Kisah Mengharukan Detik-Detik Jelang Wafatnya Khalifah Umar bin Abdul Aziz
Rabu, 02 September 2020 - 15:01 WIB
“Apakah itu wahai amirul mukminin?”
“Engkau kembalikan dari siapa barang itu diambil, karena kamu tidak memiliki atas barang tersebut,” ujarnya.
Maka meneteslan air mata Maslamah seraya berkata, “Semoga Allah merahmati Anda wahai amirul mukminin tatkala hidup ataupun sesudah meninggal… sungguh Anda melunakkan hati yang keras di antara kami, mengingatkan yang lupa di antara kami, Anda akan senantiasa menjadi peringatan bagi kami.”
Imam adz Dzahabi dalam Kitab Siyar A’lam an Nubala’ menyebutkan yang dimaksud Maslamah dengan melunakan hatinya, mungkin adalah kejadian suatu pagi seusai salat shubuh yang tak pernah dilupakannya.
Baca juga: Partai Amien Rais Mau Besar Harus Rebut Pemilih PAN
Pagi itu setelah salat berjamaah, ia mengunjungi Umar bin Abdul Aziz. Maslamah dipersilahkan masuk. Di rumah itu tidak ada siapa-siapa selain mereka berdua. Tak lama kemudian seorang budak wanita datang dengan membawa satu nampan kurma, makanan kesukaan Umar. Setelah budak itu kembali ke belakang, Umar mengambil segenggam kurma, lantas bertanya, “Wahai Maslamah, menurutmu, jika seorang makan segenggam kurma ini, kemudian minum air, cukupkah itu baginya?”
Campuran antara kurma dan air sangatlah baik bagi tubuh.
“Saya tidah tahu,” jawab Maslamah.
Umar mengambil kurma lebih banyak lagi dan bertanya, ”Kalau ini, bagaimana, Maslamah?”
“Kalau sebanyak itu tentu saja mencukupinya, wahai Amirul Mukminin, bahkan mereka tidak perlu mencicipi makanan yang lain,” jawab Maslamah.
“Wahai Maslamah, jika demikian, mestinya kamu tidak perlu masuk neraka?”
Kata-kata Amirul Mukminin ini begitu membekas di hati Maslamah.
Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya dalam “ Mereka Adalah Para Tabi’in ” menceritakan sejak peristiwa itu, orang-orang mengikuti berita tentang anak-anak Umar sepeninggal beliau. Maka mereka melihat tak seorang pun di antara mereka yang hidup miskin dan meminta-minta. Sungguh benar firman Allah Ta’ala:
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS An-Nisaa : 9)
“Engkau kembalikan dari siapa barang itu diambil, karena kamu tidak memiliki atas barang tersebut,” ujarnya.
Maka meneteslan air mata Maslamah seraya berkata, “Semoga Allah merahmati Anda wahai amirul mukminin tatkala hidup ataupun sesudah meninggal… sungguh Anda melunakkan hati yang keras di antara kami, mengingatkan yang lupa di antara kami, Anda akan senantiasa menjadi peringatan bagi kami.”
Imam adz Dzahabi dalam Kitab Siyar A’lam an Nubala’ menyebutkan yang dimaksud Maslamah dengan melunakan hatinya, mungkin adalah kejadian suatu pagi seusai salat shubuh yang tak pernah dilupakannya.
Baca juga: Partai Amien Rais Mau Besar Harus Rebut Pemilih PAN
Pagi itu setelah salat berjamaah, ia mengunjungi Umar bin Abdul Aziz. Maslamah dipersilahkan masuk. Di rumah itu tidak ada siapa-siapa selain mereka berdua. Tak lama kemudian seorang budak wanita datang dengan membawa satu nampan kurma, makanan kesukaan Umar. Setelah budak itu kembali ke belakang, Umar mengambil segenggam kurma, lantas bertanya, “Wahai Maslamah, menurutmu, jika seorang makan segenggam kurma ini, kemudian minum air, cukupkah itu baginya?”
Campuran antara kurma dan air sangatlah baik bagi tubuh.
“Saya tidah tahu,” jawab Maslamah.
Umar mengambil kurma lebih banyak lagi dan bertanya, ”Kalau ini, bagaimana, Maslamah?”
“Kalau sebanyak itu tentu saja mencukupinya, wahai Amirul Mukminin, bahkan mereka tidak perlu mencicipi makanan yang lain,” jawab Maslamah.
“Wahai Maslamah, jika demikian, mestinya kamu tidak perlu masuk neraka?”
Kata-kata Amirul Mukminin ini begitu membekas di hati Maslamah.
Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya dalam “ Mereka Adalah Para Tabi’in ” menceritakan sejak peristiwa itu, orang-orang mengikuti berita tentang anak-anak Umar sepeninggal beliau. Maka mereka melihat tak seorang pun di antara mereka yang hidup miskin dan meminta-minta. Sungguh benar firman Allah Ta’ala:
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS An-Nisaa : 9)
(mhy)