Kisah Umar bin Khattab dan Uskup Sophronius Serah Terima Yerusalem
Kamis, 28 November 2024 - 16:17 WIB
Di samping itu masih ada lagi reruntuhan Kuil Sulaiman yang masih dikenang sebagai seorang raja agung, dan nabi-nabi yang lain.
Dari peninggalan-peninggalan puing-puing itu banyak juga terdapat rumah-rumah ibadah orang pagan yang dibangun oleh penguasa-penguasa Palestina dari pihak. Roma, dan sebelum itu juga didirikan oleh penguasa-penguasa Palestina dari pihak Mesir.
Boleh jadi tak ada yang disembunyikan oleh Sophronius kepada Umar, dan semua yang memang sudah terkenal mengenai cerita tempat-tempat ibadah itu diceritakannya kembali kepada Umar, dan yang demikian ini banyak sekali.
Sementara kedua orang ini sedang di Gereja Anastasis, waktu salat pun tiba. Uskup itu meminta kepada Umar melaksanakan salat di tempat itu, karena itu juga rumah Tuhan. Tetapi Umar menolak dengan alasan di waktu-waktu yang akan datang khawatir jejaknya diikuti oleh kaum Muslimin, karena mereka akan menganggap apa yang dikerjakan Umar itu sebagai teladan yang baik [sunnah mustahabbah].
Kalau mereka sampai melakukan itu, orang-orang Kristiani akan dikeluarkan dari gereja mereka dan ini menyalahi perjanjian yang ada. Dengan alasan yang sama juga ia menolak salat di Gereja Konstantin di dekat Gereja Anastasis itu. Di ambang pintu Gereja itu mereka sudah menghamparkan permadani untuk salat, tetapi Umar melakukan salat di tempat lain di dekat Batu Suci di reruntuhan Kuil Sulaiman.
Di tempat inilah kaum Muslimin kemudian mendirikan masjid yang mewah, yaitu Masjidilaqsa [al-Masjid al-Aqsa]. Pada masa Umar masjid yang didirikan itu sangat sederhana, seperti Masjid Nabawi di Medinah ketika dulu dibangun.
Dari peninggalan-peninggalan puing-puing itu banyak juga terdapat rumah-rumah ibadah orang pagan yang dibangun oleh penguasa-penguasa Palestina dari pihak. Roma, dan sebelum itu juga didirikan oleh penguasa-penguasa Palestina dari pihak Mesir.
Boleh jadi tak ada yang disembunyikan oleh Sophronius kepada Umar, dan semua yang memang sudah terkenal mengenai cerita tempat-tempat ibadah itu diceritakannya kembali kepada Umar, dan yang demikian ini banyak sekali.
Sementara kedua orang ini sedang di Gereja Anastasis, waktu salat pun tiba. Uskup itu meminta kepada Umar melaksanakan salat di tempat itu, karena itu juga rumah Tuhan. Tetapi Umar menolak dengan alasan di waktu-waktu yang akan datang khawatir jejaknya diikuti oleh kaum Muslimin, karena mereka akan menganggap apa yang dikerjakan Umar itu sebagai teladan yang baik [sunnah mustahabbah].
Kalau mereka sampai melakukan itu, orang-orang Kristiani akan dikeluarkan dari gereja mereka dan ini menyalahi perjanjian yang ada. Dengan alasan yang sama juga ia menolak salat di Gereja Konstantin di dekat Gereja Anastasis itu. Di ambang pintu Gereja itu mereka sudah menghamparkan permadani untuk salat, tetapi Umar melakukan salat di tempat lain di dekat Batu Suci di reruntuhan Kuil Sulaiman.
Di tempat inilah kaum Muslimin kemudian mendirikan masjid yang mewah, yaitu Masjidilaqsa [al-Masjid al-Aqsa]. Pada masa Umar masjid yang didirikan itu sangat sederhana, seperti Masjid Nabawi di Medinah ketika dulu dibangun.
(mhy)
Lihat Juga :