Langgengkan Istighfar, Ini Hal Dahsyat yang Bakal Kita Dapatkan
Kamis, 15 Oktober 2020 - 05:00 WIB
ISTIGHFAR artinya meminta maghfirah dari Allah. Maghfirah berasal dari kata ghafara yang maknanya menutupi dan memaafkan. Artinya, ketika seseorang beristighfar, ia minta kepada Allah agar dosanya ditutupi sehingga tidak ada orang lain yang mengetahuinya, sekaligus dimaafkan sehingga terbebas dari sanksi. (
)
Kata istighfar sering digunakan dalam pengertian tobat . Keduanya sama-sama memiliki pengertian kembali kepada Allah dan harapan agar Allah menghilangkan apa-apa yang tidak baik. Hanya saja, istighfar berupa permohonan lisan seorang hamba, sedangkan tobat berupa usahanya.
Ketika lafazh istighfar disebutkan secara independen, ia juga berarti tobat. Namun saat disebutkan secara beriringan (seperti dalam QS. Hud: 3 dan 52), masing-masing memiliki makna lebih spesifik. Sebab dalam istighfar terkandung permintaan agar Allah melindungi kita dari kejahatan yang telah lalu akibat dosa-dosa kita. Sedangkan tobat berarti kembali kepada Allah dan minta dilindungi dari kejahatan yang akan datang akibat dosa-dosanya. ( )
Istighfar bisa dilakukan dengan berbagai lafazh. Dengan mengatakan astaghfirullah. Atau astaghfirullaaha wa atuubu ilaih. Atau yang lebih afdhal:
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الحَيُّ القَيُّومُ، وَأَتُوبُ إِلَيهِ
“Aku memohon ampun kepada Allah yang tiada ilah melainkan Dia, Yang Maha Hidup lagi senantiasa mengurus makhluk-Nya. Dan aku bertaubat kepada-Nya.”
Barangsiapa mengucapkan istighfar seperti itu, dosanya diampuni walau dia lari dari medan perang. ( )
Nabi Nuh Alaihissalam membimbing umatnya agar meminta ampun kepada Allah Ta'ala dan bertaubat kepada-Nya, niscaya Allah pun akan mengampuni dosa mereka, bagaimanapun dosa mereka.
Dan tidak itu saja, bahkan Allah akan mengirimkan limpahan rezeki untuk mereka. Limpahan rezeki tersebut terwujud dalam guyuran hujan yang menyemaikan kesuburan, membanyakkan harta dan anak-anak serta melimpahkan kucuran rezeki, dan menebarkan berbagai sumber dan mata air yang menjadi sarana kesuburan negeri mereka. ( )
Allah SWT berfirman,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا ﴿١٠﴾ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا ﴿١١﴾ وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Rabbmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS Nuh 10-12)
Umar bin al-Khatthab Radhiyallahu anhu pernah meminta hujan kepada Allah Taala. Beliau hanya melantunkan istighfar dan membaca ayat-ayat tentang istighfar, yang di antaranya adalah ayat di atas, kemudian beliau berkata, “Sungguh, aku telah meminta hujan dengan rasi-rasi langit (maksudnya istighfar, yang diserupakan seperti bintang) yang dengannya dimintakan turunnya hujan.” ( )
Ibnu Shabih berkata, “Ada seseorang mengeluhkan paceklik kepada al-Hasan. Lalu beliau berkata kepadanya, “Mintalah ampun kepada Allah Azza wa Jalla !”
Ada lagi seseorang datang mengeluhkan kefakirannya. Beliau rahimahullah berkata, “Mintalah ampun kepada Allah!”
Ada lagi yang mengeluhkan, “Doakanlah agar aku dikaruniai anak!” Beliau rahimahullah menjawab, “Mintalah ampun kepada Allah!”
Begitu pula dengan orang yang mengeluhkan kondisi kebunnya yang kering, beliau juga berkata, “Mintalah ampun kepada Allah Azza wa Jalla!”
Lantas kami pun menanyakan hal itu kepada al-Hasan rahimahullah. Beliau rahimahullah berkata, “Yang aku katakan sedikitpun bukan berasal dariku. Sesungguhnya Allah berfirman dalam Surat Nuh.
Adnan ath-Tharsyah dalam kitabnya Anta wal Mal mengatakan ketika seseorang senantiasa beristighfar dan tobat, maka ini akan mendatangkan buah yang manis.
