6 Fakta Sulaiman Al-Qanuni, Sultan ke-10 Daulah Turki Utsmani
Selasa, 03 Desember 2024 - 15:39 WIB
Berikut ini adalah 6 fakta tentang Sulaiman Al-Qanuni (1494-1566). Sulaiman Al-Qanuni lahir di Kota Trabzun, kawasan pantai Laut Hitam pada 6 November 1494 M. Beliau adalah putra Sultan Salim I.
Sejak kecil sudah diajarkan ilmu sejarah, sastra, teologi serta taktik militer. Ketika menjadi Sultan, Sulaiman berhasil dalam ekspedisi militer ke Eropa, merebut Wina, Hungaria , hingga Persia , dan sepanjang wilayah pesisir Arab serta menguasai kembali wilayah Hijaz.
Berikut 6 fakta Sulaiman Al-Qanuni:
Pertama, beliau adalah sultan ke-10 Kerajaan Utsmani atau Ottoman (1520-1566 M) yang menjadi penguasa muslim tersukses abad ke-16 Masehi.
Di masa pemerintahannya, Turki Utsmani berhasil menjadi kerajaan adi kuasa yang belum pernah ada tandingannya sebelumnya.
Wilayah-wilayah kekuasaan Daulah Utsmaniyah tersebar di tiga benua, yaitu Asia, Afrika, dan Eropa. Proses menuju keemasan ini sudah dimulai sejak jatuhnya Konstantinopel di tangan Sultan Muhammad Al-Fatih (Sultan Mehmed II) Tahun 1453.
Sejarah Islam mencatat kiprah Sultan Sulaiman Al-Qanuni menaklukkan Eropa, Persia hingga wilayah pesisir Arab. Salah satu kiprah beliau ketika menyelamatkan Raja Prancis I dari tiang gantungan. Masa pemerintahannya berlangsung dari Tahun 1520-1566.
Dr. H. Syamruddin Nasution, M.Ag dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" (Yayasan Pusaka Riau, 2013) menuturkan Sulaiman yang menggantikan ayahnya berhasil membawa Daulah Turki Utsmani ini ke puncak klimaks perkembangannya.
Dia mengarahkan ekspansinya bukan hanya ke dunia Barat tetapi juga ke dunia Timur sekaligus dan seluruh wilayah yang berada di sekitar Turki Utsmani menggoda hatinya untuk dibersihkan.
Sulaiman berhasil menundukkan Irak, Belgrado, Pulau Rodhes, Tunis, Syria, Hijaz dan Yaman pada tahun 1529 M.
Kedua, pada masanya luas wilayah kekuasaan Turki Utsmani mencapai klimaksnya, hal itu mencakup dari Asia Kecil, Irak, Armenia, Syria, Hijaz dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis dan Aljazair di Afrika; dan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania di Eropa.
Ketiga, kemajuan Turki Utsmani di bidang militer sangat luar biasa, tidak tertandingi oleh Daulah mana pun.
Ini karena Daulah Utsmani yang pertama adalah orang-orang yang kuat, sehingga mereka dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan wilayah yang sangat luas. Hal tentu karena didukung, antara lain, faktor militer yang kuat dan tangguh. Mereka memiliki kekuatan militer yang pemberani, tangguh, terampil yang sanggup bertempur kapan saja dan di mana saja.
Untuk pertama kali dalam Islam kekuatan militer diorganisir dengan baik dan teratur, terutama ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa mereka memiliki tentara yang sudah terorganisasi dengan baik.
Pembaharuan dalam tubuh militer oleh Sultan ke-2 Orkhan tidak hanya dalam mutasi militer, tetapi juga anak-anak Kristen Eropa yang sudah masuk Islam diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam yang kelak akan dijadikan prajurit.
Hal ini sangat menguntungkan sehingga terbentuklah militer yang baru dalam tubuh Daulah Turki Utsmani yang disebut “Yenisseri”.
Di samping Yenisari ada lagi pasukan militer Turki Utsmani dari tentara kaum foedal yang dikirim kepada pemerintah pusat. Pasukan ini disebut pasukan militer “Thajiah”.
