Kisah Mengharukan Ayah dan Anak Berebut Jihad di Perang Badar
Kamis, 10 September 2020 - 22:54 WIB
Ulama besar ahli fiqih dan pakar hadis kelahiran Uzbekistan, Imam Abu Laits As-Samarqandi (wafat 373 H) menceritakan kisah seorang anak dan ayah yang berebut jihad di perang Badar menemani Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW). Imam Abu Laits menceritakan kisah ini dalam Kitab Tanbihul Ghafilin.
Untuk diketahui, Perang Badar Al-Kubra (غزوة بدر) merupakan perang paling bersejarah yang menentukan masa depan Islam. Perang ini terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijriyah (13 Maret 624 Masehi) dan dikenal sebagai perang ideologi bertemunya dua kekuatan yaitu pasukan muslim yang dipimpin langsung Rasulullah SAW dan pasukan kafir Quraisy yang berjumlah 1.000 orang. ( )
Dikisahkan, ketika Rasulullah SAW memanggil kaum muslimin yang mampu berperang untuk terjun ke perang Badar, terjadilah dialog menarik antara Saad bin Khaitsamah dengan ayahnya bernama Khaitsamah radhiyallahu 'anhuma. Pada masa itu, panggilan perang tidak begitu mengherankan bagi sahabat. Kaum Muslimin sudah tidak merasa asing bila dipanggil untuk membela agama Allah Ta'ala dan berjihad fisabilillah .
Khaitsamah berkata kepada anaknya: "Wahai anakku, aku akan keluar untuk berperang dan kau tinggal di rumah menjaga wanita dan anak-anak."
( )
Sang anak pun (Saad) berkata: "Wahai ayahku, demi Allah janganlah berbuat seperti itu, kerana keinginanku untuk memerangi mereka lebih besar daripada keinginanmu. Engkau telah berkepentingan untuk tinggal di rumah, maka izinkanlah aku keluar dan tinggallah engkau di sini, wahai ayahku."
Mendengar itu, Khaitsamah marah dan berkata kepada anaknya: "Kau membangkang dan tidak mentaati perintahku." Saad menjawab: "Allah mewajibkan aku berjihad dan Rasulullah SAW memanggilku untuk berangkat berperang. Sedangkan engkau meminta sesuatu yang lain padaku, sehingga bagaimana engkau rela melihat aku taat padamu tetapi aku menentang Allah dan Rasulullah SAW ."
Maka Khaitsamah berkata: "Wahai anakku, apabila ada antara kita harus ada yang berangkat satu orang baik kau maupun aku, maka dahulukan aku untuk berangkat." (Baca Juga: Inilah Penyebab Terjadinya Perang Badar Al-Kubra)
Saad menjawab: "Demi Allah wahai ayahku, kalau bukan masalah surga, maka aku akan mendahulukanmu." Khaitsamah tidak rela kecuali melalui undian antara dia dan anaknya sehingga terasa lebih adil. Hasil undian menunjukkan bahwa Saad lah yang harus turun ke medan perang. Dia pun turun ke perang Badar dan mati syahid .
Mendengar kematian putranya, Khaitsamah berangkat menuju medan pertempuran. Awalnya Rasulullah SAW tidak mengizinkannya. Namun, setelah Khaitsamah berkata sambil menangis akhirnya Rasulullah SAW mengizinkannya. "Wahai Rasulullah , aku sekali terjun dalam perang Badar. Lantaran inginnya aku harus mengadakan undian dengan anakku. Tetapi itu dimenangkannya sehingga dia yang mendapat mati syahid. Kemarin aku bermimpi di mana di dalamnya anakku itu berkata kepadaku: 'Engkau harus menemani kami di surga, dan aku telah menerima janji Allah. Wahai Rasulullah , demi Allah aku rindu untuk menemaninya di surga. Usiaku sudah lanjut dan aku ingin berjumpa dengan Tuhanku."
( )
Setelah diizinkan Rasulullah , Khaitsamah bertempur hebat hingga akhirnya mati syahid di perang Badar. Allah Ta'ala pun memuliakannya berjumpa dengan anaknya di surga.