Allah SWT berfirman:
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu… [Hûd/ 11: 3]
Kenikmatan dan kesenangan yang baik, yang disebut dalam ayat di atas merupakan buah manis dari istighfar dan taubat. Artinya niscaya Allah akan memberi berbagai hal yang bermanfaat, juga kelapangan rezeki dan kehidupan yang penuh kemakmuran.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberikan kabar gembira bagi orang yang senantiasa beristighfar, yaitu Allah SWT akan membukakan baginya jalan dari berbagai kesempitan dan kegundahan, serta akan dilimpahkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَكْثَرَ مِنَ الِاسْتِغْفَارِ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Barangsiapa yang memperbanyak istighfar, Allâh Azza wa Jalla akan menjadikan baginya kelapangan dari setiap kegundahan; dan jalan keluar dari setiap kesempitan. Dan Allâh Azza wa Jalla akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. (Musnad Ahmad, no. 2234. Syaikh Ahmad Syakir berkata, Isnadnya shahih.)
Istighfar diwujudkan dengan hati ikhlas serta menanggalkan dosa. Dan ini merupakan pangkal dasar terkabulnya doa. Meskipun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok yang terjaga dari dosa, namun Beliau senantiasa melanggengkan istighfar lebih dari 70 kali setiap hari. Lalu bagaimana pula dengan umatnya yang bergelimang dosa dan maksiat?
Tentu ia lebih layak dan lebih butuh untuk mengulang-ulang istighfar bila dibandingkan dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Ulama kita berkata bahwa istighfar yang diperintahkan adalah yang mengurai simpul keinginan terus melakukan maksiat, dan menancapkan esensi maknanya dalam hati. Bukan sekadar melafazkannya dengan lisan.
Adapun orang yang mengucapkan: astaghfirullah, sedangkan hatinya masih bertekad untuk terus melakukan maksiat, maka istighfar yang ia lakukan masih memerlukan istighfar lagi. Dosa kecil yang ia lakukan akan bertumpuk dan dikategorikan sebagai dosa besar.
Diriwayatkan dari al-Hasan al-Bashri rahimahullah, ia berkata, “Istighfar kita masih memerlukan istighfar lagi.”
Ringkas kata, di samping ampunan dari Allâh Azza wa Jalla yang akan didapat oleh orang yang beristighfar, istighfar yang dipanjatkan berulang-ulang setiap hari akan menjadi sebab datangnya rezeki dan diraihnya harta.
Lihat Juga: Ajaib! Letkol Hanandjoeddin Lepas dari Kepungan Pasukan Gaib Jawa Kuno usai Kumandangkan Istighfar
Kata istighfar sering digunakan dalam pengertian tobat . Keduanya sama-sama memiliki pengertian kembali kepada Allah dan harapan agar Allah menghilangkan apa-apa yang tidak baik. Hanya saja, istighfar berupa permohonan lisan seorang hamba, sedangkan tobat berupa usahanya.
Ketika lafazh istighfar disebutkan secara independen, ia juga berarti tobat. Namun saat disebutkan secara beriringan (seperti dalam QS. Hud: 3 dan 52), masing-masing memiliki makna lebih spesifik. Sebab dalam istighfar terkandung permintaan agar Allah melindungi kita dari kejahatan yang telah lalu akibat dosa-dosa kita. Sedangkan tobat berarti kembali kepada Allah dan minta dilindungi dari kejahatan yang akan datang akibat dosa-dosanya. ( )
Istighfar bisa dilakukan dengan berbagai lafazh. Dengan mengatakan astaghfirullah. Atau astaghfirullaaha wa atuubu ilaih. Atau yang lebih afdhal:
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الحَيُّ القَيُّومُ، وَأَتُوبُ إِلَيهِ
“Aku memohon ampun kepada Allah yang tiada ilah melainkan Dia, Yang Maha Hidup lagi senantiasa mengurus makhluk-Nya. Dan aku bertaubat kepada-Nya.”
Barangsiapa mengucapkan istighfar seperti itu, dosanya diampuni walau dia lari dari medan perang. ( )
Nabi Nuh Alaihissalam membimbing umatnya agar meminta ampun kepada Allah Ta'ala dan bertaubat kepada-Nya, niscaya Allah pun akan mengampuni dosa mereka, bagaimanapun dosa mereka.