Angkatan laut pun dibenahi karena sangat diperlukan dalam ekspansi.
Keempat, di pucuk pimpinan kekaisaran yang berkembang, Sulaiman secara pribadi melembagakan perubahan peradilan besar-besaran yang berkaitan dengan masyarakat, pendidikan, perpajakan, dan hukum pidana.
Reformasi yang dilakukannya, yang dilakukan bersama dengan kepala pejabat kehakiman kekaisaran Ebussuud Efendi, menyelaraskan hubungan antara dua bentuk hukum Ottoman: sultan (Kanun) dan agama (Syariah).
Dia adalah seorang penyair dan tukang emas terkemuka; ia juga menjadi pelindung besar kebudayaan, mengawasi zaman "Keemasan" Kesultanan Utsmaniyah dalam artistik, sastra dan arsitektur perkembangan.
Kelima, ia melanggar tradisi Ottoman. Sulaiman menikahi Hurrem Sultan, seorang wanita dari haremnya, seorang Kristen Ortodoks asal Ruthenian yang berpindah ke Islam Sunni, dan menjadi terkenal di Eropa Barat pada masanya dengan nama Roxelana, karena rambut merahnya.
Keenam, putra mereka, Selim II, menggantikan Sulaiman setelah kematiannya pada tahun 1566 setelah 46 tahun memerintah. Calon ahli waris Sulaiman lainnya, Mehmed dan Mustafa, telah meninggal. Mehmed meninggal pada tahun 1543 karena cacar, dan Mustafa dicekik sampai mati pada tahun 1553 atas perintah sultan.
Putranya yang lain Bayezid dieksekusi pada tahun 1561 atas perintah Sulaiman, bersama dengan keempat putra Bayezid, setelah pemberontakan.
Meskipun para sarjana biasanya menganggap periode setelah kematiannya sebagai masa krisis dan adaptasi, bukan sekadar penurunan, berakhirnya pemerintahan Sulaiman merupakan titik balik dalam sejarah Ottoman.
Beberapa dekade setelah Sulaiman, kesultanan mulai mengalami perubahan politik, kelembagaan, dan ekonomi yang signifikan, sebuah fenomena yang sering disebut sebagai Transformasi Kesultanan Utsmaniyah.
Sejak kecil sudah diajarkan ilmu sejarah, sastra, teologi serta taktik militer. Ketika menjadi Sultan, Sulaiman berhasil dalam ekspedisi militer ke Eropa, merebut Wina, Hungaria , hingga Persia , dan sepanjang wilayah pesisir Arab serta menguasai kembali wilayah Hijaz.
Berikut 6 fakta Sulaiman Al-Qanuni:
Pertama, beliau adalah sultan ke-10 Kerajaan Utsmani atau Ottoman (1520-1566 M) yang menjadi penguasa muslim tersukses abad ke-16 Masehi.
Di masa pemerintahannya, Turki Utsmani berhasil menjadi kerajaan adi kuasa yang belum pernah ada tandingannya sebelumnya.
Wilayah-wilayah kekuasaan Daulah Utsmaniyah tersebar di tiga benua, yaitu Asia, Afrika, dan Eropa. Proses menuju keemasan ini sudah dimulai sejak jatuhnya Konstantinopel di tangan Sultan Muhammad Al-Fatih (Sultan Mehmed II) Tahun 1453.
Sejarah Islam mencatat kiprah Sultan Sulaiman Al-Qanuni menaklukkan Eropa, Persia hingga wilayah pesisir Arab. Salah satu kiprah beliau ketika menyelamatkan Raja Prancis I dari tiang gantungan. Masa pemerintahannya berlangsung dari Tahun 1520-1566.
Dr. H. Syamruddin Nasution, M.Ag dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" (Yayasan Pusaka Riau, 2013) menuturkan Sulaiman yang menggantikan ayahnya berhasil membawa Daulah Turki Utsmani ini ke puncak klimaks perkembangannya.
Dia mengarahkan ekspansinya bukan hanya ke dunia Barat tetapi juga ke dunia Timur sekaligus dan seluruh wilayah yang berada di sekitar Turki Utsmani menggoda hatinya untuk dibersihkan.