Subhanallah, sebuah kisah yang mengharukan sekaligus menakjubkan. Keinginan ayah dan anak untuk berjihad di medan perang menemani Rasulullah SAW mendapat keridhoan Allah dengan balasan surga. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang berjihad di jalan Allah. ( )
Wallahu Ta'ala A'lam
Untuk diketahui, Perang Badar Al-Kubra (غزوة بدر) merupakan perang paling bersejarah yang menentukan masa depan Islam. Perang ini terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijriyah (13 Maret 624 Masehi) dan dikenal sebagai perang ideologi bertemunya dua kekuatan yaitu pasukan muslim yang dipimpin langsung Rasulullah SAW dan pasukan kafir Quraisy yang berjumlah 1.000 orang. ( )
Dikisahkan, ketika Rasulullah SAW memanggil kaum muslimin yang mampu berperang untuk terjun ke perang Badar, terjadilah dialog menarik antara Saad bin Khaitsamah dengan ayahnya bernama Khaitsamah radhiyallahu 'anhuma. Pada masa itu, panggilan perang tidak begitu mengherankan bagi sahabat. Kaum Muslimin sudah tidak merasa asing bila dipanggil untuk membela agama Allah Ta'ala dan berjihad fisabilillah .
Khaitsamah berkata kepada anaknya: "Wahai anakku, aku akan keluar untuk berperang dan kau tinggal di rumah menjaga wanita dan anak-anak."
( )
Sang anak pun (Saad) berkata: "Wahai ayahku, demi Allah janganlah berbuat seperti itu, kerana keinginanku untuk memerangi mereka lebih besar daripada keinginanmu. Engkau telah berkepentingan untuk tinggal di rumah, maka izinkanlah aku keluar dan tinggallah engkau di sini, wahai ayahku."
Mendengar itu, Khaitsamah marah dan berkata kepada anaknya: "Kau membangkang dan tidak mentaati perintahku." Saad menjawab: "Allah mewajibkan aku berjihad dan Rasulullah SAW memanggilku untuk berangkat berperang. Sedangkan engkau meminta sesuatu yang lain padaku, sehingga bagaimana engkau rela melihat aku taat padamu tetapi aku menentang Allah dan Rasulullah SAW ."
Maka Khaitsamah berkata: "Wahai anakku, apabila ada antara kita harus ada yang berangkat satu orang baik kau maupun aku, maka dahulukan aku untuk berangkat." (Baca Juga: Inilah Penyebab Terjadinya Perang Badar Al-Kubra)
Saad menjawab: "Demi Allah wahai ayahku, kalau bukan masalah surga, maka aku akan mendahulukanmu." Khaitsamah tidak rela kecuali melalui undian antara dia dan anaknya sehingga terasa lebih adil. Hasil undian menunjukkan bahwa Saad lah yang harus turun ke medan perang. Dia pun turun ke perang Badar dan mati syahid .
Mendengar kematian putranya, Khaitsamah berangkat menuju medan pertempuran. Awalnya Rasulullah SAW tidak mengizinkannya. Namun, setelah Khaitsamah berkata sambil menangis akhirnya Rasulullah SAW mengizinkannya. "Wahai Rasulullah , aku sekali terjun dalam perang Badar. Lantaran inginnya aku harus mengadakan undian dengan anakku. Tetapi itu dimenangkannya sehingga dia yang mendapat mati syahid. Kemarin aku bermimpi di mana di dalamnya anakku itu berkata kepadaku: 'Engkau harus menemani kami di surga, dan aku telah menerima janji Allah. Wahai Rasulullah , demi Allah aku rindu untuk menemaninya di surga. Usiaku sudah lanjut dan aku ingin berjumpa dengan Tuhanku."
( )
Setelah diizinkan Rasulullah , Khaitsamah bertempur hebat hingga akhirnya mati syahid di perang Badar. Allah Ta'ala pun memuliakannya berjumpa dengan anaknya di surga.
Subhanallah, sebuah kisah yang mengharukan sekaligus menakjubkan. Keinginan ayah dan anak untuk berjihad di medan perang menemani Rasulullah SAW mendapat keridhoan Allah dengan balasan surga. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang berjihad di jalan Allah. ( )
Wallahu Ta'ala A'lam
(rhs)