Di Lembah Kedua: Pikiran Tak Bisa Tinggal Bersama Kedunguan Cinta

Sabtu, 19 September 2020 - 13:37 WIB


Maka kau pun hendaknya melangkah maju. Bila kau tak mau, maka ikuti angan-anganmu. Tetapi bila kau lebih menyukai kerahasiaan cinta dari jiwamu, maka kau akan mengorbankan segalanya. Kau akan kehilangan apa yang kau pandang berharga, tetapi kau akan segera mendengar kata-kata khidmat, "Masuklah".

Si Pencinta yang Kehilangan Kekasihnya

Seorang laki-laki yang bercita-cita luhur jatuh cinta dengan seorang wanita muda jelita. Tetapi sementara itu wanita pujaan hatinya menjadi kurus dan sepucat ranting yang berwama kuning kunyit. Hari yang cerah lenyap dari hatinya; dan maut, yang menunggu dari jauh, datang mendekat.

Ketika laki-laki yang mencintainya mengetahui ini, ia pun mengambil parang dan berkata, "Aku akan pergi membunuh kekasihku di tempat ia terbaring agar si jelita yang bagai lukisan yang mengagumkan ini tidak mati karena kodrat."

Orang-orang pun mengatakan padanya, "Apa kau gila! Kenapa pula kau mau membunuh wanita itu di saat ia sudah mendekati ajalnya?"



Si pencinta itu berkata, "Jika dia mati karena tanganku, maka orang-orang pun akan membunuhku, sebab aku dilarang membunuh diriku sendiri. Kemudian di hari kiamat kelak, kami akan bersama lagi sebagaimana kami sekarang ini. Jika aku dibunuh, karena gairah hasratku padanya, maka kami akan menjadi satu, seperti nyala terang pada sebatang lilin yang dinyalakan."

Para pecinta yang telah mempertaruhkan hidupnya demi cinta mereka telah memasuki jalan itu. Dalam kehidupan Ruh, mereka menyatu dengan tambatan kasih mereka.



Ibrahim dan Malakul Maut

Ketika tiba saatnya sahabat Tuhan itu hendak wafat, ia enggan menyerahkan nyawanya pada Izrail. "Tunggu," katanya pada Izrail. "Adakah Malikulalam telah memintanya?"

Tetapi Allah Ta'ala bersabda pada Ibrahim, "Jika kau benar-benar sahabatku, tidakkah kau ingin datang padaku? Ia yang menyesal memberikan hidupnya pada sahabatnya menghendaki hidupnya dirobek dengan pedang."

Kemudian, salah seorang yang hadir di sana berkata, "O Ibrahim, Cahaya Dunia, mengapa Tuan tak menyerahkan hidup Tuan dengan suka hati pada Izrail?



Para pencinta di Jalan Ruhani mempertaruhkan hidupnya demi cinta mereka; Tuan menganggap hidup Tuan berharga."

Kata Ibrahim, "Bagaimana dapat aku melepaskan hidupku bila Izrail telah menghalangnya? Aku tak mengindahkan permintaannya, karena aku hanya ingat pada Tuhan. Ketika Nimrod melepaskan aku ke dalam api dan Jibril datang padaku, tak kuindahkan dia karena aku hanya ingat pada Tuhan. Karena aku memalingkan kepalaku dari Jibril dapatkah aku diharapkan akan menyerahkan nyawaku pada Izrail? Kalau kudengar Tuhan bersabda, 'Berikan hidupmu padaku!' maka hidupku pun tak lebih berharga dari sebutir gandum. Bagaimana mungkin aku memberikan hidupku pada seseorang kalau ia tidak memintanya. Itu saja yang mesti kukatakan."
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)
Halaman :
cover top ayah
وَلِسُلَيۡمٰنَ الرِّيۡحَ غُدُوُّهَا شَهۡرٌ وَّرَوَاحُهَا شَهۡرٌۚ وَ اَسَلۡنَا لَهٗ عَيۡنَ الۡقِطۡرِؕ وَمِنَ الۡجِنِّ مَنۡ يَّعۡمَلُ بَيۡنَ يَدَيۡهِ بِاِذۡنِ رَبِّهِؕ وَمَنۡ يَّزِغۡ مِنۡهُمۡ عَنۡ اَمۡرِنَا نُذِقۡهُ مِنۡ عَذَابِ السَّعِيۡرِ
Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya pada waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya pada waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.

(QS. Saba Ayat 12)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More