Dzulqarnain: Teladan Bagi Para Pemimpin
Jum'at, 09 Oktober 2020 - 16:43 WIB
Ustaz Muhammad Syafi'ie el-Bantanie
Founder Ekselensia Tahfizh School
Pada kisah keempat Surat Al-Kahfi , Allah Ta'ala mengisahkan seorang pemimpin besar, pemimpin timur dan barat. Dia adalah Dzulqarnain . Pada destinasi ketiga dalam perjalanan inspeksinya, Dzulqarnain bertemu dengan rakyatnya yang tidak berpendidikan. Bahkan, digambarkan dalam Al-Qur’an hampir-hampir saja mereka tidak dapat berkomunikasi dengan struktur bahasa yang bisa dipahami orang lain (QS. 18: 93).
Mereka tinggal di daerah pegunungan yang terpencil. Mereka meminta kepada Dzulqarnain agar dibangunkan dinding (sadda) yang dapat melindungi mereka dari serangan Ya'juz dan Ma'juz , kaum yang gemar berbuat kerusakan. Mengapa mereka meminta dibangunkan dinding? Karena, keterbatasan pengetahuan mereka. Mereka berpikir dinding dapat menghalangi Ya'juz dan Ma'juz , sehingga tidak bisa memasuki kawasan mereka. ( )
Mereka juga menjanjikan bayaran atau upah kepada Dzulqarnain sebagai imbalan atas projek pembangunan dinding yang mengitari celah pegunungan kawasan tinggal mereka. Bagaimana sikap Dzulqarnain ?
Pemimpin besar ini tidak memanfaatkan keluguan rakyatnya untuk kemudian membangun infrastruktur ala kadarnya. Dzulqarnain paham bahwa dinding tidak akan dapat melindungi rakyatnya dari serangan Ya'juz dan Ma'juz. Karena itu, Dzulqarnain menjawab permintaan rakyatnya dengan membangunkan benteng (radma). Dzulqarnain juga menjawab bahwa balasan dari Allah jauh lebih bernilai daripada upah yang mereka janjikan.
Dalam prinsip kepemimpinan Dzulqarnain , jangankan menyusahkan rakyatnya, memberikan layanan alakadarnya saja pantang dilakukan. Dalam kepemimpinannnya, ia selalu berusaha memberikan layanan terbaik bagi rakyatnya.
Maka, mega projek pembangunan benteng itupun dilaksanakan dengan konstruksi dan pengawasan langsung dari Dzulqarnain . Begitu benteng sudah berdiri kokoh, Dzulqarnain memberikan jaminan bahwa benteng ini tidak akan mampu didaki dan dilubangi oleh Ya'juz dan Ma'juz (QS. 18: 97). Sebuah garansi bahwa dirinya tidak main-main dalam pembangunan benteng tersebut.
Begitu tampak nyata benteng itu berdiri kokoh mengitari celah pegunungan, rakyat Dzulqarnain bergembira dan terpukau, lalu mereka berucap terima kasih kepada Dzulqarnain dan menyanjungnya. Hebatnya, pemimpin besar ini merasa tidak perlu melakukan acara peresmian. Ia tidak butuh pencitraan. ( )
Dengan penuh ketawadhuan, pemimpin besar ini menegaskan bahwa berdirinya benteng kokoh ini semata-mata merupakan rahmat dari Allah (QS. 18: 98). Maka, hanya kepada Allah-lah pujian selayaknya disampaikan.
Kisah Dzulqarnain sejatinya merupakan pelajaran Qur'ani bagi siapa saja yang diamanahi kepemimpinan di pundaknya di mana saja dan dilevel apa kepemimpinannya. Ingatlah, jabatan ada masanya, tapi panjang hisabnya. ( )
Wallahu A'lam
Founder Ekselensia Tahfizh School
Pada kisah keempat Surat Al-Kahfi , Allah Ta'ala mengisahkan seorang pemimpin besar, pemimpin timur dan barat. Dia adalah Dzulqarnain . Pada destinasi ketiga dalam perjalanan inspeksinya, Dzulqarnain bertemu dengan rakyatnya yang tidak berpendidikan. Bahkan, digambarkan dalam Al-Qur’an hampir-hampir saja mereka tidak dapat berkomunikasi dengan struktur bahasa yang bisa dipahami orang lain (QS. 18: 93).
Mereka tinggal di daerah pegunungan yang terpencil. Mereka meminta kepada Dzulqarnain agar dibangunkan dinding (sadda) yang dapat melindungi mereka dari serangan Ya'juz dan Ma'juz , kaum yang gemar berbuat kerusakan. Mengapa mereka meminta dibangunkan dinding? Karena, keterbatasan pengetahuan mereka. Mereka berpikir dinding dapat menghalangi Ya'juz dan Ma'juz , sehingga tidak bisa memasuki kawasan mereka. ( )
Mereka juga menjanjikan bayaran atau upah kepada Dzulqarnain sebagai imbalan atas projek pembangunan dinding yang mengitari celah pegunungan kawasan tinggal mereka. Bagaimana sikap Dzulqarnain ?
Pemimpin besar ini tidak memanfaatkan keluguan rakyatnya untuk kemudian membangun infrastruktur ala kadarnya. Dzulqarnain paham bahwa dinding tidak akan dapat melindungi rakyatnya dari serangan Ya'juz dan Ma'juz. Karena itu, Dzulqarnain menjawab permintaan rakyatnya dengan membangunkan benteng (radma). Dzulqarnain juga menjawab bahwa balasan dari Allah jauh lebih bernilai daripada upah yang mereka janjikan.
Dalam prinsip kepemimpinan Dzulqarnain , jangankan menyusahkan rakyatnya, memberikan layanan alakadarnya saja pantang dilakukan. Dalam kepemimpinannnya, ia selalu berusaha memberikan layanan terbaik bagi rakyatnya.
Maka, mega projek pembangunan benteng itupun dilaksanakan dengan konstruksi dan pengawasan langsung dari Dzulqarnain . Begitu benteng sudah berdiri kokoh, Dzulqarnain memberikan jaminan bahwa benteng ini tidak akan mampu didaki dan dilubangi oleh Ya'juz dan Ma'juz (QS. 18: 97). Sebuah garansi bahwa dirinya tidak main-main dalam pembangunan benteng tersebut.
Begitu tampak nyata benteng itu berdiri kokoh mengitari celah pegunungan, rakyat Dzulqarnain bergembira dan terpukau, lalu mereka berucap terima kasih kepada Dzulqarnain dan menyanjungnya. Hebatnya, pemimpin besar ini merasa tidak perlu melakukan acara peresmian. Ia tidak butuh pencitraan. ( )
Dengan penuh ketawadhuan, pemimpin besar ini menegaskan bahwa berdirinya benteng kokoh ini semata-mata merupakan rahmat dari Allah (QS. 18: 98). Maka, hanya kepada Allah-lah pujian selayaknya disampaikan.
Kisah Dzulqarnain sejatinya merupakan pelajaran Qur'ani bagi siapa saja yang diamanahi kepemimpinan di pundaknya di mana saja dan dilevel apa kepemimpinannya. Ingatlah, jabatan ada masanya, tapi panjang hisabnya. ( )
Wallahu A'lam
(rhs)