Sulaiman berhasil menundukkan Irak, Belgrado, Pulau Rodhes, Tunis, Syria, Hijaz dan Yaman pada tahun 1529 M.
Kedua, pada masanya luas wilayah kekuasaan Turki Utsmani mencapai klimaksnya, hal itu mencakup dari Asia Kecil, Irak, Armenia, Syria, Hijaz dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis dan Aljazair di Afrika; dan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania di Eropa.
Ketiga, kemajuan Turki Utsmani di bidang militer sangat luar biasa, tidak tertandingi oleh Daulah mana pun.
Ini karena Daulah Utsmani yang pertama adalah orang-orang yang kuat, sehingga mereka dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan wilayah yang sangat luas. Hal tentu karena didukung, antara lain, faktor militer yang kuat dan tangguh. Mereka memiliki kekuatan militer yang pemberani, tangguh, terampil yang sanggup bertempur kapan saja dan di mana saja.
Untuk pertama kali dalam Islam kekuatan militer diorganisir dengan baik dan teratur, terutama ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa mereka memiliki tentara yang sudah terorganisasi dengan baik.
Pembaharuan dalam tubuh militer oleh Sultan ke-2 Orkhan tidak hanya dalam mutasi militer, tetapi juga anak-anak Kristen Eropa yang sudah masuk Islam diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam yang kelak akan dijadikan prajurit.
Hal ini sangat menguntungkan sehingga terbentuklah militer yang baru dalam tubuh Daulah Turki Utsmani yang disebut “Yenisseri”.
Di samping Yenisari ada lagi pasukan militer Turki Utsmani dari tentara kaum foedal yang dikirim kepada pemerintah pusat. Pasukan ini disebut pasukan militer “Thajiah”.
Angkatan laut pun dibenahi karena sangat diperlukan dalam ekspansi.
Keempat, di pucuk pimpinan kekaisaran yang berkembang, Sulaiman secara pribadi melembagakan perubahan peradilan besar-besaran yang berkaitan dengan masyarakat, pendidikan, perpajakan, dan hukum pidana.
Reformasi yang dilakukannya, yang dilakukan bersama dengan kepala pejabat kehakiman kekaisaran Ebussuud Efendi, menyelaraskan hubungan antara dua bentuk hukum Ottoman: sultan (Kanun) dan agama (Syariah).
Dia adalah seorang penyair dan tukang emas terkemuka; ia juga menjadi pelindung besar kebudayaan, mengawasi zaman "Keemasan" Kesultanan Utsmaniyah dalam artistik, sastra dan arsitektur perkembangan.
Kelima, ia melanggar tradisi Ottoman. Sulaiman menikahi Hurrem Sultan, seorang wanita dari haremnya, seorang Kristen Ortodoks asal Ruthenian yang berpindah ke Islam Sunni, dan menjadi terkenal di Eropa Barat pada masanya dengan nama Roxelana, karena rambut merahnya.
Keenam, putra mereka, Selim II, menggantikan Sulaiman setelah kematiannya pada tahun 1566 setelah 46 tahun memerintah. Calon ahli waris Sulaiman lainnya, Mehmed dan Mustafa, telah meninggal. Mehmed meninggal pada tahun 1543 karena cacar, dan Mustafa dicekik sampai mati pada tahun 1553 atas perintah sultan.
Putranya yang lain Bayezid dieksekusi pada tahun 1561 atas perintah Sulaiman, bersama dengan keempat putra Bayezid, setelah pemberontakan.
Meskipun para sarjana biasanya menganggap periode setelah kematiannya sebagai masa krisis dan adaptasi, bukan sekadar penurunan, berakhirnya pemerintahan Sulaiman merupakan titik balik dalam sejarah Ottoman.
Beberapa dekade setelah Sulaiman, kesultanan mulai mengalami perubahan politik, kelembagaan, dan ekonomi yang signifikan, sebuah fenomena yang sering disebut sebagai Transformasi Kesultanan Utsmaniyah.
(mhy)
Lihat Juga :