Dan tidak itu saja, bahkan Allah akan mengirimkan limpahan rezeki untuk mereka. Limpahan rezeki tersebut terwujud dalam guyuran hujan yang menyemaikan kesuburan, membanyakkan harta dan anak-anak serta melimpahkan kucuran rezeki, dan menebarkan berbagai sumber dan mata air yang menjadi sarana kesuburan negeri mereka. ( )
Allah SWT berfirman,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا ﴿١٠﴾ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا ﴿١١﴾ وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Rabbmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS Nuh 10-12)
Umar bin al-Khatthab Radhiyallahu anhu pernah meminta hujan kepada Allah Taala. Beliau hanya melantunkan istighfar dan membaca ayat-ayat tentang istighfar, yang di antaranya adalah ayat di atas, kemudian beliau berkata, “Sungguh, aku telah meminta hujan dengan rasi-rasi langit (maksudnya istighfar, yang diserupakan seperti bintang) yang dengannya dimintakan turunnya hujan.” ( )
Ibnu Shabih berkata, “Ada seseorang mengeluhkan paceklik kepada al-Hasan. Lalu beliau berkata kepadanya, “Mintalah ampun kepada Allah Azza wa Jalla !”
Ada lagi seseorang datang mengeluhkan kefakirannya. Beliau rahimahullah berkata, “Mintalah ampun kepada Allah!”
Ada lagi yang mengeluhkan, “Doakanlah agar aku dikaruniai anak!” Beliau rahimahullah menjawab, “Mintalah ampun kepada Allah!”
Begitu pula dengan orang yang mengeluhkan kondisi kebunnya yang kering, beliau juga berkata, “Mintalah ampun kepada Allah Azza wa Jalla!”
Lantas kami pun menanyakan hal itu kepada al-Hasan rahimahullah. Beliau rahimahullah berkata, “Yang aku katakan sedikitpun bukan berasal dariku. Sesungguhnya Allah berfirman dalam Surat Nuh.
Adnan ath-Tharsyah dalam kitabnya Anta wal Mal mengatakan ketika seseorang senantiasa beristighfar dan tobat, maka ini akan mendatangkan buah yang manis.
Allah SWT berfirman:
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu… [Hûd/ 11: 3]
Kenikmatan dan kesenangan yang baik, yang disebut dalam ayat di atas merupakan buah manis dari istighfar dan taubat. Artinya niscaya Allah akan memberi berbagai hal yang bermanfaat, juga kelapangan rezeki dan kehidupan yang penuh kemakmuran.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberikan kabar gembira bagi orang yang senantiasa beristighfar, yaitu Allah SWT akan membukakan baginya jalan dari berbagai kesempitan dan kegundahan, serta akan dilimpahkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَكْثَرَ مِنَ الِاسْتِغْفَارِ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Barangsiapa yang memperbanyak istighfar, Allâh Azza wa Jalla akan menjadikan baginya kelapangan dari setiap kegundahan; dan jalan keluar dari setiap kesempitan. Dan Allâh Azza wa Jalla akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. (Musnad Ahmad, no. 2234. Syaikh Ahmad Syakir berkata, Isnadnya shahih.)
Istighfar diwujudkan dengan hati ikhlas serta menanggalkan dosa. Dan ini merupakan pangkal dasar terkabulnya doa. Meskipun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok yang terjaga dari dosa, namun Beliau senantiasa melanggengkan istighfar lebih dari 70 kali setiap hari. Lalu bagaimana pula dengan umatnya yang bergelimang dosa dan maksiat?
Tentu ia lebih layak dan lebih butuh untuk mengulang-ulang istighfar bila dibandingkan dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Ulama kita berkata bahwa istighfar yang diperintahkan adalah yang mengurai simpul keinginan terus melakukan maksiat, dan menancapkan esensi maknanya dalam hati. Bukan sekadar melafazkannya dengan lisan.
Adapun orang yang mengucapkan: astaghfirullah, sedangkan hatinya masih bertekad untuk terus melakukan maksiat, maka istighfar yang ia lakukan masih memerlukan istighfar lagi. Dosa kecil yang ia lakukan akan bertumpuk dan dikategorikan sebagai dosa besar.
Diriwayatkan dari al-Hasan al-Bashri rahimahullah, ia berkata, “Istighfar kita masih memerlukan istighfar lagi.”
Ringkas kata, di samping ampunan dari Allâh Azza wa Jalla yang akan didapat oleh orang yang beristighfar, istighfar yang dipanjatkan berulang-ulang setiap hari akan menjadi sebab datangnya rezeki dan diraihnya harta.
Lihat Juga: Ajaib! Letkol Hanandjoeddin Lepas dari Kepungan Pasukan Gaib Jawa Kuno usai Kumandangkan Istighfar
(mhy)