Pelajaran di Balik Misteri Kisah Dzulqarnain
loading...
A
A
A
DI dalam Al-Qur'an diterangkan masalah Dzulqarnain . Hanya saja, apakah ia seorang nabi atau hanya sekadar orang saleh , menjadi perdebatan di kalangan penafsir dan sejarawan . Di antara tokoh-tokoh besar Islam , siapa yang cocok untuk menjadi pribadi Dzulqarnain juga masih menjadi spekulasi. (Baca Juga: Dzulqarnain, Cermin Pemimpin Idola Rakyat
Selain itu, cukup banyak pula riwayat yang menyebutkan Dzulqarnain bukanlah seorang nabi, melainkan hamba yang saleh. Seperti Imam Baqir pernah berkata, "Dzulqarnain bukan seorang nabi, melainkan hanya hamba yang saleh dan dicintai Allah SWT."
Sejarah dan nasib Dzulqarnain telah diriwayatkan dalam Alquran. Kisahnya bersangkut paut dengan bangsa Ya'juj dan Ma'juj . Bangsa yang dipercaya akan turun ke bumi ketika hari kiamat untuk melawan Nabi Isa di Bukit Thursina. (Baca Juga: Siapakah Ya'juj dan Ma'juj dan Bagaimana Cirinya?
Ibnu Katsir rahimahulah mengatakan, “Allâh Azza wa Jalla telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar dan segala sesuatu yang ada untuk seorang raja, berupa kekuasaan, tentara, peralatan perang dan sarana prasarana yang memadai. Dengannya, dia bisa mengusai dunia, bagian timur maupun baratnya, dan dia menaklukkan berbagai negeri serta menundukkan para penguasa lainnya. Sehingga semua orang berkhidmat untuk kerajaannya. Oleh karena itu, sebagian Ulama berpendapat mengapa dia digelari Dzulqarnain karena kekuasaannya meliputi tempat terbit dan tempat terbenam yaitu timur dan barat bumi.”
Alquran telah menguraikan cukup detail perihal sifat-sifat utama Dzulqarnain. Yakni pribadi bertauhid dan bertakwa , serta menjunjung tinggi nilai-nilai belas kasih dan keadilan.
Hal ini tergambar ketika Dzulqarnain melakukan sebuah ekspedisi. Seperti diterangkan Alquran, ia mempunyai tiga ekspedisi penting, yakni ke bumi belahan barat, timur, hingga akhirnya ke daerah-daerah yang terdapat barisan pegunungan. Ia senantiasa berhadapan dengan berbagai kaum pada setiap ekspedisi.
Terkait ekspedisi ini, sebagian ahli tafsir percaya Dzulqarnain pergi dari arah timur menuju utara. Hingga akhirnya ia sampai di sebuah gunung yang berapitan, yang menjadi penghalang antara Ya'juj dan Ma'juj dengan manusia.
Di hadapan kedua gunung itu, dia menemukan suatu kaum yang hampir tidak mengerti dan memahami percakapan. Namun, Allah SWT memberi hidayah kepada Dzulqarnain, sehingga bahasa kaum yang asing itu dapat dimengerti olehnya.
Allah SWT berfirman:
حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِي عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا ۗ قُلْنَا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّا أَنْ تُعَذِّبَ وَإِمَّا أَنْ تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا
"Hingga apabila dia telah sampai pada tempat terbenam matahari, dia pun melihat matahari terbenam ke dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ (di laut itu) segolongan ummat. Kami berkata, 'Hai Dzulqarnain! Kamu boleh menyiksa mereka dan boleh berbuat kebaikan terhadap mereka'." (QS Al-Kahfi: 86).
Dr. Yusuf Al-Qardhawi dalam Fatawa Qardhawi, Permasalahan, Pemecahan dan Hikmah, menjelaskan Al-Qur'an tidak menerangkan siapakah sebenarnya Dzulqarnain, siapakah orang-orang yang didapatinya, dan di mana tempat terbenam dan terbitnya matahari yang dimaksud dalam ayat tersebut?
"Semua itu tidak diterangkan dalam Al-Qur'an secara rinci dan jelas, baik mengenai nama maupun lokasinya, hal ini mengandung hikmah dan hanya Allahlah yang mengetahui," tuturnya.
Menurut Al-Qardhawi, tujuan dari kisah yang ada dalam Al-Qur'an, baik pada Surat Al-Kahfi maupun lainnya, bukan sekadar memberi tahu hal-hal yang berkaitan dengan sejarah dan kejadiannya, tetapi tujuan utamanya ialah sebagai contoh dan pelajaran bagi manusia. ( )
Sebagaimana Allah SWT dalam firman-Nya:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal." (QS Yusuf: 111)
Kisah Dzulqarnain, mengandung contoh seorang raja saleh yang diberi oleh Allah kekuasaan di bumi, yang meliputi Timur dan Barat. Semua manusia dan penguasa negara tunduk atas kekuasaannya, dia tetap pada pendiriannya sebagai seorang yang saleh, taat dan bertakwa. Sebagaimana diterangkan di bawah ini:
قَالَ أَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهُ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَىٰ رَبِّهِ فَيُعَذِّبُهُ عَذَابًا نُكْرًا
"Berkata Dzulqarnain, 'Adapun orang yang menganiaya, maka kelak Kami akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tiada taranya'." (QS Al-Kahfi: 87).
