3 Amalan Kunci Mengatasi Kesulitan Hidup, Simak Ya!
Rabu, 23 Oktober 2024 - 09:03 WIB
Oleh karena itu, setiap kali permasalahan melilit pada kita, bersegeralah melaksanakan salat. Ambillah air wudu dan bersucilah dengan segera, lalu menghadaplah kepada Allah dengan penuh kekhusyukan, dibarengi tetesan air mata dalam mentadaburi ayat-ayat-Nya.
Apabila kening kita telah tersungkur sujud, adukanlah kesulitan kita, karena saat di mana seorang hamba paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia bersujud.
Bukankah Allah subhanahu wata’ala sendiri telah berfirman, dalam al-Quran Surat al-Baqarah ayat 45,
“Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya (salat) itu benar-benar berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”
Ayat ini mengajarkan kita bahwa shalat adalah salah satu cara untuk mendapatkan ketenangan dan kekuatan saat menghadapi berbagai kesulitan. Ketika kita berada dalam keadaan tertekan atau dikepung oleh masalah, salat memberikan kita waktu untuk merenung, menyadari kebesaran Allah, dan mendapatkan ketenangan jiwa.
Oleh karena itu, marilah kita jadikan salat bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai kebutuhan batin kita yang mendalam. Dalam setiap sujud, kita bisa merasakan kedekatan dengan Allah, dan dalam setiap doa, kita bisa berharap dan memohon bimbingan-Nya.
“Musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan (Allah) memaafkan banyak (kesalahanmu).”
Imam as-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya halaman 759 mengatakan, Allah subhanahu wata’ala mengabarkan bahwa apa pun musibah yang menimpa hamba-hamba-Nya, baik pada jasad mereka, harta, anak-anak, dan pada apa saja yang mereka cintai lagi sangat mereka sayangi, adalah akibat dosa-dosa yang mereka lakukan sendiri.
Dan sesungguhnya yang dimaafkan oleh Allah subhanahu wata’ala lebih banyak dari itu. Sebab, sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim terhadap hamba-hamba-Nya, akan tetapi mereka sendiri yang menzalimi diri sendiri.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, al-Quran Surat an-Nahl ayat 61,
“Seandainya Allah menghukum manusia karena kezaliman mereka, niscaya Dia tidak meninggalkan satu makhluk melata pun di atasnya (bumi), tetapi Dia menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. Maka, apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan dan percepatan sesaat pun.”
Oleh karena itu, istigfar dan bertobat kepada Allah subhanahu wata’ala menjadi jalan yang harus ditempuh oleh seorang hamba ketika ia menerima ujian, kesulitan, musibah, dan semisalnya dari Allah subhanahu wata’ala.
Wallahu A'lam
Apabila kening kita telah tersungkur sujud, adukanlah kesulitan kita, karena saat di mana seorang hamba paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia bersujud.
Bukankah Allah subhanahu wata’ala sendiri telah berfirman, dalam al-Quran Surat al-Baqarah ayat 45,
وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَ
“Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya (salat) itu benar-benar berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”
Ayat ini mengajarkan kita bahwa shalat adalah salah satu cara untuk mendapatkan ketenangan dan kekuatan saat menghadapi berbagai kesulitan. Ketika kita berada dalam keadaan tertekan atau dikepung oleh masalah, salat memberikan kita waktu untuk merenung, menyadari kebesaran Allah, dan mendapatkan ketenangan jiwa.
Oleh karena itu, marilah kita jadikan salat bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai kebutuhan batin kita yang mendalam. Dalam setiap sujud, kita bisa merasakan kedekatan dengan Allah, dan dalam setiap doa, kita bisa berharap dan memohon bimbingan-Nya.
3. Tobat dan Istigfar
Salah satu faktor seorang hamba mengalami kesulitan atau ujian adalah karena dosa yang ia kerjakan. Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman, al-Quran Surat asy-Syura ayat 30,وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍ
“Musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan (Allah) memaafkan banyak (kesalahanmu).”
Imam as-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya halaman 759 mengatakan, Allah subhanahu wata’ala mengabarkan bahwa apa pun musibah yang menimpa hamba-hamba-Nya, baik pada jasad mereka, harta, anak-anak, dan pada apa saja yang mereka cintai lagi sangat mereka sayangi, adalah akibat dosa-dosa yang mereka lakukan sendiri.
Dan sesungguhnya yang dimaafkan oleh Allah subhanahu wata’ala lebih banyak dari itu. Sebab, sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim terhadap hamba-hamba-Nya, akan tetapi mereka sendiri yang menzalimi diri sendiri.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, al-Quran Surat an-Nahl ayat 61,
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللّٰهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَاۤبَّةٍ وَّلٰكِنْ يُّؤَخِّرُهُمْ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّىۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
“Seandainya Allah menghukum manusia karena kezaliman mereka, niscaya Dia tidak meninggalkan satu makhluk melata pun di atasnya (bumi), tetapi Dia menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. Maka, apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan dan percepatan sesaat pun.”
Oleh karena itu, istigfar dan bertobat kepada Allah subhanahu wata’ala menjadi jalan yang harus ditempuh oleh seorang hamba ketika ia menerima ujian, kesulitan, musibah, dan semisalnya dari Allah subhanahu wata’ala.
Wallahu A'lam
(wid)