Kisah Misteri Wafatnya Nabi Sulaiman, Sahabat Malaikat Izrail
Jum'at, 08 November 2024 - 11:24 WIB
Di saat Nabi Sulaiman sibuk mengawasi para jin bekerja tiba-tiba malaikat maut mencabut nyawa Nabi Sulaiman. Jasadnya Nabi Sulaiman masih berdiri dan disangga oleh tongkatnya. Para jin mengira Raja Sulaiman masih mengawasi mereka. Mereka tidak menyadari bahwa Nabi Sulaiman telah wafat.
Kemudian, Allah memerintahkan rayap untuk memakan tongkatnya. Sebagian dari tongkat Nabi Sulaiman dimakan oleh rayap-rayap selama beberapa hari. Pada saat bagian yang dimakannya semakin banyak, tongkat itu pun menjadi rusak dan patah. Jasad Nabi Sulaiman pun tersungkur dan terhempas ke bumi.
Melihat kejadian itu, para jin menghentikan pekerjaannya. Secepat mungkin mereka berlari. Mereka merasa tersiksa dan hina karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang hal-hal yang gaib.
Peristiwa meninggalnya Nabi Sulaiman diterangkan dalam Al-Quran Surat Saba’ ayat 14.
"Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan".
Peristiwa kematian Nabi Sulaiman penuh dengan keajaiban. Hal ini menunjukkan tanda-tanda kekuasaan Allah.
Baitul Maqdis
Cerita meninggalnya Nabi Sulaiman dalam bentuk tak jauh berbeda tercantum dalam berita yang disebutkan dari Abu Malik, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dari beberapa orang sahabat, Al Sadi menceritakan:
Nabi Sulaiman ‘alaihissalam pernah menyendiri di Baitul Maqdis yang dibangun pada tahun keempat kekuasaannya. Beliau menyendiri selama satu atau dua tahun, satu atau dua bulan, atau kurang lebih selama itu. Beliau membawa masuk makanan dan minumannya. Pada hari pertama, ia tidak bangun pagi melainkan di dalam Baitul Maqdis telah tumbuh sebuah pohon. Lalu beliau mendatangi pohon tersebut dan bertanya, “Siapa namamu?”
“Namaku ini dan ini,” jawab pohon itu.
“Jika ia tumbuh, hanya sebagai tumbuhan ataukah sebagai obat?” tanya Nabi Sulaiman.
Pohon itu berkata, “Aku tumbuh sebagai obat ini dan itu.”
Demikianlah, hingga akhirnya sebatang pohon tersebut tumbuh dan diberi nama Al Kharubah (perusak). Lalu Nabi Sulaiman bertanya, “Siapa namamu?”
“Aku bernama Kharubah,” jawab pohon itu.
“Untuk apa engkau tumbuh?” tanya Nabi Sulaiman.
“Aku tumbuh untuk merusak masjid ini,” papar pohon tersebut.
Nabi Sulaiman pun berkata, “Allah tidak akan merusaknya selama aku masih hidup. Kamu yang pada wajahmu terdapat kebinasaanku dan kerusakan Baitul Maqdis.”
Kemudian, Allah memerintahkan rayap untuk memakan tongkatnya. Sebagian dari tongkat Nabi Sulaiman dimakan oleh rayap-rayap selama beberapa hari. Pada saat bagian yang dimakannya semakin banyak, tongkat itu pun menjadi rusak dan patah. Jasad Nabi Sulaiman pun tersungkur dan terhempas ke bumi.
Melihat kejadian itu, para jin menghentikan pekerjaannya. Secepat mungkin mereka berlari. Mereka merasa tersiksa dan hina karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang hal-hal yang gaib.
Peristiwa meninggalnya Nabi Sulaiman diterangkan dalam Al-Quran Surat Saba’ ayat 14.
ا دَلَّهُمْ عَلَىٰ مَوْتِهِۦٓ إِلَّا دَآبَّةُ ٱلْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنسَأَتَهُۥ ۖ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ ٱلْجِنُّ أَن لَّوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ ٱلْغَيْبَ مَا لَبِثُوا۟ فِى ٱلْعَذَابِ ٱلْمُهِينِ
"Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan".
Peristiwa kematian Nabi Sulaiman penuh dengan keajaiban. Hal ini menunjukkan tanda-tanda kekuasaan Allah.
Baitul Maqdis
Cerita meninggalnya Nabi Sulaiman dalam bentuk tak jauh berbeda tercantum dalam berita yang disebutkan dari Abu Malik, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dari beberapa orang sahabat, Al Sadi menceritakan:
Nabi Sulaiman ‘alaihissalam pernah menyendiri di Baitul Maqdis yang dibangun pada tahun keempat kekuasaannya. Beliau menyendiri selama satu atau dua tahun, satu atau dua bulan, atau kurang lebih selama itu. Beliau membawa masuk makanan dan minumannya. Pada hari pertama, ia tidak bangun pagi melainkan di dalam Baitul Maqdis telah tumbuh sebuah pohon. Lalu beliau mendatangi pohon tersebut dan bertanya, “Siapa namamu?”
“Namaku ini dan ini,” jawab pohon itu.
“Jika ia tumbuh, hanya sebagai tumbuhan ataukah sebagai obat?” tanya Nabi Sulaiman.
Pohon itu berkata, “Aku tumbuh sebagai obat ini dan itu.”
Demikianlah, hingga akhirnya sebatang pohon tersebut tumbuh dan diberi nama Al Kharubah (perusak). Lalu Nabi Sulaiman bertanya, “Siapa namamu?”
“Aku bernama Kharubah,” jawab pohon itu.
“Untuk apa engkau tumbuh?” tanya Nabi Sulaiman.
“Aku tumbuh untuk merusak masjid ini,” papar pohon tersebut.
Nabi Sulaiman pun berkata, “Allah tidak akan merusaknya selama aku masih hidup. Kamu yang pada wajahmu terdapat kebinasaanku dan kerusakan Baitul Maqdis.”