Perkembangan Ilmu Geografi dan Filsafat di Era Daulah Abbasiyah
Minggu, 27 Oktober 2024 - 10:14 WIB
Ilmu pengetahuan mengalami perkembangan pesat pada masa Daulah Abbasiyah , melalui tiga pengembangan ilmu: diskusi ilmiah, penerjemahan buku-buku dan perpustakaan .
Syamruddin Nasution dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" menyebut di antara ilmu-ilmu umum yang berkembang pada masa Daulah Abbasiyah adalah ilmu geografi dan filsafah .
Ilmu Geografi
Menurutnya, geografi dalam Islam muncul sebagai ilmu akibat perkembangan kota Baghdad sebagai pusat perdagangan.
Hal itu mendorong umat Islam untuk mewujudkan keamanan dalam perjalanan, sehingga muncullah ilmu geografi. Karena banyak di antara mereka yang membuat catatan tentang daerah-daerah lawatan yang akan dilaluinya.
Di masa awal dinasti Abbasiyah telah muncul ahli geografi muslim bernama Ibn Khardazabah yang menulis sebuah buku tentang geografi dengan judul al-Masalik wa al-Mamalik. Buku ini merupakan buku geografi tertua dalam bahasa Arab.
Karya-karya besar umat Islam dalam bidang ilmu-ilmu kealaman ini mambawa pengaruh cukup besar bagi peradaban Barat hingga dewasa ini. Karena banyak karya-karya mereka yang dijadikan buku standar pada Universitas-universitas Barat berabad-abad lamanya.
Pengaruh karya-karya ilmuan-ilmuan ini menerobos ke Barat melalui Andalusia, Cicilia, Perang Salib, Baghdad dan Mesir.
Filsafat
Kaum Muslimin baru mengenal filsafat setelah mereka bergaul dengan bangsa-bangsa lain, seperti Yunani, Persia, dan India. Dan setelah buku-buku filsafat mereka diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada masa dinasti Abbasiyah.
Filosof Muslim pertama adalah Al-Kindi (194 – 260 H / 809 – 873 M). Al-Kindi sangat terpengaruh dengan filsafat Aristoteles tentang hukum kausalitas dan sebagian dari filsafat Neoplatonisme.
Dalam dunia filsafat dia dijuluki dengan filosof Arab. Karena dialah satu-satunya orang Arab yang menekuni filsafat, di samping sebagai seorang filosof, dia juga terkenal dalam bidang matematika, astronomi, geografi, dan lain-lain.
Filosof besar Muslim lainnya adalah Ibn Sina (370– 428 H / 980 – 1087 M). meskipun dia berusia pendek, namun sempat meninggalkan karya yang penting antara lain: al-Syifa’, al-Qonun fi al-Tibbi, al-Musiqa, dan al-Mantiq.
Di antara pengagumnya adalah Alberto Magnus, guru Thomas Aquino.
Al-Farabi (259 – 339 H / 873 – 950 M) dikenal dalam dunia filsafat dengan julukan al-Muallim al-Tsani (guru kedua setelah Aristoteles). Selain sebagai filosof, dia juga dikenal sebagai peletak dasar ilmu musik dan dia telah memberikan pembagian ilmu pengetahuan secara sistematis.
Dengan demikian dia dipandang sebagai pelanjut tugas Aristoteles.
Al-Ghazali (450 – 505 H / 1055 – 1111 M) dikenal sebagai salah seorang filosof muslim terkemuka. Karena kedalaman ilmunya, dia dikenal sebagai Hujjatul Islam.
Syamruddin Nasution dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" menyebut di antara ilmu-ilmu umum yang berkembang pada masa Daulah Abbasiyah adalah ilmu geografi dan filsafah .
Ilmu Geografi
Menurutnya, geografi dalam Islam muncul sebagai ilmu akibat perkembangan kota Baghdad sebagai pusat perdagangan.
Hal itu mendorong umat Islam untuk mewujudkan keamanan dalam perjalanan, sehingga muncullah ilmu geografi. Karena banyak di antara mereka yang membuat catatan tentang daerah-daerah lawatan yang akan dilaluinya.
Di masa awal dinasti Abbasiyah telah muncul ahli geografi muslim bernama Ibn Khardazabah yang menulis sebuah buku tentang geografi dengan judul al-Masalik wa al-Mamalik. Buku ini merupakan buku geografi tertua dalam bahasa Arab.
Karya-karya besar umat Islam dalam bidang ilmu-ilmu kealaman ini mambawa pengaruh cukup besar bagi peradaban Barat hingga dewasa ini. Karena banyak karya-karya mereka yang dijadikan buku standar pada Universitas-universitas Barat berabad-abad lamanya.
Pengaruh karya-karya ilmuan-ilmuan ini menerobos ke Barat melalui Andalusia, Cicilia, Perang Salib, Baghdad dan Mesir.
Filsafat
Kaum Muslimin baru mengenal filsafat setelah mereka bergaul dengan bangsa-bangsa lain, seperti Yunani, Persia, dan India. Dan setelah buku-buku filsafat mereka diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada masa dinasti Abbasiyah.
Filosof Muslim pertama adalah Al-Kindi (194 – 260 H / 809 – 873 M). Al-Kindi sangat terpengaruh dengan filsafat Aristoteles tentang hukum kausalitas dan sebagian dari filsafat Neoplatonisme.
Dalam dunia filsafat dia dijuluki dengan filosof Arab. Karena dialah satu-satunya orang Arab yang menekuni filsafat, di samping sebagai seorang filosof, dia juga terkenal dalam bidang matematika, astronomi, geografi, dan lain-lain.
Filosof besar Muslim lainnya adalah Ibn Sina (370– 428 H / 980 – 1087 M). meskipun dia berusia pendek, namun sempat meninggalkan karya yang penting antara lain: al-Syifa’, al-Qonun fi al-Tibbi, al-Musiqa, dan al-Mantiq.
Di antara pengagumnya adalah Alberto Magnus, guru Thomas Aquino.
Al-Farabi (259 – 339 H / 873 – 950 M) dikenal dalam dunia filsafat dengan julukan al-Muallim al-Tsani (guru kedua setelah Aristoteles). Selain sebagai filosof, dia juga dikenal sebagai peletak dasar ilmu musik dan dia telah memberikan pembagian ilmu pengetahuan secara sistematis.
Dengan demikian dia dipandang sebagai pelanjut tugas Aristoteles.
Al-Ghazali (450 – 505 H / 1055 – 1111 M) dikenal sebagai salah seorang filosof muslim terkemuka. Karena kedalaman ilmunya, dia dikenal sebagai Hujjatul Islam.