Surat Utsman bin Affan: Pemimpin Diciptakan sebagai Gembala, bukan Pemungut Pajak
Kamis, 10 Oktober 2024 - 08:51 WIB
Utsman bin Affan adalah khalifah ketiga yang berkuasa pada tahun 644 sampai 656 dan merupakan Khulafaur Rasyidin dengan masa kekuasaan terlama. Sama seperti dua pendahulunya, Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab , Utsman termasuk salah satu sahabat utama Nabi Muhammad SAW .
Pada saat menjadi khalifah, Utsman seringkali mengirim surat kepada para pejabat. Salah satu surat itu adalah sebagai berikut:
"Amma ba'du. Allah telah memerintahkan para pemimpin supaya menjadi gembala , bukan datang untuk menjadi pemungut pajak . Pemimpin umat ini diciptakan sebagai gembala, bukan sebagai pemungut pajak."
"Akan tetapi pemimpin-pemimpin kalian sudah hampir menjadi pemungut-pemungut pajak, bukan menjadi gembala-gembala. Jika mereka kembali lagi demikian, maka habislah segala rasa malu, amanat dan kesetiaan itu."
"Cara yang paling adil ialah kalian harus melihat keadilan kaum Muslimin dan apa yang menjadi kewajiban mereka. Berikanlah segala hak mereka dan ambillah apa yang menjadi kewajiban mereka."
"Di samping itu ikutilah para pendahulu mengenai kaum zimmi, memberikan hak mereka dan memungut segala yang menjadi kewajiban mereka. Kemudian terhadap musuh yang selalu mengancam kalian, hendaklah kalian memohonkan kemenangan dengan tetap menaati segala perjanjian dengan mereka."
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menuturkan dengan surat itu Utsman telah menggambarkan kebijakannya terhadap rakyatnya dan apa yang harus dilakukan oleh para pejabatnya.
"Semua itu merupakan kebijakan yang sungguh tepat dan bijaksana sekali," tulis Haekal.
Khalifah Utsman memerintahkan pejabat-pejabat supaya melayani rakyat dengan ramah dan sopan santun dan jangan membebankan pajak kepada mereka dengan cara memeras, menuntut kewajiban dan memberikan hak kepada si Muslim dan si zimmi dengan cara yang adil tanpa ada yang dirugikan; menepati janji yang sudah diadakan dengan pihak musuh untuk menghilangkan keangkuhannya supaya tidak membangkitkan kemarahan orang kepada pihak Muslimin.
Itulah tindakan yang paling adil dalam pandangan Khalifah Utsman. Dengan itu semua pihak merasa puas, keamanan dan ketertiban jadi merata, segalanya berjalan sebagaimana mestinya dan tidak membiarkan ada keluhan orang karena kezaliman atau kesewenang-wenangan.
Petugas-petugas pajak dipisahkan dari para penguasa karena Utsman khawatir perbuatan mereka akan merugikan rakyat dengan menekan mereka tidak pada tempatnya, atau memanfaatkan kedudukan mereka guna mencari keuntungan pribadi atau untuk keluarga-keluarga dekatnya.
Pada saat menjadi khalifah, Utsman seringkali mengirim surat kepada para pejabat. Salah satu surat itu adalah sebagai berikut:
"Amma ba'du. Allah telah memerintahkan para pemimpin supaya menjadi gembala , bukan datang untuk menjadi pemungut pajak . Pemimpin umat ini diciptakan sebagai gembala, bukan sebagai pemungut pajak."
"Akan tetapi pemimpin-pemimpin kalian sudah hampir menjadi pemungut-pemungut pajak, bukan menjadi gembala-gembala. Jika mereka kembali lagi demikian, maka habislah segala rasa malu, amanat dan kesetiaan itu."
"Cara yang paling adil ialah kalian harus melihat keadilan kaum Muslimin dan apa yang menjadi kewajiban mereka. Berikanlah segala hak mereka dan ambillah apa yang menjadi kewajiban mereka."
"Di samping itu ikutilah para pendahulu mengenai kaum zimmi, memberikan hak mereka dan memungut segala yang menjadi kewajiban mereka. Kemudian terhadap musuh yang selalu mengancam kalian, hendaklah kalian memohonkan kemenangan dengan tetap menaati segala perjanjian dengan mereka."
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menuturkan dengan surat itu Utsman telah menggambarkan kebijakannya terhadap rakyatnya dan apa yang harus dilakukan oleh para pejabatnya.
"Semua itu merupakan kebijakan yang sungguh tepat dan bijaksana sekali," tulis Haekal.
Khalifah Utsman memerintahkan pejabat-pejabat supaya melayani rakyat dengan ramah dan sopan santun dan jangan membebankan pajak kepada mereka dengan cara memeras, menuntut kewajiban dan memberikan hak kepada si Muslim dan si zimmi dengan cara yang adil tanpa ada yang dirugikan; menepati janji yang sudah diadakan dengan pihak musuh untuk menghilangkan keangkuhannya supaya tidak membangkitkan kemarahan orang kepada pihak Muslimin.
Itulah tindakan yang paling adil dalam pandangan Khalifah Utsman. Dengan itu semua pihak merasa puas, keamanan dan ketertiban jadi merata, segalanya berjalan sebagaimana mestinya dan tidak membiarkan ada keluhan orang karena kezaliman atau kesewenang-wenangan.
Petugas-petugas pajak dipisahkan dari para penguasa karena Utsman khawatir perbuatan mereka akan merugikan rakyat dengan menekan mereka tidak pada tempatnya, atau memanfaatkan kedudukan mereka guna mencari keuntungan pribadi atau untuk keluarga-keluarga dekatnya.
(mhy)