Kisah Pilu Tatkala Siti Hajar Menghapus Jejaknya Agar Tidak Terlacak Siti Sarah

Selasa, 06 Oktober 2020 - 07:21 WIB
Sekelompok orang dari suku Jurhum melewati daerah di dekat mereka. Mereka singgah di Makkah bagian bawah. Mereka melihat seekor burung berputar-putar di udara. Mereka mengetahui bahwa berputar-putarnya burung itu tidak lain karena di daerah itu terdapat air. Karena jika tidak ada air, maka burung itu akan terus berlalu dan tidak berhenti.

Burung yang berputar-putar di udara seperti yang mereka saksikan itu adalah burung yang mengitari air dan mendatanginya. Hanya saja, mereka tetap meragukan perkiraan mereka sendiri, karena mereka mengenal betul daerah tersebut, sebuah lembah tanpa air dan tanpa penghuni. Untuk memastikannya, mereka mengutus seseorang dari kalangan mereka.

Utusan itu kembali dengan menyampaikan apa yang dilihatnya kepada mereka. Mereka pergi kepada ibu Ismail. Dengan mata kepala mereka sendiri, mereka melihat air yang memancar dari bebatuan. Mereka takjub dan meminta ibu Ismail agar mengizinkan mereka untuk tinggal bersamanya. Ibu Ismail setuju, dengan syarat bahwa mereka tidak berhak terhadap air. Mereka hanya boleh minum. Mata air tetap menjadi hak ibu dan Ismail. Maka mereka mendatangkan keluarga mereka dan tinggal bersama ibu Ismail.

Ismail tumbuh dengan baik menjadi seorang pemuda di lingkungan itu. Seorang pemuda yang giat lagi rajin, diimbangi oleh akhlak mulia dan sifat-sifat luhur. Orang-orang yang tinggal bersamanya menghormatinya dan mencintainya. Mereka menikahkannya dengan gadis mereka.

Ibu Ismail meninggal setelah Ismail menjadi seorang pemuda, dan dia pun tenang kepadanya. Kematian adalah akhir kehidupan yang hidup. Lalu Ibrahim datang menengok anaknya. Dia tidak menemukan Ismail di rumahnya. Ismail sedang keluar mencari rizki untuk keluarganya.

Istri Ismail mengeluhkan kehidupannya. Manakala Ibrahim bertanya tentangnya, dia memberitahukan bahwa mereka hidup dalam keadaan sulit dan sengsara. Ibrahim meminta kepada istri Ismail agar menyampaikan salamnya kepada Ismail dan berpesan kepadanya agar dia mengubah palang pintu rumahnya.

Istri Ismail tidak tahu bahwa bapak tua yang singgah padanya adalah mertuanya. Dia juga tidak tahu jika pesannya yang disampaikan kepada suaminya berisi perintah untuk menceraikannya. Ismail mentaati pesan bapaknya, dan istrinya ditalaknya.

Ibrahim melihat wanita tersebut tidak layak menjadi istri seorang Nabi sekaligus Rasul yang disiapkan untuk memimpin dan mengarahkan serta mendidik keluarga, anak-anaknya dan orang-orang di sekitarnya. Istri yang memperpanjang keluhan dan hobi ngedumel tidak mungkin menjadi penopang suami yang memikul tugas-tugas besar.

Ketika Ibrahim kembali lagi, dia bertemu dengan seorang wanita yang lain dari sebelumnya. Ibrahim rela putranya menikah dengannya dan meminta anaknya agar mempertahankannya.

Ibrahim bertanya tentang kehidupan mereka. Istri Ismail menjawab, "Segala puji bagi Allah, kami dalam kebaikan dan kemudahan."

Ibrahim bertanya tentang makanan dan minuman mereka. Dia menjawab, "Daging dan air."

Maka Ibrahim mendoakan keberkahan kepada mereka pada daging dan air. Seandainya mereka mempunyai biji-bijian yang mereka makan, niscaya Ibrahim akan mendoakannya juga sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menyampaikan bahwa di antara keberkahan doa Ibrahim adalah, bahwa penduduk Makkah tetap hidup sehat walau hanya makan daging dan minum air. Padahal, selain mereka bisa berakibat celaka jika hanya makan daging dan air saja.

Untuk ketiga kalinya Ibrahim datang mengunjungi anaknya dan mencari tahu tentang beritanya. Ibrahim mendapatkannya di rumah sedang duduk meraut anak panah di bawah pohon itu, pohon di mana dulu Ibrahim meninggalkannya dengan ibunya pada saat mereka datang pertama kali di tempat itu.

Ismail bangkit kepadanya. Keduanya melakukan apa yang biasa dilakukan oleh ayah kepada anaknya dan anak kepada ayahnya yang lama tidak bertemu. Mereka saling memberi salam, berangkulan, berjabat tangan, dan lain sebagainya.

Ibrahim menyampaikan perintah Allah kepadanya, agar membangun Baitul Haram dan bahwa Dia memerintahkan Ismail untuk membantunya. Maka Ismail bersegera melaksanakan perintah Allah. Ibrahim membangun Baitullah dengan bantuan Ismail. Sambil membangun keduanya berdoa, "Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amal kebaikan kami). Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 127)
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)
Halaman :
Hadits of The Day
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya para pelukis pada hari kiamat akan disiksa. Dikatakan kepada mereka, Hidupkanlah apa yang telah engkau ciptakan.

(HR. Ibnu Majah No. 2142)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More