musuh pun berada di depan kalian! Demi Allah tidak ada pilihan bagi kalian, kecuali jujur dan sabar! Ketahuilah! Sesungguhnya kalian di pulau ini lebih terhina dari anak-anak yatim di dalam tempat yang paling rendah.
Sungguh musuh kalian telah menyongsong dengan pasukan tentara, dengan senjata, dan dengan kekuatan yang melimpah. Sedangkan kalian tidak mempunyai perisai melainkan hanya pedang dan kalian juga tidak mempunyai kekuatan kecuali kalian dapat merebut apa yang dimiliki musuh”.
“Jika hari-hari berkepanjangan sementara kalian dalam keadaan terdesak dan sesuatu apa pun tidak berhasil diraih, niscaya kehebatan kalian pasti lenyap, dan hati mereka yang ciut karena berhadapan dengan kalian akan berubah menjadi berani menghadapi kalian."
"Sungguh aku tidak memperingatkan kalian dengan suatu peringatan, sedangkan aku berlepas diri dari padanya. Aku membawa kalian dengan diriku sebagai pelaku pertama…
"Ketahuilah! Al-Walid bin Abdil Malik, Amir al-Mukminin, telah memilih kalian sebagai para pahlawan yang gagah berani. Dia menyukai kalian agar para penguasa pulau ini menjadi mertua atau menantu kalian. Begitu juga agar beroleh pahala dari Allah atas jasa kalian dalam upaya meninggikan kalimat dan menyebarkan agama-Nya di pulau ini..”
Dalam pertempuran di suatu tempat bernama Wadi Bakkah, Raja Roderiq dapat diserang dan dipukul dengan pedang Thariq. Ia terbunuh dan pasukannya dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting lainnya, seperti Cordova, Granada, dan Toledo (ibu kota kerajaan Ghathia saat itu).
Gelombang pertama, pada masa Khalifah Al-Walid ibn Abdul Malik (710-712), kedua, pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz (717).
Ahmad Syalabi dalam bukunya berjudul "Sejarah dan Kebudayaan Islam" (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983) menyebut pada gelombang pertama ada tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan lebih berjasa memimpin pasukan Islam dalam proses penaklukan Spanyol .
Mereka adalah, pertama, Tharif bin Malik, sebagai pasukan perintis dan penyelidik. Dia berangkat diutus Musa bin Nusair pada tahun 710 M dengan jumlah pasukan sebanyak 500 orang. Pasukan perintis ini berhasil menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan Benua Eropa.
Di antara pasukan Tharif adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerangan pertama itu, Tharif bin Malik tidak mendapat perlawanan yang berarti malahan mereka menang dan membawa pulang harta rampasan yang lumayan banyak ke Afrika Utara.
Pahlawan Islam kedua adalah Thariq bin Ziyad. Ia memimpin pasukan penakluk. Pasukan ini berangkat pada tahun 711 M, juga diutus Musa bin Nusair dengan jumlah pasukan sebanyak 7.000 orang. Sebagian besar pasukannya adalah suku Barbar yang didukung Musa bin Nusair dan sebagian lainnya lagi adalah orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid.
Pasukan mereka menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya untuk melakukan penyerangan disebut dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).
Mendengar kedatangan Thariq, Raja Roderik mempersiapkan pasukan Ghathia sebanyak, ada yang mengatakan 70.000 orang ada pula yang mengatakan 100.000 orang yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan orang-orang yang selama ini ditindas oleh Raja Roderik, suatu jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan pasukan Thariq.
Maka Musa mengirim pasukan tambahan sebanyak 5000 orang atas permintaan Thariq. Sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya hanya 12.000 orang.
Sebelum memulai pertempuran, Thariq berdiri di hadapan para pasukan dan berpidato, mendorong mereka agar berjihad di jalan Allah.
Isi berpidatonya, antara lain:
“Wahai manusia! Hendak ke mana kalian melarikan diri? Laut kini berada di belakang kalian, dan musuh pun berada di depan kalian! Demi Allah tidak ada pilihan bagi kalian, kecuali jujur dan sabar! Ketahuilah! Sesungguhnya kalian di pulau ini lebih terhina dari anak-anak yatim di dalam tempat yang paling rendah.
Sungguh musuh kalian telah menyongsong dengan pasukan tentara, dengan senjata, dan dengan kekuatan yang melimpah. Sedangkan kalian tidak mempunyai perisai melainkan hanya pedang dan kalian juga tidak mempunyai kekuatan kecuali kalian dapat merebut apa yang dimiliki musuh”.
“Jika hari-hari berkepanjangan sementara kalian dalam keadaan terdesak dan sesuatu apa pun tidak berhasil diraih, niscaya kehebatan kalian pasti lenyap, dan hati mereka yang ciut karena berhadapan dengan kalian akan berubah menjadi berani menghadapi kalian."
"Sungguh aku tidak memperingatkan kalian dengan suatu peringatan, sedangkan aku berlepas diri dari padanya. Aku membawa kalian dengan diriku sebagai pelaku pertama…
"Ketahuilah! Al-Walid bin Abdil Malik, Amir al-Mukminin, telah memilih kalian sebagai para pahlawan yang gagah berani. Dia menyukai kalian agar para penguasa pulau ini menjadi mertua atau menantu kalian. Begitu juga agar beroleh pahala dari Allah atas jasa kalian dalam upaya meninggikan kalimat dan menyebarkan agama-Nya di pulau ini..”
Dalam pertempuran di suatu tempat bernama Wadi Bakkah, Raja Roderiq dapat diserang dan dipukul dengan pedang Thariq. Ia terbunuh dan pasukannya dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting lainnya, seperti Cordova, Granada, dan Toledo (ibu kota kerajaan Ghathia saat itu).