Langgengkan Istighfar, Ini Hal Dahsyat yang Bakal Kita Dapatkan
Kamis, 15 Oktober 2020 - 05:00 WIB
Allah SWT berfirman:
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu… [Hûd/ 11: 3]
Kenikmatan dan kesenangan yang baik, yang disebut dalam ayat di atas merupakan buah manis dari istighfar dan taubat. Artinya niscaya Allah akan memberi berbagai hal yang bermanfaat, juga kelapangan rezeki dan kehidupan yang penuh kemakmuran.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberikan kabar gembira bagi orang yang senantiasa beristighfar, yaitu Allah SWT akan membukakan baginya jalan dari berbagai kesempitan dan kegundahan, serta akan dilimpahkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَكْثَرَ مِنَ الِاسْتِغْفَارِ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Barangsiapa yang memperbanyak istighfar, Allâh Azza wa Jalla akan menjadikan baginya kelapangan dari setiap kegundahan; dan jalan keluar dari setiap kesempitan. Dan Allâh Azza wa Jalla akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. (Musnad Ahmad, no. 2234. Syaikh Ahmad Syakir berkata, Isnadnya shahih.)
Istighfar diwujudkan dengan hati ikhlas serta menanggalkan dosa. Dan ini merupakan pangkal dasar terkabulnya doa. Meskipun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok yang terjaga dari dosa, namun Beliau senantiasa melanggengkan istighfar lebih dari 70 kali setiap hari. Lalu bagaimana pula dengan umatnya yang bergelimang dosa dan maksiat?
Tentu ia lebih layak dan lebih butuh untuk mengulang-ulang istighfar bila dibandingkan dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Ulama kita berkata bahwa istighfar yang diperintahkan adalah yang mengurai simpul keinginan terus melakukan maksiat, dan menancapkan esensi maknanya dalam hati. Bukan sekadar melafazkannya dengan lisan.
Adapun orang yang mengucapkan: astaghfirullah, sedangkan hatinya masih bertekad untuk terus melakukan maksiat, maka istighfar yang ia lakukan masih memerlukan istighfar lagi. Dosa kecil yang ia lakukan akan bertumpuk dan dikategorikan sebagai dosa besar.
Diriwayatkan dari al-Hasan al-Bashri rahimahullah, ia berkata, “Istighfar kita masih memerlukan istighfar lagi.”
Ringkas kata, di samping ampunan dari Allâh Azza wa Jalla yang akan didapat oleh orang yang beristighfar, istighfar yang dipanjatkan berulang-ulang setiap hari akan menjadi sebab datangnya rezeki dan diraihnya harta.
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu… [Hûd/ 11: 3]
Kenikmatan dan kesenangan yang baik, yang disebut dalam ayat di atas merupakan buah manis dari istighfar dan taubat. Artinya niscaya Allah akan memberi berbagai hal yang bermanfaat, juga kelapangan rezeki dan kehidupan yang penuh kemakmuran.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberikan kabar gembira bagi orang yang senantiasa beristighfar, yaitu Allah SWT akan membukakan baginya jalan dari berbagai kesempitan dan kegundahan, serta akan dilimpahkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَكْثَرَ مِنَ الِاسْتِغْفَارِ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Barangsiapa yang memperbanyak istighfar, Allâh Azza wa Jalla akan menjadikan baginya kelapangan dari setiap kegundahan; dan jalan keluar dari setiap kesempitan. Dan Allâh Azza wa Jalla akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. (Musnad Ahmad, no. 2234. Syaikh Ahmad Syakir berkata, Isnadnya shahih.)
Istighfar diwujudkan dengan hati ikhlas serta menanggalkan dosa. Dan ini merupakan pangkal dasar terkabulnya doa. Meskipun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok yang terjaga dari dosa, namun Beliau senantiasa melanggengkan istighfar lebih dari 70 kali setiap hari. Lalu bagaimana pula dengan umatnya yang bergelimang dosa dan maksiat?
Tentu ia lebih layak dan lebih butuh untuk mengulang-ulang istighfar bila dibandingkan dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Ulama kita berkata bahwa istighfar yang diperintahkan adalah yang mengurai simpul keinginan terus melakukan maksiat, dan menancapkan esensi maknanya dalam hati. Bukan sekadar melafazkannya dengan lisan.
Adapun orang yang mengucapkan: astaghfirullah, sedangkan hatinya masih bertekad untuk terus melakukan maksiat, maka istighfar yang ia lakukan masih memerlukan istighfar lagi. Dosa kecil yang ia lakukan akan bertumpuk dan dikategorikan sebagai dosa besar.
Diriwayatkan dari al-Hasan al-Bashri rahimahullah, ia berkata, “Istighfar kita masih memerlukan istighfar lagi.”
Ringkas kata, di samping ampunan dari Allâh Azza wa Jalla yang akan didapat oleh orang yang beristighfar, istighfar yang dipanjatkan berulang-ulang setiap hari akan menjadi sebab datangnya rezeki dan diraihnya harta.
(mhy)