Misteri Omar Khayyam: Dia Tidak Merepresentasikan Dirinya Sendiri

Rabu, 23 September 2020 - 09:33 WIB
Omar Khayyam. Foto/Ilustrasi/Wikipedia
OMAR Khayyam (18 Mei 1048 - 4 Desember 1131) adalah seorang matematikawan, astronom, filsuf, dan penyair Persia. Ia lahir di Nishabur, di timur laut Iran, dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di dekat istana penguasa Karakhanid dan Saljuk pada periode yang menyaksikan Perang Salib Pertama. ( )


Sebagai seorang matematikawan, dia paling terkenal karena karyanya pada klasifikasi dan solusi persamaan kubik, di mana dia memberikan solusi geometris dengan perpotongan kerucut. Khayyam juga berkontribusi pada pemahaman aksioma paralel. Sebagai seorang astronom , ia merancang kalender Jalali, kalender matahari dengan siklus interkalasi 33 tahun yang sangat tepat. ( )


Ada tradisi mengaitkan puisi dengan Umar Khayyam, yang ditulis dalam bentuk syair. Puisi ini dikenal luas oleh dunia pembaca bahasa Inggris dalam terjemahan oleh Edward FitzGerald (Rubaiyat dari Omar Khayyam, 1859), yang menikmati kesuksesan besar dalam Orientalisme fin de siècle.

Idries Shah dalam bukunya berjudul The Sufis menyebut syair-syair (kuatrin) Omar, putra Ibrahim sang Pembuat Kemah, telah diterjemahkan hampir dalam setiap bahasa dunia. ( )


Menurut Idries, sama sekali tidak dapat dipercaya apabila dalam kehidupannya ia dianggap sebagai penganut aliran Assassin (sekelompok pembunuh bermotifkan politik), teman Nizham sang Wazir Agung, sebagai anggota istana dan penggemar makanan serta minuman, oleh sebab berbagai terjemahan yang keliru.

Sudah menjadi anggapan umum bahwa Rubaiyat terjemahan FitzGerald lebih merepresentasikan penyair Irlandia dibandingkan Persia. Namun, menurut Idries, ini sebenarnya merupakan penilaian dangkal, karena Omar sebenarnya tidak merepresentasikan dirinya sendiri, namun sebuah madzhab filosofi sufi . "Kita tidak hanya perlu mengetahui apa yang sebenarnya dikatakan Omar, namun kita juga perlu mengetahui apa maksud perkataannya," ujar Idries Shah. ( )


Sebenarnya ada suatu hal menarik lebih lanjut bahwa dalam pembauran berbagai gagasan dari beberapa penyair sufi dan mengangkat nama Omar, FitzGerald tanpa disadari telah menggaris bawahi pengaruh sufi dalam kesusastraan Inggris.

Marilah kita mulai mengamati terjemahan FitzGerald. Dalam syair (kuatrin) 55, ia memaksakan bahwa Omar secara khusus menentang Para Sufi:

Buah Anggur, mengandung sebuah Serat;

Laksana urat melekat di Tubuhku -- biarlah sang sufi mencela;

Tentang Logam Dasarku yang mungkin menyimpan sebuah Kunci, Kunci pembuka Pintu yang diratapnya dari luar.

Ini mengandung arti serta memberi kesan bahwa Omar menentang sang sufi. Dan bahwa apa yang dicari sang sufi dapat ditemukan dalam metode Omar, bukan (penemuan) dirinya sendiri. ( )


Bagi pengamat biasa mana pun, menurut Idries, puisi ini jelas menunjukkan ketidakmungkinan bahwa Omar adalah seorang sufi.

"Para sufi percaya bahwa dalam diri manusia ada suatu unsur yang disemangati cinta, yang membukakan makna pencapaian realitas sejati dan disebut makna mistikal," tutur Idries.




Apabila kita kembali pada puisi orisinal dari terjemahan syair (kuatrin) 55 ini untuk mengaman tentang pencelaan Sufi atau sebaliknya, maka maksudnya, dengan menterjemahkannya dari bahasa Persia, adalah:

Ketika Sebab Azali menentukan wujudku

Aku dianugerahi ajaran utama tentang Cinta.

Dan terbentuklah belahan hatiku

Kunci Perbendaharaan Mutiara dari makna mistikal.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:  Itu adalah shalatnya orang-orang munafik, itu adalah shalatnya orang-orang munafik, itu adalah shalatnya orang-orang munafik.  Salah seorang dari mereka duduk hingga sinar matahari telah menguning, tatkala itu ia sedang berada di antara dua tanduk setan atau pada dua tanduk setan.  Maka dia bengkit untuk shalat, dia shalat empat rakaat dengan sangat cepat (seperti burung mematuk makanan),  dia tidak mengingat Allah padanya kecuali sangat sedikit.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 350)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More