Inilah Karakter Orang Paling Mulia di Sisi Allah Ta'ala

Minggu, 06 September 2020 - 17:06 WIB
Al-Habib Quraisy Baharun (kiri) ketika bertemu KH Abdullah Gymnastiar (AA Gym) beberapa waktu lalu. Foto/Ist
Menjadi manusia yang mulia dan dicintai oleh Zat yang Maha Pengasih tentu bukan perkara mudah. Banyak orang ingin mendapatkan predikat mulia dan terpandang di sisi Allah, tapi mereka lupa memperbaiki akhlaknya .

Muncul pertanyaan, bagaimana sebenarnya karakter orang yang mulia di sisi Allah? Siapa sebenarnya orang yang dicintai Allah Ta'ala? Berikut penjelasan Al-Habib Quraisy Baharun , pengasuh Ponpes Ash-Shidqu Kuningan Jawa Barat dalam satu tausiyahnya. ( )

Habib Quraisy menukil satu ayat dalam Al-Qur'an , Allah Ta'ala berfirman: "Dan orang yang menahan amarahnya dan memaafkan orang lain, Allah mencintai orang yang berbuat kebajikan." (Surah Ali-Imran: Ayat 132).

( )

Orang yang mulia adalah orang yang suka memafkan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Musa bin Imran berkata: 'Wahai Tuhanku, di antara hamba-hamba-Mu, siapakah orang yang paling mulia dalam pandangan-Mu? Kemudian Allah 'Azza wa Jalla menjawab: "Orang yang memaafkan walaupun ia mampu membalas". (Hadis Riwayat Al-Baihaqi)

Apabila seseorang itu memiliki sifat pemaaf sebenarnya itu adalah tanda hatinya bersih dan tenang. Sebenarnya bukanlah mudah untuk menjadi seorang pemaaf. Sikap negatif yang menjadi lawannya yaitu pemarah senantiasa berusaha menidakkan wujudnya sifat pemaaf dalam seseorang. Dua unsur ini mewujudkan satu mekanisme yang saling ingin menguasai diri seseorang.

"Iman dan takwa menjadi pengemudi melahirkan sifat pemaaf, manakala setan mengambil tempat mendidik sifat pemarah. Hakikatnya, setan senantiasa menggunakan kelemahan manusia untuk digoda dari segala penjuru agar timbul sifat hewaniah dalam diri manusia," kata Habib Quraisy . ( )

Memang, sifat pemaaf itu bukanlah satu perbuatan mudah dilakukan. Firman Allah: "Tetapi, sesiapa yang sabar dan suka memaafkan, sesungguhnya termasuk pekerjaan yang berat ditanggung." (Surah asy-Syura: Ayat 43).

( )

Sifat pemaaf memang sulit dilakukan. Coba bayangkan bagaimana tindakan spontan kita jika ditipu, dihina, dikhianati, dikecewakan dan perkara lain yang tidak disenangi? Sudah tentu perasaan marah akan menguasai diri dan diikuti pula dengan tindakan berbentuk lisan dan fisikal.

Kadangkala, perasaan marah juga disebabkan persaingan untuk mendapatkan sesuatu. Dalam keadaan itu, pesaing dianggap sebagai musuh yang perlu diatasi dengan cara apa pun. Emosi manusia mudah terpengaruh ke arah tindakan yang jauh dari akal sehat. Apalagi jika setan datang menghasut sehingga lupa menguasai diri.

Di sinilah pentingnya kita memupuk sifat pemaaf dalam diri. Sesuatu yang logis tidak semestinya betul. Sebaliknya, ajaran agama adalah petunjuk kepada kebenaran yang mesti diamalkan untuk mendapat kebaikan di dunia dan akhirat. Semoga Allah memberi kita taufik agar menjadi orang-orang yang penyabar dan suka memaafkan. ( )

Wallahu Ta'ala A'lam
(rhs)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang, dan malu adalah bagian dari iman.

(HR. Bukhari No.8)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More