Selain itu, cukup banyak pula riwayat yang menyebutkan Dzulqarnain bukanlah seorang nabi, melainkan hamba yang saleh. Seperti Imam Baqir pernah berkata, "Dzulqarnain bukan seorang nabi, melainkan hanya hamba yang saleh dan dicintai Allah SWT."
Sejarah dan nasib Dzulqarnain telah diriwayatkan dalam Alquran. Kisahnya bersangkut paut dengan bangsa Ya'juj dan Ma'juj . Bangsa yang dipercaya akan turun ke bumi ketika hari kiamat untuk melawan Nabi Isa di Bukit Thursina. (Baca Juga: Siapakah Ya'juj dan Ma'juj dan Bagaimana Cirinya?
Ibnu Katsir rahimahulah mengatakan, “Allâh Azza wa Jalla telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar dan segala sesuatu yang ada untuk seorang raja, berupa kekuasaan, tentara, peralatan perang dan sarana prasarana yang memadai. Dengannya, dia bisa mengusai dunia, bagian timur maupun baratnya, dan dia menaklukkan berbagai negeri serta menundukkan para penguasa lainnya. Sehingga semua orang berkhidmat untuk kerajaannya. Oleh karena itu, sebagian Ulama berpendapat mengapa dia digelari Dzulqarnain karena kekuasaannya meliputi tempat terbit dan tempat terbenam yaitu timur dan barat bumi.”
Alquran telah menguraikan cukup detail perihal sifat-sifat utama Dzulqarnain. Yakni pribadi bertauhid dan bertakwa , serta menjunjung tinggi nilai-nilai belas kasih dan keadilan.
Hal ini tergambar ketika Dzulqarnain melakukan sebuah ekspedisi. Seperti diterangkan Alquran, ia mempunyai tiga ekspedisi penting, yakni ke bumi belahan barat, timur, hingga akhirnya ke daerah-daerah yang terdapat barisan pegunungan. Ia senantiasa berhadapan dengan berbagai kaum pada setiap ekspedisi.
Terkait ekspedisi ini, sebagian ahli tafsir percaya Dzulqarnain pergi dari arah timur menuju utara. Hingga akhirnya ia sampai di sebuah gunung yang berapitan, yang menjadi penghalang antara Ya'juj dan Ma'juj dengan manusia.
Di hadapan kedua gunung itu, dia menemukan suatu kaum yang hampir tidak mengerti dan memahami percakapan. Namun, Allah SWT memberi hidayah kepada Dzulqarnain, sehingga bahasa kaum yang asing itu dapat dimengerti olehnya.
Allah SWT berfirman:
حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِي عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا ۗ قُلْنَا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّا أَنْ تُعَذِّبَ وَإِمَّا أَنْ تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا
"Hingga apabila dia telah sampai pada tempat terbenam matahari, dia pun melihat matahari terbenam ke dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ (di laut itu) segolongan ummat. Kami berkata, 'Hai Dzulqarnain! Kamu boleh menyiksa mereka dan boleh berbuat kebaikan terhadap mereka'." (QS Al-Kahfi: 86).
Dr. Yusuf Al-Qardhawi dalam Fatawa Qardhawi, Permasalahan, Pemecahan dan Hikmah, menjelaskan Al-Qur'an tidak menerangkan siapakah sebenarnya Dzulqarnain, siapakah orang-orang yang didapatinya, dan di mana tempat terbenam dan terbitnya matahari yang dimaksud dalam ayat tersebut?
"Semua itu tidak diterangkan dalam Al-Qur'an secara rinci dan jelas, baik mengenai nama maupun lokasinya, hal ini mengandung hikmah dan hanya Allahlah yang mengetahui," tuturnya.
Menurut Al-Qardhawi, tujuan dari kisah yang ada dalam Al-Qur'an, baik pada Surat Al-Kahfi maupun lainnya, bukan sekadar memberi tahu hal-hal yang berkaitan dengan sejarah dan kejadiannya, tetapi tujuan utamanya ialah sebagai contoh dan pelajaran bagi manusia. ( )
Sebagaimana Allah SWT dalam firman-Nya:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal." (QS Yusuf: 111)
Kisah Dzulqarnain, mengandung contoh seorang raja saleh yang diberi oleh Allah kekuasaan di bumi, yang meliputi Timur dan Barat. Semua manusia dan penguasa negara tunduk atas kekuasaannya, dia tetap pada pendiriannya sebagai seorang yang saleh, taat dan bertakwa. Sebagaimana diterangkan di bawah ini:
قَالَ أَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهُ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَىٰ رَبِّهِ فَيُعَذِّبُهُ عَذَابًا نُكْرًا
"Berkata Dzulqarnain, 'Adapun orang yang menganiaya, maka kelak Kami akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tiada taranya'." (QS Al-Kahfi: 87).